𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧 'ramadhan'; day 1 (1)

481 64 4
                                    

Selasa, 12 Maret 202402

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selasa, 12 Maret 2024
02.50 wib
Kota Jakarta

°•°•°•°•°•°•°

"Maula... Sahur dulu yuk, Dek." Sheryna mengusap kepala si bungsu lembut, disusul dengan ciuman di pipi dan pelukan hangat agar adik bungsunya itu tidak rewel saat sahur nanti. Iya, dikhawatirkan si gadis bungsu akan tantrum berkelanjutan jika dibangunkan secara paksa, seperti cara Neira yang membangunkan Zalin dengan disiram menggunakan air es. Sementara di lantai bawah, "SELAMAT PAGI DUNIAAA!"

"Distya anying! Berisik banget daritadi, lo gak tidur ya?" Distya sebetulnya sudah hampir sampai pada anak tangga yang paling terakhir, tapi niatnya itu ia urungkan setelah mendengar empat kata terakhir yang Zalin ucapkan.

Hari ini adalah sahur pertama di tahun 2024 bagi para anggota lingkaran yang menjalankan ibadah puasa, Neira dan Sheryna bangun paling awal untuk menyiapkan sahur. Disusul oleh Zalin yang terbangun karena suara berisik dari kamar sebelah. Iya, dirinya terbangun bukan karena siraman air es dari Neira, tapi karena suara tendangan kaki dari balik tembok kamar. Semua orang pasti tahu kamar itu milik siapa. "Heh! Pake acara ngumpet segala, turun cepet! Setengah badan lo masih keliatan dari posisi gue."

"Ish, jangan bilang bilang Kak Silva ya."

"Ya... Asal ada sogokannya sih, aman."

"Gue beliin photocard Jaehyun yang lo mau, sama seblak Mbak Sumini yang katanya enak itu di depan komplek, deal ga?" ucap Distya sambil mengulurkan tangan kanan, dan Zalin dengan senang hati menerima uluran tangan tersebut setelah mendengar sogokan dari sang empu. "Kalian berdua daripada bengong, mending beliin telur ke warungnya Teh Imel. Tadi Teteh liatin dari balkon, warungnya udah buka kok, sana beli! Pake uang kalian dulu."

"Hoream, ah!" (Males, ah)

"Beli atau kalian gak dapet makan pagi ini, nggak peduli Teteh mah–" Zalin membekap mulut kakaknya cepat sembari menarik tangan Distya cukup kencang hingga gadis itu hampir terkena ujung meja makan. Sementara si gadis pirang—Neira, menatap adik satu satunya itu dengan tatapan kesal penuh kematian. "Iya Teteh, udah Teteh mah diem aja disini masak masak sahur bareng sama Cici, tuh si Cicinya udah dateng sama perintilannya. Nah, Zalin sama Distya beli telur dulu ya, muach!"

"Teh Zalin mau kemana? Aku mau ikut."

"Maula..."

"Aman Ci kalo sama Zalin mah, anggep aja Maula lagi ngabuburit tapi pagi pagi buta. Dadah semuanya," Distya dan Zalin, serta satu member tambahan yaitu Maula menutup pintu rumah perlahan. Muka gadis yang saat ini berperan sebagai orang dewasa diantara dua anak kecil (re; Hanindya Azalin) terlihat begitu lega karena berhasil keluar tanpa cubitan dari kakak tercintanya. "Teh, lo nyari mati banget ke Teh Neira tadi, bisa bisanya lo membekap mulut salah satu tetua kita."

"Soalnya si Neira kalo gak dibekap nyerocos mulu, nanti kita beneran gajadi sahur gara gara dia."

"Ini sebenernya kita mau kemana sih, Teh?"

𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧; jkt48 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang