penolakan

91 19 0
                                    


Jawaban Adijaya kepada keluarga Abi Thalib "Maaf ya bi, saya belum tanya lagi ke Una tentang perjodohan ini, soalnya saya lagi cari waktu yang tepat supaya Una bersedia menerimanya."
"Begitu ya ? tidak apa - apa kamu bener, ngomongnya harus ada di waktu yang tepat" jawaban dari Abi Thalib dengan ucapannya yang pelan.

Indahnya bulan purnama
Una yang sedang duduk di shofa sambil ngutak ngantuk Hp yang dipegangnya.
Beberapa menit kemudian...
"Hi sayang lagi apa ? ko senyum - senyum ?" Tanya Syahsim sambil lihat Una.
"Ini bund, Una lagi lihat - lihat foto pas waktu Una kecil, ko lucu banget yah ?" Tanya Una ke Syahsin sambil ngeliatin foto dengan wajah yang tersenyum.
"Iya lah siapa dulu ayahnya." Ujar Adijaya sambil jalan.
"Haha ayah bisa aja" balas Una sambil tersenyum.
Mungkin ini waktu yang tepat untuk membicarakan masalah perjodohan. Kepada Una, pikir Adijaya. Tanpa basa basi Adijaya langsung ngomong "Una..waktu keluarga Abi Thalib berkunjung ke rumah kita, ia membicarakan tentang perjodohan anaknya dengan Una. Apakah Una bersedia menerima Araf ? ayah harap Una bersedia menerimanya" Tanya Adijaya dengan sorot mata seolah berkata iya kan saja.
"Una nggak mau. Ini zaman apa yah, bund ? Ini bukan zaman Siti Nurbaya yang seenaknya main jodoh - jodohan. Pokoknya Una nggak bakal terima perjodohan ini,titik." Una menolah keras perjodohan. Perubahan ekspresi Una terpampang jelas di wajahnya.
"Tapi ini demi kebaikanmu sayang. Kamu harus menerima perjodohan ini." Ucap Syahsin pelan, merangkul meyakinkan Una.
"Lelaki itu akan membimbingmu sampai syurga, dialah lelaki baik untuk jadi imam mu." jelas Adizaya.

"Una nggak mau yah,bund. Una nggak tau sikap, sifat nya dia pokoknya Una nggak kenal."
"Bagaimana Una bisa menikah dengan lelaki yang nggak Una cinta sama sekali."
"Kalaupun Una harus menikah, Una hanya mau menikah dengan pilihan Una sendiri." ucap Una terisak.
"Jangan membantah sayang, ayah dan bunda ingin yang terbaik buat kamu"
" Tapi kan...!" air mata yang mengalir membasahi pipinya menjelaskan jawaban Una. Ia berlari menuju kamarnya tanpa menoleh sedikitpun.
" Kenapa...kenapa Una harus dijodohin sih.." Batin Una tangannya terus menyeka air mata.
Ceklek...
Syahsin masuk ke kamar putrinya dan memeluk.
" Tenang saja sayang, jangan menangis lagi." Syahsin menyeka air mata putrinya dan menenangkannya.
" Bund, Una gak mau dijodohin." Ucap Una sambil menatap Syahsin.
" Keputusan ada di tangan papa sayang, Una juga tau kan kalau papa mutusin sesuatu, kita tidak bisa membantah. Sekarang, Una tidur yah besok kan ngampus."

Pagi itu, Syahsin sedang menyiapkan sarapan, terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. "Bunda maaf ya pagi ini Una nggak sarapan di rumah." Ucap Una.
"Loh kenapa ?" Tanya bunda sambil menuangkan air
"Ini bund Una ada jadwal pagi, jadi harus buru - buru" jawab Una

Di perjalanan menuju kampus, Una memikirkan bagaimana caranya agar perjodohan itu dibatalkan. Karena Una sama sekali tidak menyukai lelaki itu, yaa bisa dibilang Araf itu lelaki sempurna tapi Una tetap tidak menyukainya.

_Flash back of.._
Saat Adijaya berumur 20 tahun, keluarganya mengalami keterpurukan. Yang dimana ibu Adijaya harus pengobatan, karena terkena penyakit kanker hati stadium 2, sedangkan keluarganya pun mengalami keterbatasan ekonomi. Untuk makan pun susah, apalagi untuk biaya pengobatan.
Saat Adijaya menuntun ibunya menuju rumah, tiba - tiba...ceklek
Abi Thalib keluar dari mobil.
"Hi Di, ibu kamu kenapa ?" Tanya Abi Thalib dengan wajah kaget, sekaligus penasaran.
"Ibu...sakit terkena penyakit kanker." Jawaban Adijaya dengan wajah yang sedih
"Loh kenapa gak dirawat ?" Tanya Abi Thalib. Balasan Adijaya hanya tersenyum.
Adijaya dan ibunya pun langsung dibawa ke mobil oleh Abi Thalib. Di sana mereka membicarakan tentang kehidupan Adijaya sehingga Adijaya mau dibantu mengurusi biaya oleh Abi Thalib untuk pengobatan ibunya. Tetapi Adijaya menolak, karena Adijaya pun ditawari pekerjaan oleh Abi Thalib sebagai bodyguard. Adijaya pun langsung menerimanya. Setelah beberapa bulan berkerja di Abi Thalib, allhamdulilah gaji yang ia terima cukup besar sehingga ibu Adijaya pun bisa pengobatan dan alhasil sembuh.

Dari sana keluarga Adijaya berubah nasib. Dari situ Adijaya pun terpikir untuk bisa balas budi ke Abi Thalib.

Adijaya menceritakan itu kepada Syahsin, alasan ia tidak menolak perjodohan itu juga karena Adijaya melihat Araf yang menurutnya jodoh yang tepat untuk putrinya Aluna Syaquinna Rizhama

ALUNA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang