Jakarta, 10 April 2024
07.48 WIB
Rumah.(3500++ words)
°•°•°•°•°•°
Hari ini memasuki hari kemenangan setelah melaksanakan puasa satu bulan penuh di bulan ramadhan, suara takbir menggema di sepanjang jalan setelah sholat ied dilaksanakan. Pagi ini, para gadis lingkaran sengaja berkumpul terlebih dulu di teras rumah setelah bersilaturahmi dengan para tetangga sembari memperhatikan Lara, Distya dan Zira bermain petasan. Tahun ini, mereka tidak pergi kerumah nenek karena ada satu dan lain hal yang teramat sangat mereka hindari disana. "Ini lebarannya gini doang?"
"Maunya gimana?" Ginan menatap Zalin yang tengah bersandar di pundaknya, memang tak bisa dipungkiri sih jika lebaran kali ini terasa begitu membosankan. Biasanya, mereka akan berkumpul di rumah nenek dengan sepupu sepupu lain dan berbagi tunjangan hari raya disana. Tapi tahun ini, kesepuluhnya terpaksa mencari tempat lain untuk berkumpul selain mengunjungi rumah nenek. "Mau ke rumah nenek..."
"Sana, sendiri tapi, gue gak sudi ketemu mereka apalagi pas lebaran gini. Lagian ngapain sih pake ke rumah nenek segala? Ngambil alih tempat kita aja."
"Hush, Ginan, masih lebaran belum boleh marah marah. Habis mereka selesai main petasan kita muter muter aja ya, Cici mau ke makam." Sheryna menenangkan sang adik yang terlihat begitu benci dengan orang orang yang tahun ini mengunjungi rumah nenek, mungkin semua anggota lingkatan benci dengan mereka? Tapi mau bagaimana lagi, tak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengusir orang orang itu keluar dari rumah nenek, bahkan rengekan si bungsu Maula sekalipun. "Cici mau ke makam siapa, Ci?"
"Makam orang tua masing masing," cicit Sheryna pelan namun masih bisa terdengar di telinga para anggota lingkaran lainnya-tiga manusia troublemaker dikecualikan. "Udah lama nggak kesana, mumpung lagi lebaran juga, 'kan? Makam lagi ramai ramainya, sekalian ke makam kakek juga."
"Siap siap sekarang nggak sih, Ci? Memberhentikan mereka bertiga merusah kaftan pink yang udah Neira pilih dengan sepenuh hati ini." Neira menunjuk Lara, Zira dan Distya secara bergantian menggunakan jari telunjuknya. Iris Sheryna mengikuti pergerakan dari telunjuk Neira, dilihatnya baju ketiga adiknya itu dengan seksama, terlihat cukup berantakan untuk ukuran baju lebaran. Baju Distya bahkan setengahnya berwarna abu abu karena terkena ledakan petasan tadi. "Yaudah, semuanya siap siap ya, cuma ambil tas aja, 'kan? Ayo, cepetan."
"ADUH CIMOL JANGAN LARI DULU!" Silva berteriak kencang ketika Maula—yang sedang ia genggam rambutnya untuk dikuncir, ingin melesat pergi ke arah dalam untuk bersiap seperti yang diperintahkan oleh si sulung. Membuat gadis itu terjatuh dengan posisi kepala yang sedikit tertarik ke belakang, bokongnya mendarat sempurna di lantai dengan kencang. Tenaga Silva, 'kan, jauh lebih kuat dibanding Maula, sehingga gadis itu bisa saja terjatuh dengan kencang jika tetap memaksakan pergi ke dalam. "Oh no, Ci, si Maula mau nangis."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧; jkt48
Fanfiction(n.) a group of people with shared professions, interests, or acquaintances. " di lingkaran ini kita punya rumah yang gak semua orang punya. " *** tentang mereka, lingkaran dan warna warni keceriaan pada tiap harinya. [ slow update!! ] r...