Jadi Muncak

162 16 0
                                    

Lelaki berkulit tan merangkul tas besar di punggungnya, terlihat seperti sedang menunggu teman-temannya untuk bersiap-siap pergi muncak setelah beberapa hari impian itupun terwujud, sebab ia akan langsung pulang ke tempat kelahirannya yakni Bandung.

“ indah banget pagi ini, huuufftt” Haechan menghembuskan nafasnya.

Sehelai kolor terbang dari lantai dua dan nyangut dibahu Haechan.

“nihh kolor gak punya etitut banget njirr, woy Bang kolor lu nihh” Haecham melempar kolor terbang tadi ke lantai dua.

“ohhh jatuh ya Chan he hee makasih ya” Atuy menongolkan kepalanya.

“Bang Atuy, Gue titip Oscar yaa kasih makan 3 kali sehari” pekik Haechan
“iyaaa “ Atuy nyaut sambil mengulurkan jempolnya.


“beneran nih Sung, kaki Lu dah baek” Jeno menepuk nepuk kaki Jisung.

“iya cepet banget sembuhnya kata dokterkan dua minggu, lahh ini berapa hari doang” sambung Mark.

“berapa hari apanya kan seminggu juga bisa kata dokter, gua dah itung dari sabtu kemaren sekarang hari senen jadi 10 hari” Ujar Jisung yang sedari tadi semangat mau muncak.

“yaudahh, yok jalan Chenle, Jaemin sama Renjun udah di terminal”
-
-
-
-
-


(Terminal)

“Bang Mark sama perintilannya belom keliatan batang idungnya dari tadi” Renjun yang sudah mulai Jenuh, padahal baru menunggu 5 menit.

“ke Garut kan?” Chenle bertanya pada ke dua sahabat yang lebih tua darinya.

“iya ke Gunung Papandayan, kata Jisung cocok buat pemula, jadi dia milih Gunung itu, karena dia bawa kita yang kapasitas energinya di awah standar kelulusan remaja” ujar Jaemin.

Setelah sekian waktu tiga anak adam yang menunggu diterminal, muncullah 4 anak adam yang mereka tunggu, mereka berjalan mendekat.

“Lama ya?” Mark bertanya pada mereka yang menunggu.

“gak juga bang 20 menitan lah” Jawab Chenle sembari mengambil tas tenda anti puting beliung nya.
“yaudah yok masuk, bus nya udah mau berangkat nihh” ajak Renjun sembari merangkul tas yang besarnya melebihi tubuhnya.
-
-
-



Didalam Bus tujuh lelaki berparas pangeran itu sedang sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak ada suara diantara mereka, yang ada hanya bunyi keyboard laptop Mark yang sedari tadi menemani kuping mereka. Terlihat Renjun yang melamun sedari tadi.

“Jaem, lu ngapain” Renjun mulai membuka pembicaraan, sambil berdiri melihat Jaemin yang duduk di depannya.

“nonton Ceramah......” Jawab Jaemin singkat. Masih dengan posisi berdiri Renjun melihat teman-temannya, Chenle di samping Jaemin yang memainkan Video Game sedangkan di kursi seberang renjun melihat di sebelah Mark ada Haechan yang tidur ditutupi oleh Mark, soalnya Haechan lagi mangap.

Di kursi belakang Mark terdapat Jeno yang memakan kerupuk dan Jisung yang berbicara pada kursi Mark.
Renjun kembali duduk, ia kembali melirik Om om botak berbadan seperti titan yang tertidur di sampingnya.

“aaaaaaaaaa” Om om yang tidur di samping Renjun bergerak minghimpit Renjun.

“ngapa bang? Chenle menongolkan kepalanya.
“tolong le, Gue ga bisa napas” Renjun yang berusaha mendorong tubuh titan Om om tadi namun usahanya gagal.

“gue gak bisa lewat nih, Bang Jaemin tiduran meluk tumpukan tas didepannya” Ujar Chenle.

Renjun sekuat tenaga menggeser tubuh Om om tadi hingga ia sudah menyerah ia pasrah, yang penting sekarang Renjun bisa bernapas meski dalam posisi bahunya di senderin Om om.
-
-
-
-

Ketujuh Lelaki yang hendak Muncak tadi turun dari Bus .

“ahhhhh” Jisung meregangkan tubuhnya sembari melihat ke arah Renjun yang berjalan lemas.

“ngapa lu bang, kaya ga ada semangat idup aja” Jisung bertanya saat Renjun mendekat.
“sakit badan Gue njirr di timpa Om om yang besarnya kaya tirek” Renjun memunyikan pinggangnya.

“ehhh nanti pulang muncak kita kerumah Gue ya dibandung” Haechan menawarkan pada teman-temannya.
“iyaa, siapin aja banyak-banyak makanan, bilang ama Bunda lu” ucap Jeno.
-
-
-



Setelah melalui beberapa proses perjalanan, akhirnya mereka dalam perjalanan menuju puncak di gunung.

“ woii Ji, nihh masih jauh apa? Pinggang Gue encok”  seru Jaemin pada Jisung

“ gak kok Bang tinggal 500 meter lagi” Jisung menjawab Jaemin.

Mark memberikan topinya ke Haechan.
“udah tau ga bisa kena matahari, malah ga bawa topi” ujar Mark.

“dahh Lu aja yang pake Bang, nar pala lu kaya utan kebakaran” Haechan menolak topi Mark, tapi Mark tangannya menemplokkan topinya pada kepala Haechan.

“pake!!” Haechan pun membenarkan topi yang ditemplokin di kepalanya.

Sirkel Es CampurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang