SALMON 5

326 27 4
                                    

Yash tidak berminat melihat orang-orang memuji Irene dan Erik yang cocok berpacaran. Tidak jarang mereka mengolok-oloknya karena bodoh melepaskan Irene.

"Lo gak perlu dengar omongan iblis-iblis so suci itu Yash," pungkas Baim geram juga dengan kelakuan teman-teman sekelasnya.

"Oke," sahut Yash.

"Si Erik ternyata udah berteman dengan geng Cobra dari lama, dia emang udah niat buat jatuhin lo," tutur Ozak dengan binar mata yang memancarkan amarah.

"Gue gak mau musuhan sama siapapun," sahut Yash menghela napas panjang.

"Ozak dan gue tetap menjadi teman lo!" kata Baim menepuk pundak Yash.

Yash menoleh ke samping, Raina sedang membuka kotak bekal berwarna jingga yang berisi sandwich dan sekotak susu rasa pisang.

"Lo gak ke kantin?" tanya Yash basa-basi.

"Gak ada yang ajak. Gue bawa bekal dari rumah dan lebih sehat," jawab Raina santai.

Dia berpikir apakah benar gadis ini sama sekali tidak memiliki teman tapi memang tidak ada yang datang mengajak Raina pergi seperti kebanyakan perempuan akan bergerombol pergi ke kantin.

"Gak punya teman?" tanya Yash sekali lagi.

Raina mengangguk. "Siapa yang mau temanan sama gue yang gini."

Menurutnya tidak ada yang aneh dari Raina, organ tubuhnya lengkap, semuanya normal.

"Ya udah lo jadi temen gue aja," ucap Yash mengejutkan Ozak dan Baim.

Raina tersenyum tipis dan memakam sandwich-nya. Ozak menarik Baim sedikit menjauh dari mereka.

"Dugaan gue otak si Yash agak koslet karena terbentur sekaligus gara-gara si Erik jadi pikirannya agak aneh," bisik Ozak.

"Gak papa. Si Raina juga bukan tipe cewek yang neko-neko," sahut Baim tidak mempermasalahkan.

Ozak mengacungkan jempolnya. Mereka kembali ke tempat duduk dengan kursi menghadap meja Yash.

"Yash gue udah minta pinjaman ke bokap gue dan bisa lo bayar cicil kapan-kapan," tutur Baim.

"Thanks buat bantuannya. Gue udah dapet kerja," balas Yash.

"Lo gak seriusan jual diri, kan?" tanya Baim curiga.

"Gak lah."

"Kerja di mana? Kita bisa bantu lo meringankan pekerjaan?" Ozak antusias dan tulus membantu Yash.

"Kalau sulit nanti gue minta bantuan," sahut Yash.

Ketulusan keduanya tidak perlu diragukan.

Panggilan kepada Yash Varella dan Raina Bimala di tunggu di ruang tata usaha sekarang.

Raina menyimpan alat makannya kemudian beranjak. Yash berdiri, berjalan terlebih dahulu lalu Raina tidak lupa Ozak dan Baim mengikuti dari belakang.

Ruang tata usaha berada di sebelah timur dekat lapangan. Yash melirik Erik dan kawan-kawan barunya menatap Yash dengan sorot penuh ejekan.

Mereka masuk ke ruang tata usaha. Ruangannya besar. Yash dan Raina dipersilahkan duduk di kursi sedangkan Ozak dan Baim berdiri di belakang mereka.

"Raina, ini kwitansi pembayaran kamu. Kasih ke orang tua kamu ya."

"Iya, Bu Dwi," sahut Raina.

Bu Dwi tersenyum tipis ke arah Yash.

"Sebelumnya saya mohon maaf Yash karena akan menyampaikan kabar tidak baik. Mulai hari ini dan seterusnya beasiswa kamu akan dicabut. Jadi kamu perlu membayar full biaya sekolah dan sisa uang bangunannya," jelas Bu Dwi terlihat tidak enak menyampaikannya.

"Kenapa?" tanya Yash.

Nilainya baik-baik saja, tidak ada angka merah di rapot. Semua tugas dia kerjakan. Ada kegiatan sekolah, dia ikut lalu apa alasannya padahal dulu sekolah ini memberikannya beasiswa walaupun hanya setengah. Dia diperbolehkan membayar setengah dari uang bulanan.

"Saya tidak kuasa, Yash. Semoga kamu bisa menerimanya dan segera membayar bulanan yang menunggak selama tiga bulan," pungkas Bu Dwi sembari memalingkan wajahnya.

"Iya," balas Yash singkat.

"Silakan kembali," tutur Bu Dwi.

Yash keluar dari ruangan itu tanpa banyak bicara. Ozak dan Baim merangkulnya berusaha menyemangati Yash. Mereka berdua kasihan sudah Yash memiliki hutang taruhan ke Okinawa lima ratus juta lalu Erik dua ratus juta dan sekarang beasiswanya dicabut.

"Hahaha. Sayang, kamu kok dulu mau sih pacaran sama orang miskin kayak dia," sindir Erik tertawa.

Tangan pemuda itu berada di pinggang Irene.

"Aku buta dulu," sahut Irene menatap Yash.

"Paling sebentar lagi dia gak bisa sekolah karena gak punya uang," pungkas Erik.

"OH JADI LO!" seru Baim menunjuk Erik.

"Im, lo masih mau aja temenan sama orkin seperti dia! Hati-hati dia nanti pinjam uang lo gak diganti-ganti!" seru Erik mengejek.

"Mentang-mentang donatur sekolah ini bokap lo jadi lo bisa seenaknya cabut beasiswa Yash. Sumpah lo bukan manusia tapi IBLIS!" bentak Baim tajam.

Erik mengangkat bahunya tidak peduli. "Salah sendiri orang miskin," sinis Erik.

"Ibu cuma penjual warung kecil kumuh so soan sekolah di sini!"

BUGH

Yash menonjok wajah Erika tepat dibagian hidung. Dia tidak senang ada orang yang merendahkan ibunya. Perkataan Erik sangat keterlaluan. Erik memang orang kaya tapi tidak ada hak untuk menghinanya.

BUGH

Erik dipukuli oleh Yash, teman Erik membantu. Berakhir terjadilah perkelahian diantara dua kubu tersebut. Teman-teman Erik  ada lima orang dan Yash, Baim, Ozak tidak takut.

Yash memukul bibir Erik. Darah segar keluar dari sudut bibir pemuda itu.

"YASH! STOP LO MAU DILAPORKAN POLISI!" teriak Irene panik.

"Laporin aja gue gak takut!" balas Yash memukul pipi Erik sebagai penutupan kemudian pergi dari sana.

SALMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang