Jakarta, 6 Februari 2023
04.56°•°•°•°•°•°•°•°
"Hai rakyat baginda Distya, hari ini kita mau ngapain." Sebuah suara muncul dari arah tangga, disusul dengan sebuah kepala dengan rambut pendek yang menyembul, tersenyum kepada 5 gadis lain yang tengah menyantap sarapan di meja makan. Sudah menjadi kebiasaan bagi gadis gadis lingkaran untuk menyantap sarapan pada jam setengah 5 pagi, "Kok berlima doang? Ci Sheryn, Kak Zizi sama Mowa kemana?"
"Oh iya sama Kak Lara juga."
"Hari ini kita berlima sih dirumah aja, kamu sekolah. Jangan ada keributan soalnya Maula, Lara sama Zizi mendadak gak enak badan." Grizel fokus menyantap sarapan paginya, sembari bersenda gurau dengan Neira dan Silva. Ketiganya terlihat sangat asyik, tenggelam dalam topik yang sejak tadi mereka jadikan candaan.
"Justru harus ada keributan, Kak! Biar sembuh." Celetukan Distya yang baru saja bergabung itu sukses membuat 3 orang kakaknya melotot dan tentunya membuat Distya takut, "Eh, nggak jadi deh. Bener kata Ci Grizel, kita harus diam."
1 detik.
2 detik.
3 detik.
"TAPI NGGAK DIAM DIAM NYOLONG SUSU GUE, GELO! GUE GENJRENG KEPALA LO SAMPE BUNYI SYOPI COD!" Tentu saja ketenangan itu tak bertahan lama, Distya kembali berulah dengan mencuri segelas susu hangat milik Zalin. Membuat wanita jangkung dengan aksen sunda yang begitu kental itu berteriak kesal. Tentu saja Zalin kesal, ia menghabiskan 15 menit di dapur untuk membuat susu hangat tersebut. Lalu Distya dengan seenak jidatnya meminum susu hangat yang ia buat sepenuh hati, bagaimana Zalin tidak kesal dibuatnya. "Hehe, maaf bro, reflek."
"Kebiasaan deh, duduk kamu. Kalau Maula bangun berarti salah kamu ya." Neira menarik Distya untuk duduk. Jika terus terusan dibiarkan berdiri, maka ruang makan dan dapur akan menjadi kapal pecah dalam sekejap. "Kak Lara sakit apa, Kak Gi?"
"Demam." Ginan tak begitu berminat menjawab pertanyaan untuk saat ini, ia ingin tidur, tapi Ginan tak sejahat itu untuk mengabaikan perkataan Distya. "Ternyata si Ailara Ailara itu bisa demam, kirain nggak bisa."
Distya termenung, memikirkan sesuatu untuk dilakukan hari ini. Ini hari senin, tapi ia begitu malas untuk masuk sekolah karena tak ada Zira maupun Maula yang biasanya berkeliaran di sekolah hari ini. Lara yang biasanya akan mengajaknya bermain pun sedang jatuh sakit. Distya masih merenung, agaknya gadis itu masih menunggu niat jahat melintas di pikirannya agar ia tidak usah sekolah pagi ini.
Hal ini membuat para kakak panik—Ginanika dalam pengecualian, karena Distya tiba tiba menjadi pendiam. "Dis? Distya? Jangan tiba tiba diem please!" Silva mengguncang tubuh si adik bungsu, sementara sang puan yang sedang diguncang raganya hanya tertawa puas. Pastinya karena niat jahat sudah melintas di pikiran Distya.
"Kak, 'kan kalau Kak Lara sakit-"
"Kamu tetep sekolah, nggak ada tapi tapi." Raut wajah Distya berubah menjadi kecewa, bibirnya dimajukan bagai anak kecil yang merajuk. Sementara para kakak hanya bisa terkekeh, termasuk Ginan. Zalin yang masih memiliki dendam pun tertawa sangat keras sembari memukul mukul pundak Distya, "Kami tak percaye lagi, anak muda."
"Berisik orang tua!" Tak ada yang menggubris ucapan Distya, semua orang yang ada di meja makan hanya menatap horror pada gadis yang sedang sibuk mencomot martabak—Ginanika dalam pengecualian tentu saja. Sementara Distya, ia tak merasakan apapun kecuali bulu kuduknya yang perlahan berdiri, ia merinding. "Kok nggak lanjut makan? Aku cantik banget pasti sampe di liatin terus? Fix sih ini."
"Si paling muda, mandi lo sekarang! Atau mau gue siram detik ini juga?!" Distya kalang kabut, masing masing orang di meja makan sudah mengangkat gelas berisi air putih, bahkan Ginanika juga mengangkat gelas berisi air. Ia berlari, terburu buru menghabiskan martabak dan masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara para kakak sibuk menertawakan Adistya dan lupa bahwa mereka tak boleh berisik pagi ini, sebuah suara muncul dari arah tangga. "Itu tadi suara kaki siapa gedebag gedebug?" Mereka berpikir sejenak, memikirkan siapa pemilik suara lembut nan menenangkan itu.
Lalu Sheryna muncul dari balik tangga, "Mowa bangun sebentar tadi, tapi lanjut tidur lagi. Zizi sama Lara juga bangun, tapi mereka nggak mau sambung tidur." Puan puan yang asyik tertawa itu mendadak berhenti, menatap satu sama lain lalu pergi. Meninggalkan Ginan yang sibuk meminum susu hangat miliknya. "Suara siapa tadi Gi?"
"Eh, anu Ci, aku pergi dulu ya Ci, ada kelas pagi, dadah!"
Sheryna bingung, ia duduk di meja makan yang saat ini sudah kosong. Hanya tersisa beberapa makanan dan dirinya sendiri disana, "Aneh banget, padahal aku cuma nanya..."
to be continued...
kasian distya WKWKWKWK, maula zizi lara muncul di next chapter ya, di chapter pertama ini aku nonjolin distya duluu
jangan lupa vote dan comment yaa, jangan jadi pembaca gelap 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
bonus foto marshanime HEHE
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧; jkt48
Fanfiction(n.) a group of people with shared professions, interests, or acquaintances. " di lingkaran ini kita punya rumah yang gak semua orang punya. " *** tentang mereka, lingkaran dan warna warni keceriaan pada tiap harinya. [ slow update!! ] r...