16

6.5K 681 17
                                    

Rifam meremat ponsel nya, ia baru saja menerima sambungan telepon dari asisten Kenny.

Dengan langkah lebar Rifam segera mengedarai motor nya, ia akan pergi ke rumah Kenny.

Tak peduli jika hari sudah malam, Rifam hanya ingin menemui pria manis yang melahirkan nya itu.

Ia membawa kecepatan motor nya di atas rata-rata, angin malam berhasil membuat diri nya kedinginan, namun tak juga membuat nya gentar untuk melajukan sepeda motor nya.

Saat memasuki halaman rumah yang cukup mewah itu, Rifam berlari kecil menuju pintu utama.

Ia sedikit kasar saat mengetuk pintu, dan sesekali berteriak 'permisi'.

"Permisi!"

Teriak nya, melupakan bel rumah yang seharus nya ia tekan.

Namun beberapa menit kemudian pintu di buka oleh seorang pelayan.

"Saya Rifam, dan ingin bertemu Tuan Kenny." jelas Rifam tak ingin membuat sang pelayan bingung.

"Baiklah, silahkan masuk Tuan."

Setelah di persilahkan masuk, Rifam segera masuk, sesekali matanya menelisik mencari seseorang.

"Kau datang?"

Kening nya mengerut saat perempuan cantik menuruni tangga dengan anggun.

"Aku Kaiko, Kakak ibu..ah tidak, maksud ku Kenny." ucap Kaiko saat menghampiri Rifam.

"Rifam." sahut remaja itu.

Kaiko mengulum senyum nya, usaha nya membuat bocah itu datang tak sia-sia.

"Kenny ada di kamar nya, kau mau melihat nya?" tawar Kaiko.

Rifam mengangguk kecil, saat mendengar Kenny sakit entah mengapa Rifam merasa khawatir, mau bagaimana pun pria itu orang yang melahirkan nya.

Rifam mengikuti langkah Kaiko, yang membawa nya ke kamar Kenny.

Saat pintu kamar di buka, Rifam dengan sangat jelas melihat tubuh rapuh Kenny tengah terbaring lemah di atas ranjang.

Rifam menyeret kaki nya untuk menghampiri Kenny, wajah pucat Kenny tak bisa mengurangi ke indahan nya.

Rifam duduk di sisi ranjang, ia mengelus pipi tirus milik Kenny.

"Apa yang kau lakukan, sampai sakit?" ucap Rifam, panas menjalar ke tangan nya saat tangan nya masih mengusap pipi Kenny.

"Emm.."

Rifam menarik tangan nya, saat Kenny mengerang merasa tidur nya terganggu.

"Aku datang." ucap Rifam pelan.

Setelah berkata seperti itu, Rifam dapat melihat Kenny membuka matanya perlahan.

"Kau..."

"Ya, ini aku. Aku datang untuk melihat mu, bukan kah sangat buruk jika aku tak datang." potong Rifam.

Entahlah, rasanya sakit saat mendengar ucapan Rifam barusan, lelehan air mata membuat sudut mata Kenny basah.

Anak sebaik ini, dia tinggalkan? Tidak! Kenny sangat menyayangi Rifam.

"Kau...tak benci padaku?" tanya Kenny parau.

"Untuk apa aku membenci mu, lagipula siapa yang menginginkan putra seperti ku, tenanglah."

Kenny menggeleng ribut, ia tak terima Rifam merendahkan dirinya.

"Maafkan aku...ku mohon, aku sungguh menyesal." suara Kenny bergetar saat mengatakan nya.

Rifam membuang pandangan nya, ia tak sanggup melihat tetesan demi tetesan yang keluar dari bola mata Kenny.

"Tolong berhenti, kau menyakiti ku." tutur Rifam, berharap Kenny akan berhenti. "Apa kau tak takut wajah manis mu akan lenyap saat kau menangis, apa kau sudah melupakan misi mu untuk merebut Daddy kembali?"

Kenny termenung dengan tutur kata Rifam, apa putra nya kali ini mendukung nya?

"Kau mendukung ku?" tanya Kenny ragu.

"Lalu apa kau belum puas meninggalkan ku selama tujuh belas tahun, kau tak ingin menebus nya?" Rifam melontarkan pertanyaan yang membuat Kenny semakin termenung.

"Kau tahu, saat ini aku sedang patah hati." Rifam mulai bercerita.

"Tak peduli kau akan mendengar atau tidak, saat ini aku berpikir kau adalah Papa ku, yang berarti kau juga perlu tahu."

"Ceritakan lah." ucap Kenny, tak peduli kepala nya pening, ia hanya ingin mendekat kan diri dengan putra nya.

"Kau tahu, aku berpikir aku tak ingin memperumit hidup ku, kau dan Daddy saling mencintai bukan, mau sekuat apapun Sefiya mengikat Daddy aku yakin kau yang akan menang."

Kening Kenny mengerut saat mendengar nya.

"Sebaik apapun orang baru, tetap saja orang lama pemenang nya, Daddy hanya akan menyakiti Sefiya saja jika dia tetap menikah dengan wanita itu, karena nyatanya kau adalah cinta nya, kau yang sudah menghabiskan ruang di hati nya." tutur Rifam, matanya sudah memanas saat mengatakan nya.

"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu?" tanya Kenny.

"Ya, karena aku baru saja mengalami nya."

Mendengar itu Kenny dengan perlahan mendudukan diri nya, melawan rasa pening yang menyerang kepala nya.

"Aku sudah berjuang, aku bahkan memberikan apapun yang ia inginkan, aku berusaha menjadi yang terbaik, namun di saat masa lalu nya kembali, tetap saja dia akan kembali kepada pemilik nya." suara Rifam bergetar, bayangan dimana Rangga berubah semakin mengabaikan nya membuat nya sakit.

Kenny meraih tubuh Rifam, membawa Rifam ke dalam pelukan nya.

"Begitupun dengan mu...kau yang akan menang...Daddy sangat mencintai mu..aku yakin akan hal itu.."

Kenny mengeratkan pelukan nya, saat terasa bahu nya mulai basah, putra nya sedang tidak baik-baik saja.

"Aku sakit..."

Kenny memejamkan matanya, mendengar suara serak di campur tangis itu.

"Ada aku di sini, aku Papa mu." Kenny mengusap punggung bergetar Rifam.

"Dia mengabaikan ku, padahal seminggu ini kami sudah mulai memiliki hubungan, aku mengejar nya...aku memberikan apapun pada nya...namun mengapa..."

Hati Kenny seakan ikut hancur saat melihat putra nya patah hati, ia terus memeluk putra nya itu.

"Dia tak pantas untuk mu, kau terlalu baik untuk nya, kau putra ku. Kau boleh menangis, namun berhenti untuk terus terpuruk." tutur Kenny, suara halus nya terdengar nyaman di telinga Rifam.

Begini kah rasanya memiliki ibu? Di peluk dan di tenangkan?

"Aku...benar-benar sakit hati...dan kecewa.."

"Dia dengan tidak peduli nya mengabaikan ku, padahal hubungan kami baik-baik saja, sebelum pria di masa lalu nya kembali."

Apa Sefiya akan se hancur ini? Apa aku jahat, seharus nya aku tahu diri, tak seharus nya aku merebut tempat Sefiya yang selalu perempuan itu inginkan.

Batin Kenny, bukan kah kasus ini tak berbeda jauh dengan kasus hubungan nya dengan Raga, dia adalah perusak segala nya.

Sekarang ia melihat ke hancuran putra nya, bisa jadi hari berikut nya Sefiya yang merasakan nya, bagaimana bisa Kenny sekejam itu.

"Kau benar, tak seharus nya pria itu mengabaikan mu." lirih Kenny.

Rifam melepas pelukan Kenny, dengan jelas remaja itu melihat air mata juga di pipi Kenny.

"Kenapa kau ikut menangis?" tanya Rifam. "Apa hobi mu menangis?"

Kenny menggeleng pelan, ia menangkup kedua pipi Rifam.

"Walaupun aku tak bisa bersama dengan Daddy mu lagi, kau tak perlu khawatir terus lah datang ke pelukan ku jika kau sakit, jadikan aku rumah mu, aku akan melindungi mu dari panas, hujan, atau badai sekalipun."

PAPA! DREAM S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang