23

6.7K 675 84
                                    

Saat ini Kenny datang ke sekolah Rifam, itu karena permintaan putranya.

Ia duduk dengan sopan di hadapan kepala sekolah.

"Permisi, maaf saya terlambat." Raga baru saja datang.

"Ah Tuan Argian silahkan duduk. Rifam anak beruntung dia memiliki dua wali yang datang." ucap kepala sekolah.

Kenny menatap Raga penuh amarah, ia mendengar semua perbuatan pria itu pada Rifam.

Putra nya sudah menceritakan segala nya, itu membuatnya ingin sekali menghajar Raga.

"Kau tahu putra ku di rawat di rumah sakit  awal nya aku ingin sekali tahu siapa orang tua nya, namun saat kalian datang aku mengerti, pantas saja bocah itu pecicilan ternyata dia lahir dari pasangan gay." tutur wanita kepala empat di hadapan Kenny.

Kenny menaikan alis nya, ucapan perempuan itu sangat tak sopan bagi nya.

"Sebelum nya aku minta maaf atas perbuatan putra ku, aku akan membawa putra ku untuk meminta maaf pada putra mu, namun mengapa kau menyalahkan putra ku saja? Bukan kah tidak akan ada asap jika tidak ada api?" tutur Kenny.

"Jelas-jelas putra mu yang sangat salah, dia hampir membunuh putra ku."

"Ya aku mengerti Nyonya, namun kenapa kau tidak menanyakan kronologi nya pada putra mu, aku sangat mengenal putra ku dia tak akan gegabah."

Wanita itu mendengus, ia menatap Kenny tak suka.

"Putra mu tak memiliki etika, namun tak apa aku yakin kau submisiv bukan? Wajar saja dia lahir dari orang yang tak normal, menjijikan sekali."

"Nyonya perkataan mu jauh tak berpendidikan." Raga sudah muak, terpaksa ia menimpali, ia tak suka saat Kenny di rendahkan seperti itu.

Kenny tersenyum tipis, akhirnya sang Daddy ikut dalam perbincangan.

Wanita itu menghela napas nya, ia tahu Raga pemilik perusahan besar bahkan suami nya kerja di anak perusahaan Raga.

"Sekali lagi maaf kan perbuatan putra kami, kami bersungguh-sungguh. Dan juga kami akan menanggung biaya dan juga memberikan jaminan pada putra anda, saya sebagai Daddy nya benar-benar meminta maaf. Saya berjanji akan lebih keras mendidik putra kami."

Kenny serasa terhipnotis oleh tutur kata Raga, sungguh berwibawa dan tegas.

Ahh..pria nya!

Wanita itu menghembuskan napas nya. "Baiklah, saya tak masalah namun saya ingin meminta keadilan untuk putra saya dan juga meminta kebijakan sekolah."

"Saya selaku kepala sekolah memberikan surat peringatan dua, denda dan juga hukuman skors pada ananda Rifam Argian, jadi anda bisa tenang." timpal kepala sekolah.

"Berapa hari skors nya?" tanya Kenny.

"Seminggu, di tambah Rifam di hukum dengan membersihkan seluruh toilet sekolah selama satu bulan, jika sekali saja tak mengerjakan maka dia harus mengulang kembali hukuman nya dari awal." jelas kepala sekolah.

Kenny mengangguk setuju. Mengingat tentang hukuman toilet itu mengingatkan nya saat ia di hukum juga bersama Raga, ah..walau menyebalkan namun sangat menyenangkan.

Akhirnya setelah melewati badai, keduanya dapat keluar dengan napas lega.

"Lain kali didik putra mu dengan benar." ujar wanita itu lalu pergi begitu saja.

"Ya! Bajingan itu, sialan aku ingin sekali merobek mulut nya!"

"Kemari aku.."

"Diamlah, kau selalu saja berisik tak malu kah, kau sudah tua saat ini." potong Raga, rasanya telinga nya berdengung mendengar teriakan Kenny.

"Kau tak mengerti, wanita ular itu sangat berbisa." ucap Kenny. "Dia terus berkata jelek soal Rifam, hah..aku ingin menjambak rambut panjang nya itu, jika aku memanjangkan rambut ku sudah pasti dia kalah cantik..sialan aku sangat marah sekali."

Kenny terus berceloteh tanpa sadar Raga terus memperhatikan nya.

"Hey Daddy brengsek!" sentak Kenny.

"Apa maksud mu?"

"Kau benar- benar bajingan, berani nya kau menampar putra ku, dan memarahi nya terus." ucap Kenny.

"Hey aku memarahi nya karena dia salah."

"Lalu kenapa harus kau tampar, kau bisa menasehati nya secara baik-baik, dia itu masih remaja mental nya masih sensitif, kau tak jauh berbeda dengan nenek sihir itu, mengambil kesimpulan tanpa tahu kronologi nya."

"Maaf." Raga berucap lirih.

Kenny menghembuskan napas nya, ia menyipitkan matanya.

"Jika kau kesal pada ku, maka limpahkan pada ku jangan pada Rifam, aku tahu kau mulai memarahi nya saat Rifam mulai dekat dengan ku, tenanglah aku tak akan merebut nya dari mu." tutur Kenny.

Raga menunduk lesu, ia merasa sedang di beri pituah oleh istri.

"Dan apa rencana sialan mu itu, mengirim Rifam jauh dari kita? Apa kau gila? Kau ingin mengikuti jejak Papa ku, aku sudah mengalami hal buruk itu, dan rasanya sangat pahit, kau tahu jika sampai kau melakukan nya, bersiaplah Rifam akan membenci mu, jangan kan untuk bicara dengan mu, untuk menatap mu saja, ku jamin Rifam tak akan sudi."

"Maaf karena sudah mengacaukan segala nya, namun asal kau tahu saat ini hanya Rifam yang menjadi prioritas ku, apapun yang Rifam inginkan jika itu baik bagi nya akan ku berikan. Dan juga jika dia terus mengadu sering tak nyaman di rumah karena sikap mu, jangan salah kan aku, aku tak akan merebut Rifam melainkan aku akan merebut mu dari wanita itu." celoteh Kenny.

"Mungkin aku sudah menyerah namun jika itu menyangkut putra ku, akan ku pastikan kau tak akan bisa tidur sebelum menikahi ku, pegang perkataan ku ini."

Kenny segera pergi setelah mengatakan nya, wajah nya sangat memerah jujur saja ia sangat malu, namun ia harus membuang gengsi nya bukan?

Sedangkan Raga tersenyum tipis setelah kepergian Kenny, pria manis itu masih sama seperti dulu, berisik.

Mungkin di mata orang lain, Kenny terlihat diam, penyabar, lembut namun dihadapan nya lihatlah, submisiv itu seperti singa yang terganggu tidur nya.

"Aku akan pegang perkataan mu itu." gumam Raga.

Raga segera melangkah pergi, ia akan menemui Rifam.

Namun langkah nya harus berhenti saat ia melihat Kenny menarik tangan Rifam, keduanya pergi ke taman belakang yang di ikuti oleh Raga.

Kenny dan Rifam duduk di kursi taman dekat pohon.

"Laksanakan semua hukuman nya, aku tahu bukan kau yang salah, namun kau perlu tanggung jawab." tutur Kenny lembut, ia mengusap kepala Rifam.

Raga mendengar dan melihat adegan itu dengan jelas.

"Maaf kan aku Pa, aku tak akan melakukan nya lagi, aku berjanji." Rifam menggenggam tangan Kenny.

"Ya, kau harus menepati perkataan mu itu, jika tidak aku akan marah dan jangan lupakan seorang pria selalu menepati ucapan nya."

"Pa rasanya aku ingin setiap detik bersama mu, namun aku juga ingin bersama Daddy, apa kau benar-benar menyerah?"

Kenny tersenyum tipis lalu menggeleng. "Kau tahu saat orang yang kau cintai bersama orang lain, itu sungguh menyakitkan, jadi biarkan Sefiya menikah dengan Daddy mu, karena wanita itu sangat mencintai Daddy mu. Jangan khawatir, sudah ku katakan bukan? Tanpa aku kembali bersama Daddy mu pun, datang lah ke pelukan ku."

Raga menatap nanar keduanya, apa ia sanggup menyakiti dua pria manis itu?

Rasanya Raga merutuki diri nya, apalagi pernikahan nya bersama Sefiya kurang dari dua minggu lagi.

Namun saat ini, perasaan dan hati nya merasa gundah.

PAPA! DREAM S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang