"Baim, tolong Yash," pinta Bu Hilda menangis.
"Pasti. Sekarang Baim antar ibu pulang dulu. Soal Yash biar jadi urusan kami. Ibu tunggu aja kabar di rumah," tutur Baim menenangkan Ibu sahabatnya itu.
"Yash...." panggil Bu Hilda lirih.
Perasaan Bu Hilda campur aduk, dia tidak tahu apa masalah yang sedang dihadapkan oleh putranya tersebut.
"Bener, Ozak nanti minta bantuan Papa," timpal Ozak.
"Tolong ya Zak, Baim," ucap Bu Hilda menangis.
"Baim antar pulang ya," pungkaa Baim.
Bu Hilda menurut diantarkan pulang oleh Baim.
"Lo tunggu di sini, nanti perginya bareng-bareng," ujar Baim.
"Sekalian nanti antar bocah ini dulu. Gue gak tahu ini anak siapa," sahut Ozak menatap Arfan.
"Oke!" balas Baim mengantarkan Bu Hilda pulang sedangkan Ozak dan Arfan menunggu di dekat warung hancur tersebut.
Ozak memperhatikan anak kecil yang dibawa Yash tadi, dari segi pakaian, sandal dan tas yang digunakan sih termasuk orang berada. Kulitnya putih, raut wajahnya polos, sepertinya termasuk anak yang pendiam dan tidak petakilan.
"Namanya siapa?" tanya Ozan mencolek lengan Arfan.
"Papan," balas Arfan.
"Yakali namanya Papan, norak banget," Komentar Ozak.
"Benel kok, nama Papan!" seru Arfan.
Ozak tergelak, orang tua pemikiran kolot mana yang akan menamai nama anaknya seaneh ini.
"Yash napa dibawa polis?" tanya Arfan kepo.
"Ada deh," jawab Ozak.
"Telus Papan pulang gimana?" tanya Arfan memandang Ozak dengan tatapan polosnya.
"Nanti gue antar," jawab Ozak.
Arfan mengangguk-anggukan kepalanya.
Suara tepuk tangan mengalihkan perhatian keduanya. Erik dan teman-temannya mendatangi mereka dengan gaya sombong.
"Aduh temannya di penjara!" ejek Erik.
"Makin melarat hidupnya!"
"Oh," sahut Ozak tidak peduli.
"Ozak, mending lo gabung sama gue sini daripada berteman dengan orang yang gak punya apa-apa! Paling sebentar lagi dia bakalan jadi mainan Okinawa karena hutangnya. Belum ke gue, belum bayar sekolah, warung nyokapnya rusak dan sekarang kasus karena mukuli gue," beber Erik dengan nada bangga.
Seolah apa yang dilakukannya itu merupakan pencapaian besar.
"Bokap lo dan Baim juga gak bakal bisa bantu. Keluarga kalian masih di bawah gue," pungkas Erik mengejek.
"Lo emang niat banget ya menghancurkan Yash. Dia baik ke lo tapi balasa dari lo kayak anjing!" desis Ozak diserta umpatan
"Bodoh ya lo masih mau jadi kacung dia," komentar Erik.
Ozak terkekeh sinis. "Gue gak merasa jadi kacung dan Yash gak menjadikan gue kacung!"
Ozak menunjuk Erik disertai sorot mata tajam.
"Kalau lo merasa selama bersama Yash lo jadi kacung berarti ada yang salah di diri lo!" pungkas Ozak tajam.
Erik menarik baju Ozak dan mendaratkan pukulan hingga Ozak tersungkur.
"Ih jahat!" seru Arfan memelototi Erik.
Erik memutar tubuhnya ke kiri dan mendorong bahu Arfan sampai anak itu oleng untungnya Ozak sigap berdiri menarik tangan Arfan. Jadi Arfan tidak jatuh. Ozak menggendong Arfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SALMON
RandomYash tidak seberuntung kebanyakan orang. Di saat SMA, dia terlibat taruhan besar karena dijebak. Taruhan tersebut memaksanya nekat melamar sebagai bodyguard anak kecil keluarga konglomerat. "Yash! Gue gak nyangka Lo udah punya anak!" "Hah?"