Harmonis

232 21 0
                                    

Gemercik air hujan mengguyur ibu kota Jakarta di pagi hari, membuat siapa saja pasti enggan untuk bangkit dari tempat tidurnya, begitupun dengan seorang gadis yang masih tertidur pulas di kasur empuknya.

Alarm berbunyi, nyaring, menunjukkan sekarang sudah pukul 9 pagi.

Gadis itu terkesiap, ia segera merubah posisinya menjadi duduk. "Kesiangan lagi?!!" Ucapnya kelimpungan saat melihat jam dinding.

Pasalnya kemarin ia juga bangun kesiangan dan tidak melaksanakan kewajibannya yaitu solat Subuh, alhasil ia diberi ceramah panjang oleh Ayahnya.

Ia segera beranjak berdiri, membereskan tempat tidurnya. Ia segera menuju kamar mandi untuk bersiap-siap, karena hari ini ia harus pergi ke kampus.

Hanya butuh waktu tiga puluh menit ia sudah siap dengan dress berwarna putih selutut beserta jaket denim juga mengenakan sneaker berwarna white.

Setelah itu ia menyiapkan totebagnya yang akan ia isi dengan laptop, binder, flashdisk dan beberapa buku yang ia perlukan di kampus nanti.

Setelah itu, ia turun ke bawah tepatnya menuju dapur. Lalu ia mendekati bundanya yang baru saja selesai menghidangkan sarapan di pagi ini.

"Selamat pagi bunda" sapanya sambil memeluk Syashin.

"Pagi juga cantiknya bunda, udah rapih nih, ke kampus ya?" Tanya bunda Syashin. " Iya, bunda hari ini, Una ada jadwal pagi" jawabnya.

"Bunda, ayah mana?" Tanya Una sambil celingak celinguk mencari keberadaan ayahnya.

"Ayah tadi udah kesini, tapi ayah balik lagi ke atas, katanya ada berkas ketinggalan".

Seorang pemilik perusahaan besar yaitu Adijaya, merupakan ayah yang tegas, baik, dan sangat menyayangi gadis sulungnya itu.

Keluarga Adijaya hanya memiliki satu anak, yaitu Aluna Syaiquinna Rizhama atau biasa disebut Una. Sebenarnya Una itu merupakan anak ke-3. Namun, naas ketika Syashin mengandung anak pertamanya ia terjatuh ketika ia sedang di kamar mandi. Lalu tidak lama setelah keguguran anak pertama, Syashin mengandung lagi, tetapi kandungannya sangat lemah sehingga janin tidak berkembang.

Saat itu Syashin sangat terpuruk, hampir putus harapan untuk memberi keturunan kepada Adijaya, tetapi berkas usaha, dukungan, serta doa dari suaminya, bisa menguatkan sang istri.
3 tahun kemudian, Syashin kembali mengandung. Suaminya sangat menjaga istri dan calon anaknya dengan hati-hati.

Kemudian lahirlah putri cantik. Mereka sangat menyayangi, memanjakan, dan menjaga putri nya itudengan baik. Sehingga waktu tidak terasa, sekarang putrinya itu sudah besar, dan siap atau pun tidak cepat atau lambat mereka harus menyerahkan putri mereka kepada seorang lelaki yang akan menjadi pendamping hidupnya.

"Umii!!"

Panggil seorang remaja cantik. Dia adalah Azzahra Anindya, Putri kedua dari pemilik pesantren Darussalam yang ada di Jawa Tengah.

Remaja itu berlari menghampiri ibunya yang sedang menelpon di ruang keluarga. Zahra menguping perbincangan umminya, sepertinya ia sedang menelpon abangnya, yaitu Araf Reynand. Seorang pria, yang berwajah tampan, hidung mancung, alis tebal, badan tinggi dan kulit putih. Siapa saja wanita yang melihat ketampanannya pasti jatuh hati.

"Yaudah, abang jaga diri baik-baik ya, sebentar lagi kan mau pulang ke Indonesia, "Pesan ummi Hafsah kepada putranya.

"Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh" jawab ummi Hafsah mengakhiri telepon dari putranya.

"Ummi, abang Araf telpon ya?" Tanya Zahra.

"Iya, abang ngabarin katanya 1 bulan lagi abang pulang ke Indonesia, karena studinya udah beres." Abangnya Zahra hebatkan bisa lulus lebih cepat". Tutur ummi Hafsah kepada Zahra.

"Wah abang Zahra pulang yeeee". Abangnya Zahra hebat sekali ummi, ucap Zahra dengan riangnya.

"Iya, nanti kita bareng-bareng jemput abang ke bandara, bareng Abi juga, ya" ummi Hafsah berkata sambil mengusap kepala Zahra yang tertutup jilbab.

"Ummi, biar Zahra aja yang memberitahu ke Abi, bahwa abang mau pulang ya." Ucap Zahra, segera mengecup tangan ummi nya. Lalu berlari mencari Abi nya.

"Awas jatuh, Zahra jangan lari-lari," teriak umminya sambil tersenyum geleng-geleng kepala melihat antusias Zahra yang sudah rindu abangnya.

Ummi Hafsah merasa bahagia memiliki dua orang anak yang saling menyayangi, rukun dan saling support. Tetapi ummi Hafsah juga memikirkan mungkin pemandangan seperti ini tidak akan lama lagi, karena tentunya Araf akan segera menikah, karena putra sulungnya itu sudah cukup umur untuk berumah tangga. "Tapi siapa ya yang akan jadi menantuku nantinya."

ALUNA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang