9

6.7K 680 33
                                    

Rifam membuka laci lemari Daddy nya, ia mencari sesuatu yang bisa membantu nya saat ini.

Gemericik air di kamar mandi membuat nya sedikit tenang, karena Raga masih sibuk mandi di dalam.

Pluk

Kening mengerut saat sebuah foto jatuh dari sela-sela lipatan baju Raga.

"Fucking shit!"

Rifam menutup mulut nya, ia terlalu terkejut saat melihat foto tersebut.

"Tuan Kenny Jaerlyn." gumam nya.

Ia mengucek matanya, berharap matanya dengan jelas melihat foto itu.

Rifam menemukan beberapa foto lagi, dari mulai foto Raga yang tengah memakai seragam berfoto dengan Kenny.

Dan dua foto yang membuat Rifam menganga, foto dimana Kenny tengah berdiri sambil memegang perut nya.

"He is my father or my mother?" gumam nya, Rifam bingung harus memanggil nya apa, walaupun pria hamil bukanlah hal yang aneh, namun ia benar-benar tak percaya jika ia anak hasil X dan X.

Walaupun Raga sudah mengatakan nya dengan jelas, tetap saja saat melihat langsung bukti nya, membuat nya terkejut.

Rifam membawa foto-foto tersebut, ia segera keluar dari kamar Raga.

Kenny membisu saat mendengar penjelasan Rifam, tentang bagaimana bisa ia tahu soal itu.

"Kau Papa ku kan?" tanya Rifam lagi.

"Apa aku masih pantas mendapat panggilan itu." lirih Kenny, yang bahkan tidak terdengar jelas oleh Rifam.

Kenny menggenggam tangan Rifam, ia tertunduk lemah.

"Kau tahu selama ini rasanya aku sudah mati, tujuh belas tahun tanpa melihat mu rasanya aku benar-benar telah mati." ucap Kenny, nada bicara nya bergetar sirat akan kesedihan.

"Lalu kenapa kau tidak mengatakan langsung pada ku, mengapa kau seperti orang asing di hadapan Daddy?" tanya Rifam, ia menarik tangan nya.

Kenny menggeleng, itu tak seringan ucapan putra nya.

"Kau tahu, aku banyak membuat kesalahan sehingga rasanya aku malu untuk menemui Daddy mu." tutur Kenny.

Rifam membuang pandangan nya, mengapa Daddy nya harus berbohong jika Papa nya masih hidup? Sampai harus membuat makan palsu, apa seberat itu masalah orang tua nya.

"Jangan katakan pada Daddy, jika aku sudah tahu siapa kau." ucap Rifam tegas.

Kenny tersenyum tipis. "Tentu saja." ucapnya.

Rifam berdiri dari duduk nya, ia berniat pergi namun tangan nya di cekal oleh Kenny.

"Boleh aku memeluk mu?" tanya Kenny ragu.

Rifam tampak berpikir untuk beberapa detik kemudian barulah ia mengangguk.

Kenny segera berhambur memeluk Rifam, ia mengelus punggung putra nya, bayi yang ia tinggalkan tujuh belas tahun lalu.

"Aku merindukan mu, sungguh." lirih nya.

Rifam tak membalas pelukan Kenny, ia hanya membiarkan Kenny memeluk nya sampai sesak.

Cup

Saat melepas pelukan nya, Kenny mencium pipi kiri Rifam. "Terima kasih sudah tumbuh dengan baik." ucapnya.

Rifam tak bergeming, tatapan nya kosong. Ia merasa hari ini tak nyata, jika saja malam setelah pertemuan keluarga ia tak menyelinap masuk ke kamar Daddy nya, ia tak akan pernah tahu jika sosok yang melahirkan nya masih hidup  , dan sekarang tengah menatap nya.

"Pulang lah, Daddy mu akan khawatir." ucap Kenny. "Apa mau ku antar?" tanya nya.

Rifam sontak menggelengkan kepala nya. "Tidak." tolak nya.

"Aku belum tahu siapa kau sebenarnya, jadi jangan terlalu berharap pada ku, jika kelak masa lalu sangat buruk dan kesalahan mu sangat besar, aku benar-benar akan membenci mu." tutur Rifam.

Ia pergi begitu saja, tanpa peduli dengan tanggapan Kenny setelah nya.

Kenny terduduk lemas, ia mengusap wajah nya kasar.

Seperti nya akan ada badai besar, yang akan menghantam nya di depan sana.

Putra nya belum mengetahui masalah di masa lalu, namun sudah bersikap acuh apalagi jika Rifam mengetahui nya , mungkin bocah itu akan menghabisi nya.

__________

Sefiya mengelus bahu Raga dengan lembut. "Tenanglah, Rifam akan pulang, dia hanya butuh waktu sendiri." ucapnya.

Namun Raga masih saja cemas, ini hampir sore dan Rifam belum pulang, bahkan ia bolos hari ini.

"Aku pulang!"

Raga mendongak, menatap Rifam yang datang dengan santai.

"Dari mana saja kau ini?" Raga menghampiri Rifam.

"Nongkrong di cafe." Rifam mengidikan bahu nya.

Raga menekan pangkal hidung nya, bisa-bisa nya putra nya sesantai itu, sedangkan diri nya sangat mengkhawatirkan keadaan nya.

"Daddy minta maaf, atas perkataan Daddy di sekolah." ucap Raga.

Rifam tersenyum tipis, ia mengangguk kecil. "Aku akan ke kamar nya." ucapnya, sebelum melangkah pergi ia melirik sekilas pada Sefiya.

"Dia seperti nya sedang tenang, lalu apa yang kau khawatirkan?" Sefiya membawa Raga agar duduk kembali.

"Justru ketenangan nya lah, yang membuat ku khawatir, karena Rifam tak pernah setenang itu." tutur Raga.

Sefiya menghela napas nya, lalu menyenderkan kepala nya pada Raga.

"Ku mohon tenanglah, tidak apa-apa untuk saat ini, berhentilah berpikiran negatif itu hanya akan membuat mu sakit kepala." ucap Sefiya, ia mengelus tangan Raga dengan lembut.

Raga menghembuskan napas nya, apa yang dikatakan Sefiya ada benar nya, ia terlalu berpikir berat, sehingga membuat nya cemas tak jelas.

Sedangkan di kamar nya, Rifam tengah berbaring dengan air mata yang tak berhenti membasahi pipi nya, tanpa isakan atau pun suara tangisan.

Tangan nya bergetar, momen yang ia dampakan selama tujuh belas tahun telah ia wujudkan hari ini, entah harus senang atau bersedih, intinya perasaanya saat ini tidak bisa di jelaskan.

Si Tuan manis desainer yang selalu ada di internet adalah yang mengandung nya, dia Papa nya.

Rifam meremat celana nya, ia rindu, ia sangat rindu dengan sosok itu, namun seakan ada dinding tinggi yang membuat nya tak bisa menggenggam erat kenyataan itu.

Rifam belum tahu siapa Papa nya? Bagaimana masa lalu orang tua nya? Sampai ia harus hidup dengan kesepian, dan dengan kepedihan selama enam tahun.

Masa dimana Daddy nya yang hanya sebatas pegawai negeri biasa, dengan gaji kecil, itupun harus dibagi dengan biaya kuliah sang Daddy.

Saat di sekolah dasar ia mendapat makian dari teman-teman di sekolah nya, bahkan saat pengambilan rapot tak ada orang tua nya yang datang, saat itu Raga tengah sibuk dengan pekerjaan nya.

Hanya Nanda yang selalu ada untuk nya, hanya teman Daddy nya itu yang selalu mengambilkan rapot untuk nya, karena selama enam tahun itu Raga sangat mengejar karir nya.

Rifam tak bisa menghentikan tangis nya, ia ingin tahu, kenapa Kenny meninggalkan nya, apa orang tua nya itu sudah menikah? Karena Rifam sama sekali tak menemukan foto pernikahan keduanya.

"Aku menemukan nya Dad, tanpa di beri tahu oleh mu, aku sudah di peluk oleh nya."

PAPA! DREAM S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang