Hai..., gimana kabarnya? sehat selalu yaa....
"Selamat Membaca"
*****
Kini Arzka berada di depan sebuah gedung perusahaan, kedatangannya langsung disambut baik oleh beberapa orang yang mengenalnya, sedangkan ada beberapa orang yang sama sekali tidak mengenalnya.
Ditengah-tengah perjalanannya, langkahnya terhenti oleh seseorang yang memanggil nya dari arah belakang. Ia membalikan badanya melihat ke sekitar.
"Ngapain kesini siang bolong begini." tanya orang yang memanggilnya tadi.
Arzka mengangkat kedua bahunya acuh "Bokap yang nyuruh."
Orang itu mengangguk "Denger-denger nih ya, katanya mau ada kolega bisnis dari luar negeri yang mau datang besok." cakap orang itu.
"Denger dari siapa Bang?"
Orang yang dipanggil Bang oleh Arzka itu menjawab "Banyak tuh, yang lagi bicara-in," Arzka mengangguk mengerti "Udah sana naik, takut udah ditunggu-in."
"Bang Zei?" ucap Arzka yang di'iya'kan oleh orang itu "Gue mau minta tolong, nanti malam temui gue di taman belakang mansion, bisa?"
"Siap, Tuan muda" jawab orang yang di bernama Zei itu, dengan sedikit tawa diakhir kata.
"Gue denger lo manggil gue dengan sebutan itu lagi, gue suruh bokap buat jadiin lo tukang kebun."
"Aelahh, nggak asik bawa-bawa Pak Boss segala."
Perbincangan keduanya hanya sampai disitu, Arzka langsung melanjutkan perjalanan menemui ayahnya. Sesampai dia didepan pintu dia langsung membuka pintu bersamaan dengan salam.
"Wa'alaikumsalam, kalau mau masuk itu ketuk pintu dulu apa salam dulu baru buka pintu, jangan salam sambil buka pintunya, nggak sopan." baru saja masuk dia langsung saja diberi nasihat oleh seseorang yang tak lain adalah ayahnya.
"Maaf," ucapnya "Ada apa?" tanyanya.
"Kebetulan besok ada kolega dari luar, jadi besok kamu ikut rapat," baru saja Arzka akan berbicara, tapi ayahnya langsung menyelanya "Nggak ada tapi-tapian, nggak ada alasan."
"Ya...."
"Oke lah, karena kamu udah disini dari pada nganggur atau pulang, mending bantu-bantu. Kamu ke ruangan Zei suruh dia kesini kita diskusi untuk rapat besok." tanpa banyak basa-basi Arzka langsung pergi ke ruangan Zei.
Dia membuka pintu ruangan Zei sama persis saat dia membuka pintu ruangan ayahnya tadi membuat Zei yang tengah fokus dengan pekerjaan nya terkejut.
"Weh ayam, kalo mau masuk pintu itu ketuk pintu dulu kek." ucapnya reflek, setelahnya baru dia menjawab salam "Wa'alaikumsalam."
"Gue bukan ayam, ikut gue!" ucapnya sembari menarik kerah belakang kemeja Zei.
"Lepasin weh, lo kira gue anak kecil apa." Arzka melepaskan cengkramannya "Kemana?" tanya Zei.
"Bokap gue"
"Ooh, bilang kek dari tadi jangan asal tarik aja." oceh Zei sembari mengenakan jas miliknya.
***
Disisi lain Fisya dan kedua temannya sekarang sudah berada di rumah Fisya. Mereka sedang membahas kejadian tadi.
"Itu yang kamu bilang tiang listrik dikasih nyawa, itukan Ketua AGRAZiON." ucap Kania sembari tertawa meledek.
"Udah nggak usah dibahas lagi kasian dia, udah merah begitu mukanya." ucap Hayna sembari tertawa.
Sedangkan Fisya tengah kesal dengan kedua temannya itu yang meledeknya sendari tadi.
"Iiihhh, kalian sama nyebelinnya kaya dia!" ucap Fisya merajuk.
"Maaf, lucu aja muka kamu sampai merah begitu gara-gara bahas si tiang listrik itu."
Wajah Fisya benar-benar merah, kebetulan dia tidak memakai cadarnya karena hanya ada mereka ber-3 dikamarnya. Disela obrolan mereka tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.
"Umi, boleh masuk?" tanya seseorang diluar sana.
"Boleh Um" jawab mereka.
Umi Syafa masuk, dia sedikit terkejut saat melihat wajah anaknya yang sudah memerah seperti tomat. "Kamu kenapa Sya, kok pipi mu merah begitu?"
"E-enggak papa ko Um." jawabnya malu.
"Boong Um, dia malu gara-gara tadi ketemu sama tiang listrik berjalan." ucap Hayna.
"Loh gimana kok bisa tiang listrik jalan?"
"Maksudnya itu kakak tingkatan kita, yang kebetulan tinggi badan dia itu tinggi banget." jelas Kania.
"ooo, terus kenapa? Kok bisa sampai malu gitu mana wajahnya merah lagi."
"Ceritanya itu, Fisya nggak sengaja ketemu sama dia, pas di perpustakaan waktu kita dihukum buat beresin perpus-" Kania menceritakan kejadian yang fisya alami itu.
"Jadi gara-gara itu kamu malu?"
"Bukan malu Mi..., tapi sebel aja ama dia, aku juga tau aku pendek tapi nggak usah gitu juga kali!"
"Lah dia kan cuman bilang kamu pendek, nggak lebih. Udah nggak usah dimasukin kehati, jangan benci nanti cinta loh." ucap Umi sembari sedikit meledek anaknya.
"Jangan sampe aku suka orang kaya dia, mana dia dingin, cuek, bukan tipe idaman aku banget. Mana dia juga Ketua Geng gitu juga kan?"
"Jangan memandang seseorang dari covernya, nggak mesti loh isi nya juga sama. Bisa aja dia cuek sama yang bukan mahramnya kan? Positive thinking aja." ujar Uminya. "Ketua geng juga belum tentu mereka itu jahat atau nakal kan? Nggak ada salahnya berpikir positif sama orang lain."
"Na'am, Umi."
"Turun dulu yuk, tadi kebetulan umi buat kue."
"Wihh enak tuh, ya udah yuk turun."
Hayna dan Fisya menggelengkan kepala saat melihat tingkah satu temannya itu, yang soal makanan dia pasti paling depan.
***
Hari sudah semakin malam, Fisya, Hayna, dan Kania, masih asik bermain bersama, setelah sholat isya, ketiganya membaca-baca koleksi novel milik Fisya.
...
Diwaktu yang sama, ada dua orang pria yang tengah berbincang-bincang diarea rumah mewah, eh bukan rumah lebih tepatnya sebuah mansion, keduanya menikmati angin malam dengan duduk disebuah bangku yang ada ditaman belakang.
"Jadi–"
*****
BTW BTW jan pelit pelit buat VOTE ya.
Oya maaf y kalo nggak nyambung and banyak typonya.
Maaf ya juga kalo ana kesamaan nama, tempat dan unsur lainya
Mohon dimaklumi .Cerita ini 100 % hasil karangan aku sendiri y jadi kalo ada kesamaan sama cerita yang lain, itu ketidak sengaja.
Thank's semua 😁
sampai ketemu di Bab/Part selanjutnya 😆.
[ 10 Februari 2023 ]
[ 16:05 WIB ]Revisi
[ Jum'at, 7 juni 2024 ]
[ 20.41 WIB ]
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZKA
Teen FictionGimana jadinya kalo dua orang yang nggak saling kenal, ternyata sahabat masa kecil dan malah dijodohin? Seorang laki-laki dengan segudang misteri dan rasa sakit yang ia pendam seorang diri, laki laki dengan tatapan mata bak elang, dengan tinggi bada...