Tiga puluh satu - Bertemu ayah

1.8K 90 0
                                    

Maura mengusap ujung matanya sedangkan Ayna yang melihat hanya terkekeh.

"Kok nangis, sih, kak?"

"Kangen kamu tau nggak," ujar Maura. "Padahal waktu kamu kasih tau kalau lagi hamil, aku berharap kita bisa baby moon bareng," lanjutnya.

Ayna terkekeh pelan, "Nanti, deh, anak kedua aku temenin babymoon."

"Baru juga lahiran, udah bahas anak kedua aja," timpal Dafin yang duduk di sofa bersama dengan Ega.

Beberapa menit yang lalu Ayna, Ega, dan juga Eyang menjenguk Maura di rumah sakit sedangkan Bima tidak ikut karena harus mengisi acara di salah satu cafe.

"Eyang nggak nyangka kalau udah punya cicit." Eyang tersenyum menatap bayi laki-laki yang berada di gendongannya.

"Tapi Eyang masih awet muda walaupun udah mau punya cicit dua," ujar Dafin dengan kekehan di akhir kalimat.

Eyang tertawa kecil, "Ayah kalian kabarnya gimana?"

"Ayah baik kok, Eyang. Mungkin lagi sibuk ngurusin pernikahan tapi nanti ayah kesini kok," balas Dafin seraya tersenyum.

Ayna menghela napas lega saat tadi tidak melihat Irwan di ruangan Maura. Namun, setelah Dafin bilang bahwa Irwan akan datang, jantungnya kembali berdetak kencang. Apa ia harus pergi sebelum Irwan datang? Atau ia harus menghadapi Irwan? Ayna tidak tahu, ia masih takut untuk sekedar bertatap muka dengan ayahnya itu.

"Kamu dateng ke pernikahan ayah kan?" Kali ini pandangan Dafin beralih ke arah Ayna.

Ayna mengangguk, "Pasti dateng kok."

Dafin tersenyum tipis, "Nanti pulangnya tunggu ayah dateng dulu, ya. Ayah udah kangen banget sama kamu."

"Iya, A'."

Selanjutnya perhatian Ayna beralih kepada Dean-anak Maura dan Dafin-yang tengah menangis karena kehausan. Bayi laki-laki itu diberikan kepada sang ibu yang siap untuk menyusui.

"Aku boleh lihat nggak? Sekalian belajar."

Maira mengangguk, "Boleh, sini-sini." Ibu satu anak itu menyuruh Ayna untuk mendekat karena tirai yang mengelilingi kasur Maura akan ditutup.

Selama para perempuan sibuk dengan urusannya, Dafin dan Ega sibuk dengan urusannya masing-masing. Dafin yang sibuk mencuci popok anaknya dan Ega yang sibuk menatap ponselnya.

"Keren juga bisa nemuin adek gue." Dafin dengan pakaian sedikit basah duduk di samping Ega.

Dafin memang sedikit canggung dengan Ega setelah menghajar adek iparnya itu beberapa kali. Tadi pun saat Ayna datang dengan Ega, ia juga sedikit terkejut karena Ayna dan Ega terlihat baik-baik saja. Sejujurnya, ia sedikit kagum dengan Ega yang berhasil menemukan Ayna. Ia pikir Ega akan menyerah dan mengembalikan Ayna kepada Irwan tetapi nyatanya pria itu berhasil menemukan Ayna dan membawa kembali Ayna ke Jakarta.

"Mungkin sekarang Ayna maafin lo. Gue, ayah, dan Bima juga akhirnya bakal maafin lo" ujar Dafin dengan santai. "Tapi kalau sampe lo bikin adek gue nangis lagi, gue akan bikin Ayna pergi lebih jauh sampe lo bener-bener nggak bisa nemuin dia dimanapun," lanjutnya. Meski Dafin berbicara dengan santai tetapi terdapat aura serius yang dapat dirasakan oleh Ega.

"Gue janji nggak akan nyakitin Ayna lagi," balas Ega dengan tegas.

"Gue pegang janji lo." Ega mengangguk. Ia benar-benar berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyakiti Ayna lagi. Sudah cukup enam bulan yang menyakitkan ini.

Di dalam tirai, Ayna menatap ibu dan anak itu. Meski ASI dari Maura belum cukup deras tetapi Maura tetap semangat memberikan ASI untuk Dean. Ayna jadi membayangkan saat dirinya dapat memberi ASI kepada anaknya kelak.

Bitterlove [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang