CHAPTER 08. (vers kuliah)

577 37 1
                                    

"Selamat membaca"

*****

Keesokan harinya, setelah Arzka dan Zei sholat subuh, mereka menikmati angin pagi di sebuah taman belakang tak jauh dari apartemen nya.

Udara dingin menusuk kulit, langkah mereka terhenti di depan sebuah pohon yang rindang, mereka duduk di bawahnya, sembari mendongakkan kepalanya mengarah ke arah ufuk timur, matahari sedikit demi sedikit mulai menampakan dirinya, menyapa kehidupan kehidupan di bumi.

Tak ada suara yang keluar dari mulut keduanya, mereka saling diam menikmati angin pagi. Zei berdiri dari duduknya, berkata pada Arzka dan melangkah meninggalkannya. Terdengar helaan nafas kasar, diikuti dengan suara yang keluar dari mulutnya. Kata yang keluar dari mulutnya tak bisa terdengar sangkin lirihnya.

Tak lama, Zei kembali dengan membawa dua gelas berisi kopi panas teh manis. Dia memberikan teh nya pada Arzka. Mereka berbincang dan sembari menyeruput kopi masing-masing.

"Lo yakin mau tetep ngampus?"

"Iya, ketinggalan materi sehari aja itu bisa buat gue pusing kalo ada tugas." jawab Arzka.

"Ya gue tau, tapi lo sendiri aja kurang vit, muka pucet gitu tubuh lo juga lemes. Takutnya ada apa apa disana." ucap Zei "Beberapa waktu lalu aja lo berantem sama geng sebelah sampai tangan lo luka, dan baru juga sembuh, gue nggak mau lo kenapa-napa!" imbuhnya.

"Bang, gue bukan anak kecil lagi, plis deh, gue juga tau apa yang terjadi sama diri gue, nggak harus diingetin lagi." Zei memutar bola matanya setelah mendengar perkataan Arzka.

"Ka, gue tau lo udah dewasa tapi lo itu masih masa kayak waktu pertama kita ketemu, sikap, sifat, lo itu cuman sedikit yang berubah dimata gue. Mungkin beda kalo orang lain yang liat, kita bukan orang asing lagi, jadi gue tau walau nggak semua tentang lo." jelas Zei.

Arzka yang mendengar menghembuskan nafasnya kasar. "Bang, jangan terlalu khawatirin gue, In Sya Allah juga juga bisa jaga diri."

"Oke, tapi kalo ada apa-apa, dan lo nggak mau orang lain tau, plis kasih tau gue, gue harap bisa berguna buat lo."

...

Perpustakaan kampus cukup ramai dengan banyak mahasiswa yang tengah sibuk dengan buku masing-masing. Begitu juga dengan gadis dengan hijab coksu dan cadar yang berwarna sedana dengan hijabnya, beberapa buku ada ditangan kirinya dengan tangan kanannya yang masih sibuk memilih buku yang dia perlukan.

Arah matanya tertuju dengan buku bersampul berwarna biru laut, tangannya seketika terulur untuk mengambil bukunya, tepat dengan itu ada tangan orang lain yang meraih bukunya. Yah, dia keduluan orang lain mengambil bukunya. Seketika dia menoleh ke sebelah kanannya.

Matanya melotot melihat orang yang ada di sampingnya itu, bukan orang yang asing lagi baginya. "Tiang listrik itu lagi?, kenapa harus dia lagi sih, dunia ini sempit banget."

"Lo pengin baca ini?" tanya lelaki itu. Sedangkan gadis itu hanya mengangguk. "Selera baca lo lumayan juga ya, gimana kalo buku ini gue yang pinjem dulu?"

Dalam hati gadis itu menggerutu "Padahal kan aku juga pengin baca ih, bisa nggak sih ngalah sama cewek." gerutunya dalam hati. "Terserah." walau mulutnya bilang terserah dalam hatinya sedikit tak rela karena sudah beberapa hari dia mengincar buku itu tapi selalu saja keduluan yang lain.

Laki-laki itu yang tak lain adalah Arzka pergi begitu saja dari hadapannya. Sedangkan gadis tadi mengeluarkan unek-uneknya "Iih, kenapa sih harus dia, mana buku yang dia pinjam itu buku yang udah aku incar dari kemarin kemarin!" keluhnya sembari menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil.

ARZKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang