Hah????

141 14 0
                                    

Tangis yang memenuhi ruangan Transisi, membuat pilu bagi siapa saja yang mendengarnya.

Seorang Lelaki berkemeja putih membuka pintu Ruangan tersebut, ia termenung didepan pintu ruangan setelah masuk ke ruangan tersebut. Ditangan Lelaki tersebut terdapat buket bunga.

Semua orang didalam ruangan menoleh ke arah pintu saat merasakan kehadiran seseorang. Mereka terkejut sekaligus ketakutan.

“Njirrrr Setaaan” Renjun memeluk lengan Jaemin.
Sementara Jisung menahan Atuy yang hampir tersungkur mau pingsan.

Dan yang lainnya membeku lidah mereka kelu saat ingin teriak.
“Setan apaan, Lu pikir Gue setaan” ucap Lelaki yang terus berjalan mendekat ke arah mereka.

“B-bang Mark” Suara serak Haechan terdengar pelan, air matanya lagi-lagi mengalir.
"......"


“Iya......Maaf Gue baru datang, tadi Gue lagi sidang, hehee” Mark mengusap air mata Haechan, Haechan menarik tubuh Mark dan memeluk nya sembari memukul mukul tubuh Mark.

“Lu Jahat banget Bang......Gue udah nangisin Lu Gue kira Lu meninggal hueeeee” Rengek Haechan.

Mark hanya tersenyum mendengar rengekan adiknya itu.

Sementara yang lain menatap takut kearah Mark. Mark berdiri dan membenarkan bajunya yang kusut.

“ngapain lu pada liatin Gue kaya liat pocong?? Gue belum mati” tak ada satupun yang menjawab perkataan Mark, mereka masih memandang Mark dengan takut.
"......"

“lu semua masih bingung??.......okeee duduk dulu......... jadi gini........”

Flashback

Jari Mark masih menulis diatas sebuah kertas yang ia pinjam dari seorang perawat, lengannya yang terbalut pakaian rumah sakit menyapu keringat yang mengucur di pelipisnya.

“Saudara Mark, sekarang kita akan pindah dulu di ruangan sebelah, kita akan mulai operasinya” ucap Dokter yang datang keruangan Mark.

“ini Dok, Saya minta tolong nanti setelah pasien siuman, Saya titip surat untuk untuk pasien” Dokter mengambil surat yang diberikan Mark.

Saat Dokter dan Mark keluar dari ruangan hendak menuju ruangan di sebelahnya, seorang Pria berkemeja dongker menarik tangan Dokter.

“Dok Saya mohon............apapun buat anak saya kembali” ucap Pria tersebut sambil menangis.

“Pak Jhonny??”

Mark terkejut dengan siapa yang ditemuinya.

“maaf Pak, kami sudah melakukan semua yang kami bisa, ini sudah takdir tuhan”
"......."


Lutut Jhonny runtuh ia bersimpuh dilantai rumah sakit. Mark memegang kedua bahu Jhonny.

“Pak, kita tidak bisa melawan takdir, anak bapak sekarang sudah tidak sakit lagi” ucap Mark. Jhonny menatap sendu Mark didepannya.

“andaikan Saya tak mengijinkannya keluar, ia tak akan kecelakaan malam itu. kamu hanya akan bisa berkata seperti itu, karena kamu tak merasakannya” ucap Jhonny.

“Saya memang tidak merasakan apa yang bapak rasa, tapi Saya akan merasakan apa yang anak bapak rasa”
"......."

Jhonny terpaku menatap Mark semari Mark membantu Jhonny berdiri.

“kenapa?”
“Saya akan memberikan kedua paru-paru Saya untuk Haechan, adik Saya agar dia bisa hidup, dia membutuhkan paru-paru dikarenakan paru-parunya bocor”

“hah?.....”

Mark dan Dokter hendak berlalu meninggalkan Jhonny, namun langkah mereka terhenti tatkala Jhonny menarik tangan Dokter.

“Dokter, Maukah anda menolong Saya?”

“kami akan segera melakukan operasi, kami tidak punya banyak waktu, maaf Pak Jhonny” ucap Dokter tersebut.

“Dok Saya mohon, tolong biarkan Saya menyerahkan paru-paru anak Saya untuk Haechan”

“Pak....” perkataan Mark terputus
“Mark, ini cara satu satunya untuk Saya, Anak Saya sudah tiada, Saya ingin melihat Anak Saya bernafas meski itu didalam diri Orang lain”

“Bapak Yakin?” Mark masih meragukan Pak Jhonny.
“Biarkan Saya melihat anak Saya bernafas, Saya mohon”
“Bagaimana saudara Mark? Apa bisa dilanjutkan, kita tidak punya banyak waktu”
"....."


“baiklah dok, biarkan Anak Pak Jhonny yang mendonorkan paru parunya” Ucap Mark.

“Baik, Saya akan memeriksa kecocokannya terlebih dahulu, perawat, tolong bawa pasien bernama Sungchan Suh dari kamar Mayat untuk diperiksa” Dokter meminta Perawat untuk membawa jasad anak Jhonny.

“Mark bukannya kamu sidang hari ini” tanya Jhonny pada lelaki didepannya.
“Iya pak, tapi sekarang sepertinya sidang sudah mau mulai”

“udahh sana pergi, Kamu harus ikut sidang, jangan sampai Kamu tidak lulus, Kamu harus lulus dan fokus apapun yang terjadi”

“engga pak Saya masih mau nunggu hasil kecocokan paru parunya, gimana kalau ternyata gak cocok”

“Jangan pikirkan itu sekarang, Kamu harus sidang, cepat pergi”
“Bapak juga harus pergi sama Saya, Bapak itu dosen pembimbing Saya”
“ahhhh maaf Saya lupa, ya sudah cepat ikut Saya kita siap-siap dan kekampus”
“baik pak”
“......”

Sirkel Es CampurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang