Alpha memandang sosok itu dari jauh. Wanita itu pasti sedang sibuk dengan membuat sketsa- sketsa model pakaian.
Hanya itu yang bisa membuatnya tenang.
Wajahnya telah terlihat sempurna, jauh sempurna dibanding di awal mereka bertemu.
Kini wajah itu selalu meraja dalam ingatannya, ia pikir karena dulu Mayra adalah project utamanya. Tapi sampai saat ini pun Mayra tetap menghuni kediaman dalam satu ruang dalam benaknya.
Ia melihat tante Inge datang dan berbincang dengannya. Sesekali tante inge mengusap lembut rambutnya, menepuk pundaknya memberi semangat dan membesarkan hati wanita yang pernah hancur itu.
Ia lega karena banyak yang mengasihi dan peduli pada Mayra. Wanita kuat dan tangguh yang mampu bangkit dari abu, bukan puing-puing, bukan reruntuhan. Mayra bangkit dari abu.
Hidupnya dihancurkan hingga ke titik nol dalam hidupnya.
Jika kini cahaya matanya mulai terang, senyumnya mulai merekah itu adalah mujizat.
Kuncup itu semakin mekar, semakin indah, dan kini ia merasa terikat dengan satu keping hati yang mulai utuh itu.
Sebuah tepukan di bahu membuatnya menoleh.
"Masuk aja mas, Mayra lagi nggak sibuk kok"
Alpha tersenyum dan menggeleng.
"Gue buru-buru Lee, salam aja buat Mamay..."Alpha langsung pergi diikuti pandangan heran dari Jolee.
Buru-buru?
Setahu nya Alpha tidak ada urusan lain jika sampai datang kesini selain melihat Mayra. Rumah Sakit cukup jauh dari eRDeI, begitu juga rumah Alpha berbeda arah dengan eRDeI.
Trus kenapa bilang buru-buru? Dan pergi begitu saja?
Aneh.
Tapi sudahlah, Jolee juga sedang buru-buru.
Selengkapnya di Karyakarsa.
Terima kasih untuk teman-teman yang sudah mendukung saya.
🥰🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
REPAIR
Teen FictionHidup ditengah penghakiman adalah niscaya. Keburukan dan kebusukan adalah candu bagi mereka yang suka menghakimi Siapa yang suka berpesta pora pada borok yang penuh nanah yang menjijikkan itu? Mereka yang candu dengan busuknya kehidupan orang lain...