Lagi dan lagi Raga harus datang ke sekolah putra nya, Rifam seperti nya tidak bosan membuat masalah.
"Ini sudah kedua kali nya, Daddy datang ke sekolah mu." ucap Raga, saat ia sudah selesai menemui guru konseling.
"Lalu Daddy akan marah pada ku?" ucap Rifam.
"Jika kelak putra mu selalu membuat masalah, apa kau akan memuji nya?" tanya balik Raga dengan raut tegas.
"Tidak, tapi aku akan bertanya pada nya, mengapa ia membuat putra seseorang hampir lenyap." cetus Rifam.
Seperti tertampar dengan perkataan Rifam, Raga diam sejenak menatap putra nya.
"Baiklah, kenapa kau melakukan nya?" tanya Raga.
"Karena dia, melukai ku Dad. Kau pernah berkata jika seseorang melukai kita, kita harus melawan nya bukan? Dan hari ini ku turuti ucapan Daddy, aku ingin sekali melenyapkan nya, karena nya aku merasa menjadi anak yang malang."
Mendengar ucapan Rigam, Raga menghela napas nya.
"Kapan kau akan bersikap sabar?" tanya Raga.
"Entahlah, aku bukan Daddy yang akan diam saja jika di lukai." tekan Rifam, lalu pergi begitu saja.
Entahlah dia muak dengan segala nya, ia tak marah dengan Daddy nya, melainkan ia kecewa dengan hal yang tidak ia ketahui.
________
Kenny melihat-lihat hasil rancangan nya, senyuman tipis terpatri di wajah nya.
"Rifam akan sangat manis, jika mengenakan ini." gumam nya, sambil mengelus kain yang terasa lembut di telapak tangan nya.
"Siang Tuan, maaf mengganggu anda. Saya ingin memberikan laporan jurnal penyesuaian pada bulan ini." lapor pegawai Kenny.
"Ya, letakan di meja ku." sahut Kenny.
"Saya pamit undur diri."
Kenny mengangguk, ia kembali termenung menatap rancangan nya.
Ia membuka buku desain nya, gaun pengantin yang ia desain hampir selesai.
Sebenar nya cukup sulit untuk melakukan nya, karena terkadang ia tak fokus dengan pekerjaan nya.
Semalam bahkan ia tak sadar minum sampai tiga botol.
Bahkan rasa pusing nya masih terasa sampai siang ini.
Untung saja Kakak ipar nya, membuat kan sup pereda pusing. Jika tidak, mungkin saja Kenny tak akan datang ke kantor nya.
Ia tak mau perusahaan nya yang ini seperti cabang butik di kota bagian timur yang mengalami penurunan, karena ia jarang datang untuk melihat butik tersebut.
"Hah..aku ingin bertemu Rifam." celetuk nya, sejak bertemu dengan putra nya, Kenny tak pernah sekalipun berhenti memikirkan remaja tujuh belas tahun itu.
Ia beranjak dari ruangan nya, berniat berjalan-jalan sebentar di sekitar kota.
Kenny berjalan mencari cafe di sekitar perusahaan.
Kening nya mengerut saat melihat remaja yang masih memakai seragam tengah berjalan menunduk di pinggir jalan.
Kenny melihat jam tangan nya, ini masih pukul satu, pasti remaja itu bolos pikir nya.
"Hey, kau baik-baik saja?" tanya nya.
Kenny membola saat bocah itu mendongak, dia Rifam putra nya. Mengapa putra nya bolos?
"Kau bolos?" tanya Kenny penuh selidik.
Rifam menghela napas nya, ia tak menyangkan akan bertemu dengan perancang baju nya.
Kenny menaikan alis nya. "Baiklah, sekolah tidak bolos itu, tidak menyenangkan." ucapnya.
Rifam diam heran dengan ucapan Kenny barusan.
"Karena kau putra Tuan Argian, maka akan ku traktir makan, bagaimana kau setuju?" ajak Kenny.
Rifam mengangguk, ia mengikuti langkah Kenny yang membawa nya ke cafe terdekat.
Keduanya duduk dengan santai, Kenny tak henti-henti tersenyum, ia merasa mimpi saat akan makan siang bersama dengan putra nya.
"Pesan lah yang kau inginkan." ucapnya, ia memberikan buku menu pada Rifam.
"Kau terlalu baik, bisa saja aku menguras dompet mu, apa kan tak takut?" celetuk Rifam, namun hanya di balas kekehan oleh Kenny.
Kau minta rumah bertingkat, dan membuat ku bangkrut pun aku tak masalah, hanya saja temani lah aku.
Kenny tersenyum tipis, andai saja ia bisa mengatakan nya secara langsung.
Keduanya makan siang sambil berbincang, Kenny sedikit menanyai mengapa Rifam harus bolos.
"Jadi kenapa kau bolos?" tanya Kenny.
"Kau tahu Daddy ku sangat menyebalkan, dia memarahi ku karena aku memukuli anak orang." jelas Rifam antusias.
"Apa bocah yang kau pukuli, membuat mu marah atau membuat masalah pada mu?" tanya Kenny, ia ingin tahu dengan jelas.
"Ya, tentu saja. Tidak akan ada asap jika tidak ada api, dia Aziel pria menyebalkan yang selalu merundung orang lemah, aku sangat membenci nya, sungguh." tutur Rifam, keluar begitu saja.
"Kalau begitu aku di pihak mu." cetus Kenny, ia mengacak rambut Rifam.
Rifam tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putih nya.
"Kau benar-benar tak tertarik pada Daddy ku?" tanya Rifam tiba-tiba, Kenny tersenyum gugup dengan pertanyaan itu.
"Aku tidak tertarik dengan pria milik orang lain." jawab Kenny.
Rifam mengangguk. "Tapi aku tidak menyukai Nona Sefiya, entahlah dia memang baik namun rasanya aku mempunya pikiran negatif tentang nya."
"Mengapa tak kau tanyakan saja pada Daddy mu itu."
"Daddy terlalu pendiam, dia tak pernah cerita apapun tentang soal apapun itu, bahkan aku tidak tahu siapa yang melahirkan ku, kau tahu dia bahkan tak ingin membahas soal ibu ku."
Kenny menelan saliva nya susah payah, ia menatap Rifam dengan getir.
Cepatlah sadar, Daddy membutuh kan mu! Mengapa kau seperti orang asing, kau kan ibu ku?
Rifam meremat sendok nya, ia ingin mengatakan hal itu dengan lantang agar pria di hadapan nya ini tidak membuang-buang waktu.
"Kau mau dengar sesuatu?" tanya Rifam membuat lamunan Kenny buyar.
"Apa?" tanya nya.
"Satu detik kau menyia-nyiakan waktu, maka seribu keberuntungan akan lenyap." cetus Rifam, mengatakan kutipan nasihat dari Raga.
"Daddy sering mengatakan nya." tambah Rifam.
Kenny membuang pandangan nya, ia merasa tak kuasa untuk memandang putra nya sendiri.
"Kau yang melahirkan ku, bukan?" celetuk Rifam tak tahan lagi.
Kenny tersentak, bahkan garpu yang ia pegang jatuh ke lantai, dan menghasilkan bunyi nyaring.
Rifam terkekeh dengan ekspresi terkejut Kenny.
"Sudah ku duga." ucapnya.
"Da..dari mana..kau mendapat informasi..seperti itu?" tanya Kenny gugup.
"Kau tak perlu tahu, aku hanya ingin kau tahu, selama tujuh belas tahun aku hidup di dunia ini, inilah momen yang selalu aku dampakan, yaitu makan bersama orang yang melahirkan ku." Rifam berucap dengan lirih, bahkan Kenny dapat dengan jelas melihat raut sedih di wajah Rifam.
"Kemana saja kau?"
"Apa kau tak merindukan ku? Sampai saat kita bertemu, bahkan kau seperti tak mengenal Daddy!"
"Kau lihat putra mu ini." Rifam menunjuk diri nya sendiri. "Putra mu kesepian, dia manusia bodoh yang tak tahu apapun tentang sosok yang melahirkan nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAPA! DREAM S2 [END]
RomanceDREAM S2 Part lengkap✔ Luka itu merembes ikut melukai hati putra ku juga, banyak hal yang tak kau ketahui selama bertahun-tahun ini. putra ku sudah besar, kemarin usia nya sudah tujuh belas tahun, dan sekarang usia ku tepat berusia tiga puluh lima t...