Sefiya mengapit mesra tangan Raga, seakan jika tidak di apit Raga akan meninggalkan nya.
Persiapan pernikahan keduanya, sudah sampai tahap pencetakan undangan.
Sefiya sangat bersemangat dalam hal itu, tak peduli jika pernikahan nya akan di gelar bulan depan, menurut nya persiapan yang matang itu perlu.
"Aku mau membagikan kartu undangan secepat nya." celetuk nya.
"Terserah padamu." sahut Raga, mata nya masih fokus dengan ponsel di tangan nya.
"Ahh...aku sudah tidak sabar, penantian selama lima tahun ternyata tidak sia-sia." Sefiya menenggelamkan kepalanya di perpotongan leher Raga, wangi Raga selalu menjadi candu bagi indra penciuman nya.
"Kau yakin akan bisa bertahan? sedangkan kau tahu bagaimana keadaan ku." ucap Raga, ia meletakan ponsel nya di atas meja.
"Kau meragukan ku?" Sefiya balik melontarkan pertanyaan.
Raga menghembuskan napas nya. "Aku bukan ragu, namun kau tahu bukan, dia kembali lagi apalagi saat ini dia selalu mengganggu waktu ku, kau tidak takut aku kembali padanya?"
Sefiya diam untuk beberapa detik, namun setelah nya menggeleng.
"Aku percaya, kau tidak sebajingan itu untuk kembali padanya. Bukan kah Rifam juga sudah sangat merestui hubungan yang akan kita jalin, jadi ku mohon jangan mempengaruhi otak ku dengan pertanyaan bodoh seperti itu lagi." tutur Sefiya, ia mendongak lalu mencuri ciuman singkat di pipi kiri Raga.
___________
Setelah pulang dengan kekosongan, dengan ke sia-siaan. Kenny hanya diam berbaring tanpa niat melakukan apapun.
Segala ucapan Raga masih terdengar jelas di telinga nya, bayangan mata Raga yang menatap nya kosong, seakan diri nya sudah benar-benar lenyap di hati pria itu.
Masa lalu mengacaukan segala nya, dan sial nya perasaan nya harus jatuh terlalu dalam, harus nya Kenny sadar diri, setelah menyakiti Raga ia tak akan bisa merebut hati pria itu lagi.
Kenny meremat selimut yang ia pakai, bayangan dimana ia melontarkan kata-kata kasar dan kejam, membuat nya malu.
Tak bisa Kenny bayangkan jika putra nya tahu, akan sehancur apa perasaan putra nya itu.
Kenny merutuki diri nya yang bodoh, tak seharus nya ia mengutuk malaikat hidup nya saat lahir.
Jangankan di kutuk dengan keji dan di katakan anak sialan, dirinya bahkan membenci Papa nya yang terlalu 'menyayangi nya', ya terlalu menyayangi nya, sampai memisahkan diri nya dengan Raga. Lalu apa kabar dengan putra nya? Rifam akan hancur jika mengetahui nya.
"Jangan pernah ingin tahu masa lalu, kau akan sakit." lirih nya, tak terpikir jika itu sampai terjadi, mungkin harapan nya untuk bersama kembali dengan Raga akan lenyap tanpa sisa.
Kaiko sang Kakak ipar, selalu menjadi saksi kehancuran Kenny, perempuan itu menatap iba di ambang pintu.
Selalu seperti ini, adik dari suami nya akan berdiam diri di atas ranjang jika sedang tidak baik-baik saja.
Kaiko sudah menjadi saksi Kenny selama tujuh belas tahun, menjadi saksi bagaimana Kenny menuai dari perbuatan nya di masa lalu.
Akan kah bahagia itu ada untuk adik ipar nya? Sudah cukup air mata keluar dari mata cantik Kenny, Kaiko tak tahan melihat pemandangan menyayat hati ini lagi.
Dengan perlahan, Kaiko menghampiri Kenny. Ia duduk di sisi ranjang.
"Percayalah bahagia itu ada." Kaiko berucap lirih, ia mengusap punggung rapuh sang adik.
"Kau sudah melakukan hal yang benar, jangan terus-menerus merasa bersalah dengan keadaan saat ini."
"Kau tahu, aku saja yang melihat mu seperti ini merasa sakit, lalu bagaimana dengan diri mu yang merasakan nya, sudah lah berhenti, aku tak tahan. Ku mohon kembali lah menjadi Kenny yang selalu Aldi rindukan, kau tahu Kakak mu itu selalu memeluk ku, sambil mengatakan 'aku rindu adik ku yang periang'."
Kenny diam membisu, membiarkan Kaiko berbicara.
"Walau aku bertemu dan mengenal mu dengan sifat mu yang sekarang, tak ayal aku selalu ingin tahu bagaimana ekspresi dan sifat mu yang periang itu."
"Raga mungkin terluka, tapi apa kau juga tak memikirkan luka mu itu." Kaiko tersenyum pahit.
"Luka bahkan ikut melukai ku, apa kau tak berniat menyembuhkan luka mu juga, sudah cukup merasa bersalah nya. Sekarang pikirkan juga luka mu itu, jangan terus didiamkan, yang ada akan membusuk, berusaha berdamai lah dengan diri sendiri."
"Peluk aku." pinta Kenny, ia memberi ruang untuk Kaiko.
Kaiko memeluk Kenny dari belakang, memberikan kehangatan.
"Aku hanya ingin menangis, tidak untuk menyerah." lirih Kenny, dengan suara serak.
"Tujuh belas tahun aku mendiamkan luka ku, mana mungkin saat ini aku menyerah begitu saja." lanjutnya.
Kaiko hanya diam mendengarkan, setiap untaian kata yang dapat menyayat hati itu.
Mengapa semua orang menyalahkan Kenny seorang? Apa tak ada yang berpikir bagaimana sakit nya Kenny, saat berpisah dengan putra dan pria yang bersama nya.
Tanpa sadar Kaiko ikut meneteskan air mata, merasa sesak mendengar suara Kenny yang serak menahan tangis yang mungkin ia tahan agar tak begitu meledak.
"Aku serius saat aku mengatakan mencintai nya, aku bersungguh-sungguh. Aku harus apa, hati nya bukan milik ku lagi."
Sangat dalam ucapan Kenny, ia meremat selimut nya, bahkan napas nya tersendat-sendat.
Kaiko semakin mengeratkan pelukan nya, suami nya belum juga kembali, ia tak sanggup menyaksikan kesedihan Kenny seorang diri.
Sedangkan di tempat lain, putra yang selalu Kenny pikirkan, tengah duduk dengan foto di tangan nya.
Foto dimana ia masih bayi, kata Daddy nya, itu foto saat tiga hari ia melihat dunia.
"Apa aku seburuk itu sampai Ibu membuang ku." lirih nya.
Rifam tak bisa untuk tak berpikir berat saat ini, kenyataan pahit seakan menampar nya dari harapan yang selalu ia dambakan.
Ia benci kehidupan nya, ia benci bagaimana kacau keluarga nya.
Ibu baru? Hah, bahkan Rifam tak sanggup mengatakan nya, ia sudah dengan susah payah mencari keberadaan ibu nya, namun ternyata hanya ia yang mencari, ibu nya sama sekali tak menginginkan diri nya.
Bukan, bukan orang yang melahirkan nya yang salah, melainkan diri nya yang terlalu percaya diri, sampai tertampar oleh kenyataan.
Rifam terkekeh miris, ia menengadahkan kepala nya, helaan napas terus terdengar.
Ia lelah.
Ya, dia merasa di permainkan. Pada siapa ia harus bertanya tentang kebenaran, pada siapa ia harus berlari untuk mendapat sandaran.
Nanda, orang yang selalu menjadi dinding kokoh kehidupan nya sudah tiada.
Apa semesta belum cukup puas menghancurkan nya, bahkan ia baru bahagia untuk beberapa hari.
Ya, terkadang lebih baik tidak mengetahui dibandingkan kita mengetahui nya sampai melukai perasaan kita sendiri.
Ia merindukan orang yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA! DREAM S2 [END]
RomanceDREAM S2 Part lengkap✔ Luka itu merembes ikut melukai hati putra ku juga, banyak hal yang tak kau ketahui selama bertahun-tahun ini. putra ku sudah besar, kemarin usia nya sudah tujuh belas tahun, dan sekarang usia ku tepat berusia tiga puluh lima t...