Kutuliskan banyak surat untukmu

103 6 1
                                    


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Kalimat demi kalimat kurangkum dalam satu surat setiap harinya.

Surat itu tak pernah kukirimkan, semoga setiap katanya akan kau baca melalui angin, melalui bantuan alam dan kehendak Tuhan.

Karena Tuhan selalu punya cara-Nya tersendiri dalam menyampaikan apapun.

Membawa pesan pada sosok yang pernah aku rindukan.


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Semua kutuangkan dalam kalimat lalu membentuk paragraph yang saling bertaut.

Tentang apapun kita di masa lalu, masa kini dan masa depan.

Kita pernah bertengkar, kamu buatku marah.

Begitu pula aku, pasti pernah buatmu kecewa.

Aku tak berusaha membenarkan apapun, tapi aku pasti pernah buatmu kewalahan.

Kutuliskan semua itu agar dapat kau kenang,

Karena tak sanggup kutanggung itu seorang.


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Bagaimana dirimu dulu mengajakku menikah,

Bagaimana mimpi kita hidup berdua,

Berusaha menggapai tujuan kita bersama,

Kini sirna berujung nestapa.


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Banyak pertanyaan yang tak kamu jawab, mungkin itu keputusanmu.

Menyembunyikan banyak hal, seolah aku tak layak untuk tahu apapun.

Dulu aku berfikir, mungkin ini adalah caramu menjagaku. Menjaga hubungan kita,

Tapi sikapmu semakin menyengsarakan.

Kutuliskan beberapa pertanyaan tambahan..

Bagaimana caranya menjadi seorang kamu?

Menempatkan kekasihnya seolah dia adalah pilihan utama,

Tapi kenyataannya diriku yang naif ini tak pernah jadi pilihan.


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Menggambarkan dirimu yang dulu putus asa mencari cintaku.

Walau sebenarnya dirimu tak sepenuhnya inginkan aku.

Menjalin hubungan dengan tujuan berpisah,

Cinta tidak sebercanda itu.

Kenapa? Opsi pertamamu menerimamu kembali?

Jadi apa yang harus aku percaya?

Dirimu yang dulu mengejar cintaku,

Atau dirimu yang kini membuangku?


Kutuliskan banyak surat untukmu,

Sapaku yang mulai tak kau gubris,

Mungkin karena aku yang terlalu sinis,

Sebenarnya hatiku saat itu menangis,

Setiap hari, berusaha membuat ikatan kita ini bagai surat yang tak kunjung habis,

Hingga salah satu dari kita enggan untuk menulis.


Biarkan aku menulis banyak surat untukmu,

Melupakan semua tahapan yang tak ingin kuulangi.

Mempertanyakan, dimana kurangnya aku?

Dimana letak kesalahanku?

Dimana letak yang tak kamu suka?

Apa caraku marah?

Apa diamku saat melihat kamu berulah?

Apa yang harus aku lakukan agar kita tetap bersama?

Apa mungkin karena kamu yang tak lagi cinta?


Biarkan aku menulis banyak surat untukmu,

Hingga akhir dari tinta ini mengering.

Tinta yang mewakilkan air mata dan juga luka.

Setiap goresannya menceritakan tentang aku.

Aku yang terlalu mudah kamu gapai,

Aku yang terlalu mudah menjadi tempatmu pulang,

Karena aku yang mudah terima kamu kembali,

Karena aku yang mudah maafkan kamu lagi.

Aku yang ingin kamu menyesal.

Karena mengingatku, mendengar namaku, mengetahui kabarku dan pencapaianku.

Karena aku yang dulu mencintaimu, tanpa kata "Tapi"

Karena aku yang kini kamu sisihkan, tanpa kata "Maaf"


Biarkan aku menulis banyak surat untukmu,

Agar kamu faham betul bagaimana menjadi aku.

Dipilih karena ternyata wanitamu, sang pemeran utama terlalu menuntut.

Dipilih karena dia menyerah menghadapimu.

Dipilih sebagai "pembanding",

Dipilih atas dasar keraguan,

Dipilih untuk dipatahkan, walau bukan itu maksudmu.

Dipilih untuk dilenyapkan harapannya, apa hatimu tak sakit saat aku merusaha memungut serpihan kisah kita yang tak dapat di pertahankan. 


Ini bukan cinta, terlalu banyak air mata.

Kamu warnai diriku, seluruhku, hatiku dengan tinta biru.

Kemudian wanita yang lain kamu beri warna merah,

Kamu beri aku warna biru agar tak dapat tercampur warna lain,

Karena bila bertemu merah, warnaku justru akan semakin gelap.

Dalam gelapnya malam dan hatiku yang sudah membiru.

Malam membiru, itulah aku, dia dan kita.

Malam Membiru.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang