SALMON 2

645 68 6
                                    

Setetes Harapan di Tengah Kegelapan





Yash tidak segila itu menjual tubuhnya ke orang lain untuk mendapatkan uang. Dia masih waras untuk saat ini tapi tak tahu nanti.

Pemuda itu tidak memberitahu masalah ini kepada orang tuanya karena takut mereka terbebani. Yash mencari bantuan kepada teman-temannya untuk mencarikan dia pekerjaan.

Dia menendang kerikil di pinggir jalan raya, malam ini tak tahu kakinya akan melangkah ke mana.

"Sial! Pakai mogok segala!"

Yash menghampiri pria pemilik motor yang menendang ban motor itu.

"Boleh lihat motornya?" tanya Yash.

"Bisa?" tanya pria tersebut.

Yash mengecek keadaan motornya. Soal permotoran dia sedikit bisa melakukannya karena sering membantu membantu yang memiliki usaha bengkel kecil-kecilan di pinggir jalan.

"Gimana?"

"Udah bisa dihidupkan," jawab Yash.

"Jago juga," pujian yang mengeluarkan uang dua lembar berwarna merah.

"Buat jajan dan thanks ya."

"Kira-kira punya lowongan pekerjaan tidak?" tanya Yash berani karena melihat dari gayanya pasti orang kaya.

"Lo butuh kerja? Bisa beladiri?"

Yash mengangguk.

"Naik, saya antar ke sana kebetulan lagi membutuhkan orang yang bisa beladiri dan kuat mental," ucapnya.

Yash naik ke motor hitam tersebut. Dia tidak takut diculik karena ini jalan raya dan dia bisa mematahkan leher pengendara motor tersebut.

Gedung besar berlantai belasan ternyata tujuan pria itu dan Yash tercengang saat membaca nama gedung tersebut.

"Lo pasti tau. Ayo masuk," ajaknya.

Di dalam gedung tersebut ada banyak pria yang berbaris dengan pakaian hitam putih rapu berjas hitam. Hanya dirinya saja yang memakai baju biasa.

"Kau membawa siapa, Carlos?" tanya Alfaraz.

"Dia membutuhkan pekerjaan. Siapa tau cocok," jawab Carlos.

"Sebutkan identitasmu," perintah Alfaraz.

"Nama saya Yash, seorang pelajar SMA," jawab Yash tegas.

"Dia masih di bawah umur. Tidak bisa mengikuti seleksi menjadi pengawal Papan," komentar Alfaraz.

"Berikan kesempatan. Siapa tahu dia membutuhkan uang banyak. Toh semua keputusan berada di tangan Arfan dan lagi pula dia belum tentu bisa melewati tes di sini," bisik Carlos.

Yash mengikuti setiap perkataan orang yang bicara di depannya dengan baik. Untuk pertama kalinya dia berdoa meminta agar segalanya di permudah.

Dia tak tahu apa alat yang digunakan ke arah matanya tapi semua data mengenai dirinya muncul di layar. Dia menutup wajahnya malu karena semua orang melihat.

"Kau masuk ke dalam," suruh Alfaraz.

"Baik, Pak," jawab Yash menurut.

Sempat Yash mengiranya ruangan yang dimasukinya adalah tempat wawancara tapi ternyata hanya ada kursi, televisi yang menayangkan kartun dan berbagai cemilan serta makanan berat.

"Kau akan menjadi pengawal cucuku. Dia maniak film kartun itu. Kau bisa keluar jika tak mau," ucap Alfaraz.

"Saya mau," jawab Yash.

SALMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang