Happy Reading
*****
Disebuah rumah khas eropa, dua orang sedang saling bercengkrama, salah satu darinya terlihat cuek seperti malas menanggapi omongan lawan bicaranya, disatu sisi orang yang berbicara dengan nada yang sangat serius dan sesekali menghela nafasnya.
"Nio, plis denger omongan gue, gue tau lo nggak mau gue bahas masa itu lagi kan? Tapi pliss kali ini aja." ucap seseorang yang terduduk di sofa dekat kasur dalam kamar, "Nggak ada masalahkan, kalau misalnya kalian berteman lagi? Lupain masalah itu, lagi pula waktu itu murni kesalahan gue karena ngelindungi dia!"
"Bang!, mau itu karena lo yang ngelindungin dia, dengan sengaja pun lo tetap aja jadi korbannya." orang yang dipanggil bang itu menghela nafas panjang, mulutnya terbuka sedikit akan mengucapkan sepatah kata, tapi Nion pergi begitu saja meninggalkannya seorang diri dikamar.
***
"Ngerjain tugas kuliah?" seseorang memasuki ruangan bernuansa gelap sambil berbicara pada orang yang sibuk dengan laptopnya. Dia mendekat dan duduk tepat di samping orang itu. Posisi mereka duduk berjejeran di atas kasur dengan salah satu dari mereka memangku laptopnya. Sebuah anggukan dan jawaban singkat membalas ucapannya.
Lama-kelamaan seseorang itu mulai memperhatikan layar laptop, dan sesekali bertanya tentang hal yang ada di layar laptop. Keduanya larut dengan pembicaraan yang tak jauh dari topik di laptopnya. Dua orang beda generasi itu tak terasa sudah hampir satu jam mereka bercengkrama, hingga panggilan dari seseorang mengalihkan fokus keduanya.
Wanita dengan daster panjangnya dan hijab abu-abu itu masuk kedalam kamar "Dicariin ternyata di sini, turun yuk bunda udah masak buat makan siang” keduanya tersenyum mengangguk dan mengikuti wanita itu yang tak lain adalah Bunda Rissa, mereka turun hingga meja makan.
“Kayaknya enak nih.” ucap Ayah, sembari memandangi berbagai jenis makanan yang tersedia diatas meja.
“Jelas, Bunda yang masak pasti enak.” balas Bundanya, Sedangkan Arzka memandang ke arah meja dengan wajah yang seperti sedang memikirkan sesuatu. “Kenapa ngelamun, udah cepet duduk kita makan bareng.” dia menuruti perkataan Bundanya. Dia duduk dan mengambil sedikit nasi dan beberapa lauk, dalam pikirannya dia takut seperti semalam, memuntahkan makanannya, dia takut membuat Bundanya khawatir.
Mereka mulai menyendok makanannya dengan lahap tapi tidak dengan Arzka, dia seperti orang yang tidak berselera makan. Untung saja dia bisa menghabiskan makanan nya, tanpa gangguan. Setelahnya Arzka kembali naik ke kamarnya yang berada di lantai tiga, dia berdiri di balkon kamarnya dengan tatapan yang mengarah ke depan melihat ke sekeliling mansion.
Tak berselang lama ponsel yang berada di sakunya berdering, “Kenapa?” ucapnya menjawab panggilan seseorang “Oke, tunggu gue, gue kesitu sekarang.” ucapnya sebelum panggilan berakhir, dia menuruni tangga dengan terburu-buru, sebelum dia keluar dia menyempatkan diri untuk pamit pada orang tuanya.
***
“Indah banget, gue baru tau aja tempat kek gini disini.”
“Aku udah tau dari lama, dari kecil malahan, dulu aku sering main bareng sama temen kecil aku disini.” arah pandang fisya melihat ke arah danau kecil yang ada di depannya. “Mungkin kalo banyak yang tahu udah rame disini. Karena kebetulan di sana itu hutan jadi jarang-jarang ada yang kesini.” ucapnya sembari menunjuk kerah pepohonan besar di seberang danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARZKA
Teen FictionGimana jadinya kalo dua orang yang nggak saling kenal, ternyata sahabat masa kecil dan malah dijodohin? Seorang laki-laki dengan segudang misteri dan rasa sakit yang ia pendam seorang diri, laki laki dengan tatapan mata bak elang, dengan tinggi bada...