Bohong

88 17 0
                                    


Cahaya matahari tembus melalui tirai.Una pun terbangun dari tidurnya,dan segera menyegarkan badannya.Alih-alih memakai pakaian.Aluna memilih membaringkan tubuhnya yang hanya dibaluti pakaian kimoto,sembari memandangi langit-langit kamarnya sebagai latar pemandangannya saat ini.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menggagalkan perjodohan ini? Aku sama sekali tidak menginginkan pria itu." ucapnya menghela napas panjang, bangkit dari tempat tidurnya.Telihat ia sedang mondar-mandir bak setrikaan hidup.Selesai dia berfikir untuk merencanakan sesuatu.

"Apa aku harus kabur saja dari rumah?Ah tidak tidak itu ide yang sangat buruk." Una hanya menarik napas dalam-dalam.Lalu mengeluarkannya dengan kasar.Tak lama setelah itu Una menjentikkan jarinya seakan telah menemukan ide yang tepat.Una pun mengambil gadgetnya lalu menghubungi Alvaro di kontaknya itu.

"Ya Una,ada apa?"sahut pria di sebrang telpon itu.
"Apa kau ada waktu luang hari ini? Aku butuh bantuanmu"
"Jadwalku sedang kosong hari ini,temui saja aku di cafe tempat kita sering nongkrong dulu."
"Baiklah aku akan menemuimu satu jam lagi."
Una pun mengakhiri sambungan telponnya.Lalu Una pun bersigap untuk bersiap-siap.

Ya pria itu adalah Alvaro teman Una sekolah SMA dulu.Namun dia tidak melanjutkan kuliah,hanya meneruskan bisnis ayahnya.

"Ibu aku pamit mau keluar dulu."
"Apa kau ada jadwal kuliah siang ini sayang?"
"Tidak aku hanya akan menemui kekasihku saja."Jawaban Una bohong.
"Kau ini, sejak kapan kau mempunyai kekasih?"Ucap sang ibu.
"Sudahlah Una bisa terlambat, nanti Una kenalin.Assalamu'alaikum, Bun."Ucap Una lalu berlari kecil.
"Wa'alikumsalam." Ucap Sahsin sembari memandangi punggung sang putri yang hampir menghilang dari pandangannya.
__________________________________________

Setibanya di cafe, Una pun duduk di meja bernomor 12, sembari menunggu Alvaro.Tak lama kemudian pria berbadan tinggi itu membuka pintu cafe. Una yang menyadari kehadiran pria itu, melambaikan tangannya sehingga pria itu pun duduk di kursi kosong yang berhadapan dengan Una.

"Apa yang bisa ku bantu Una?" ucap Alvaro memulai percakapan.
"Hmmm aku harus mulai dari mana ya?" Una hanya meremas jari jari tangannya. "Dengarkan aku baik baik, aku akan di jodohkan oleh orang tuaku dengan pria yang bahkan tidak aku cintai, dan tidak aku kenal." Ucap Una lalu menyeruput teh manis miliknya.
"Hey kau menemuiku hanya untuk mengatakan ini? Kau dengarkan saja perkataan orang tuamu berhentilah pilih-pilih pria Una. Apa kau tidak bosan menjomblo terus hahaha." Ucap Alvaro yang tentu saja membuat Una sedikit kesal. Una hanya bisa memukul tangan pria itu keras.
"Kau ini dasar teman gila, bukannya membantu untuk melakukan sesuatu ini malah meledekku." Dengus Una kesal.
"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk membantu temanku ini hah?" Ucap Alvaro yang sedikit lembut.
"Berhenti bersikap begitu atau akan ku pukul kau, sebenarnya aku sudah memiliki cara tapi kau harus terlibat dalam hal itu. Entah kau bisa melakukannya atau tidak, tapi mau tidak mau kau harus melakukannya." Sontak membuat Alvaro heran.
"Apa itu?" Ucapnya.
"Berpura-pura lah menjadi pacarku, kau tidak perlu khawatir aku yang akan mengendalikan semua ini." Ucap Una meyakinkan Alvaro.
"Ah itu pekerjaan mudah bagiku karena aku pandai berakting, tapi aku tidak akan menolong mu jika kau tertangkap basah karena bohong tentang hal ini." Ucap Alvaro.
"Baiklah setuju, kau datanglah besok ke rumahku di jam makan sore,oke."
"Deal." Ucap mereka bersamaan lalu berjabatan tangan, dan mereka pergi meninggalkan cafe tersebut.
__________________________________________

Tepat hari ini, matahari pun sudah mulai terbenam lagi seperti tadi. Terlihat ibu Una sedang mengnyajikan hidangan makan sore.
"Una, turunlah sayang, makanan sudah siap." Ucap Sahsih, sedikit berteriak. Una pun segera turun lalu menghampiri ibunya.
"Apa ayah belum pulang bu?" tanya Una.
"Ayahmu akan lembur hari ini." Ucap sang ibu.
"Yah, sayang sekali padahal Una mau memperkenalkan kekasih Una hari ini."
"Jadi kekasihmu akan datang?" ucap sang ibu.
"Ya mungkin sebentar lagi dia akan tiba." Jawaban Una cukup membuat sang ibu terkejut. Yang membuat ibu terkejut adalah karena keluarga Araf juga akan mengunjungi rumahnya.
"Kau tahu Una? sekarang juga keluarga Araf sedang menuju kesini, apa yang harus ibu lakukan jika keluarga Araf melihat semua ini?" ucap Sahsin sedikit prustasi.
"Haha ini rupanya waktu yang tepat untuk menggagalkan perjodohan ini." Monolog Una.

ALUNA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang