SALMON 3

452 63 15
                                    

Yash berangkat sekolah setelah mengantarkan bos mininya pergi sekolah. Dia diberikan mobil tapi belum mau memakainya, jadi dia dibelikan motor. Berharap motor biasa tapi Nyonyanya malah memberikan motor besar besar hitam.

Namun, karena dia tidak mau memakainya jadi dia boleh menggunakan motor matic milik Carlos dan harganya juga sangat mahal.

Penampilannya juga diubah secara drastis oleh Pak Bosnya.

Dia berhenti di lampu merah, menoleh ke arah Bais yang ternyata satu sekolah dengannya. Aneh kan padahal dia tak pernah melihat pemuda ini dan ternyata setelah menengok gaya pakaiannya. Bais berasal dari anak kelas Bahasa yang bahkan keberadaan kelasnya sering dilupakan saking terpojoknya.

"Gue gak menyangka dalam waktu singkat bisa berubah drastis gini," ucap Bais.

"Gue gak percaya ada orang yang lebih kaya dibandingkan Erik dan anak-anak kaya lain di sekolah," sahut Yash.

"Definisi di atas langit masih ada langit itu nyata, contohnya temen lo gak ada apa-apa dibandingkan bos kita," tutur Bais.

"Lo kenal temen gue?" tanya Yash.

"Siapa yang gak kenal dan teman-teman lo Yash. Lo terkenal sebagai murid paling nakal," tutur Bais.

"Anak baik-baik seperti lo kenal gue juga," kekeh Yash.

"Lo kerja buat apa?" tanya Bais penasaran.

"Rahasia!" sahut Yash menjalankan motornya.

Dia meninggalkan Bais. Tapi menunggunya di parkiran sekolah. Ibaratnya Yash telah menemukan orang yang satu profesi dengannya.

Mereka berjalan bersamaan. Cukup membuat semua orang terkejut karena Yash si paling populer bersama seorang kutu buku.

"Yash!" panggil Erik dari lantai dua.

Seperti biasa menarik perhatian banyak orang.

"Gue gak ikut campur," bisik Bais.

Bais pergi begitu saja. Yash pun tak mencegah, dia malas menarik orang lain ke dalam masalahnya. Yash tak merespon teriakan Erik tapi saat suara yang sangat dia sayangi memanggil, kakinya berhenti.

Ozak dan Baim memegang bahu Yash. Keduanya mengerti apa yang dirasakan oleh Yash.

Irene, pacar Yash Varella berdiri bersama Erik dengan posisi mesra.

"Sayang, kamu belum memberitahu Yash soal hubungan kita?" tanya Erik memegang dagu Irene.

"Aku mau memberitahunya sekarang biar semua orang tahu dan dia juga bisa tahu diri," jawab Irene manja.

"Guys! Gue mau mengumumkan kalau sekarang pacar baru gue itu Erik! Dan hubungan gue dengan cowok miskin itu sudah berakhir!" teriak Irene bahagia.

Kebahagiaannya menular karena memang hubungan Irene dan Yash yang telah terjalin selama dua tahun lamanya banyak ditentang oleh para murid laki-laki yang iri.

"Jangan nangis, Yash. Dan cepet bayar hutang lo ke gue semuanya! Jangan banyak gaya kalau miskin mah miskin aja gak usah pinjam sana sini!" seru Erik menertawakan Yash.

"Omongan lo ketinggian hati-hati mulut lo nabrak malaikat maut!" sembur Baim.

"Bungkam mulu malu ya!" sindir Yayat, teman baru Erik.

"Ambil aja itu cewek! Gue gak suka piala bergilir. Sampah!" seru Yash meninggalkan lapangan.

Semua bungkam, cuma Yash seorang yang berani menghina Irene yang menjabat sebagai ketua cheerleader sekolah. Semua mengaguminya.

Yash melewati Irene.

Plak

"Mulut lo busuk. Gue nyesel punya pacar seperti lo," tutur Irene.

"Oh, lo udah pacar baru kan. Minggir dari hadapan gue!" pungkas Yash tajam.

"Gue putus sama lo karena lo gak kasih apa yang Erik berikan ke gue!" ucap Irene menatapnya kecewa.

Bohong kalau Irene tidak mencintai Yash, dia sungguh mencintai pemuda itu. Dia bersaing dengan banyak wanita untuk mendapatkannya.

"Gue selalu mengusahakan apa yang lo mau! Lo mau cokelat dibentuk love gue berikan, lo merengek malam-malam gue datang ke rumah lo."

"Lo minta apapun gue penuhi. Meskipun gue orang miskin tapi gue selalu berusaha yang terbaik buat lo, Irene," tutur Yash.

Mata indah Irene berkaca-kaca masa depan Yash adalah yang terbaik dihidupnya. Yash selalu mendukung apa yang Irene mau. Gadis itu berjinjit di samping Yash.

"Gue juga butuh sentuhan Yash, lo selalu nolak dan Erik bisa memberikannya. Dua tahun Yash, lo sama sekali gak tergoda sama gue, lo bahkan gak pernah cium gue," bisik Irene.

"Kalau haus sentuhan, daftar jadi jalang," balas Yash mundur dan masuk ke kelasnya.

Jleb

Irene meneteskan air matanya, dia sering mendengar Yash bicara tajam ke orang lain tapi tak menyangka Yash setega itu padanya.

"Dia bicara apa sama kamu, Sayang?" tanya Erik memeluk Irene dari belakang.

"Bukan apa-apa," jawab Irene menggeleng.

Tempat duduk berubah, awalnya Yash duduk bersama Erik tapi Erik pindah dan duduk bersama Irene.

"Lo kenapa duduk di meja gue?" tanya Yash, seharusnya teman sebangku Irene yang duduk dengannya bukan gadis lugu ini.

"Waktu gue datang, meja gue udah di isi dan gue disuruh duduk sama lo," jawabnya pelan.

"Kata siapa?" tanya Baim.

"Irene."

"Yash, kalau lo keberatan. Lo bisa bertukar tempat duduk dengan kita," tutur Baim agak panik.

"Ya, biar gue atau Ozak duduk dengan lo dan dia pindah ke bangku kita," pungkas Ozak.

"Biarin aja. Gue gak keberatan duduk sama Raina," jawab Yash.

SALMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang