BAB 10

2.3K 162 29
                                    

Selamat membaca~

Siang harinya, semua pekerjaan sudah selesai terlaksana tinggal menunggu acara nanti sore.

Di acara nujuh bulanan ini,  Abah mengundang para kerabat dan seluruh santri untuk ikut. Acara berlangsung pada sore hari di masjid ponpes.

Masjid yang bisa di bilang cukup besar untuk menampung para santriwan dan santriwati.

Setelah selesai pamit kepada yang lain, Syila pun melangkahkan kakinya keluar. Tiba tiba ia merindukan salah satu tempat yang dulu sering ia kunjungi saat menjadi santri.

Bisa kalian tebak?

Yup, tempat itu adalah taman sejuta kenangan. Tempat itu berada di belakang ndalem, namun, taman itu bisa siapapun yang memasukinya.

Dari kejauhan ia melihat sosok yang mirip dengannya tengah terduduk di ayunan dengan wajah yang di tutupi oleh kedua telapak tangan. Badannya terlihat bergetar kecil.

Tiba-tiba, datang sosok anak kecil dengan wajah rupawan menghampirinya dengan sedikit berlari kecil.

Saat anak kecil itu sampai tepat di depannya, sang empu menyerahkan sapu tangan bewarna biru dongker kepadanya sambil berucap "kakak cantik" ucapnya.

Syila melihat itu seperti ter-flasback. Ia pun melangkahkan maju ke arah ayunan lalu duduk.

Matanya pun terpejam sambil menikmati angin yang berhembus dari satu arah.

Tak terasa, sudah 15 menit ia duduk berdiam diri, tak ada seorang pun yang ada di sana. Namun tiba tiba, ia merasakan ada yang menyentuk kepalanya dengan usapan.

Spontan iapun menoleh, dan itu adalah fahri yang tengah menatapnya sambil tersenyum manis.

"Kamu ngapain disini? hm" Tanya pria itu.

"Nyari angin"

"Udah selesai masak masaknya?"

Syila mengangguk. "Udah, makanya aku langsung kesini" jawabnya.

"Kamu udah solat?" .

Sang empu menggeleng. "Belum, nggak ke ndalem" jawabnya.

"Hmm, yasudah solat dulu!" Titahnya.

Syila menatap melas ke arah suaminya sambil merentangkan kedua tangan. "Bangunin" melasnya.

Tanpa berucap, fahri menarik istrinya langsung kedalam pelukan.

"Ihh, modus" ucapnya.

"Dih kok modus, kan kamu yang minta tolong bangunin" ucapnya.

"Modus lah, kan aku cuman minta suruh bangunin, ga minta suruh kamu peluk" sahutnya.

"..., Lagian aku juga ga suka sama tubuh kamu, kaya parfum perempuan, terus bau pula" Spontan ia mendorong tubuh suaminya, lalu mencubit hidungnya seakan akan ia tak mau mencium bau tak sedap.

Mendengar itu sontak saja Fahri mengkerutkan keningnya, toh itu parfum yang di beli kan sang istri waktu di korea saat itu.

"Ini kamu loh Ning yang belikan, kamu sendiri yang minta aku pake" Fahri berucap.

Sejak kapan aku beliin parfum kamu? Wangi perempuan pula. Mana ada aku beli. Uda ah kamu jauh-jauh dari aku sebelum kamu mandi dan ga bau lagi " Syila beranjak dari ayunan, lalu berlalu dari hadapan sang empu.

Melihat itu Fahri menghela napas lalu menggeleng kepala. Istrinya benar benar moodyan.

.
.
.

Di dalam kamar setelah selesai solat, Syila Merebahkan dirinya sembari bermain ponsel. ia mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, menampakkan sang suami dengan wajah segar dengan dada telanjang berjalan ke arah lemari baju.

"Ning, pilihan baju mas"

Tanpa mengatakan apapun, ia pun  beranjak dari kasur lalu berjalan ke arah lemari.

Syila mengambil sebuah Koko bewarna cream kecoklatan dengan sarung bewarna putih tak lupa kopeahnya yang senada dengan sarung.

Tiba tiba ia merasakan ada sesuatu yang melingkar di pinggangnya, namun ia tak mengindahkan hal itu. Perlakuan Fahri yang didiami olehnya semakin menjadi jadi, sang empu mulai mengendus ngendus lehernya, membuatnya terasa geli akan tingkah suaminya.

"Masss" rengek nya, sekaan akan meminta suaminya berhenti melakukan.

"Hah, eughh" Fahri melenguh.

"Ih mas lepasin" ucapnya, Syila mulai memberontak kecil. Namun Fahri malah membalikan tubuh sang istri lalu memeluknya.

Fahri berdehem. "Gini aja dulu" gumamnya kecil. Tangan kanannya mengusap punggung sang istri, dan sebelahnya lagi mengusap lembut perut istrinya.

Sekitar 15 menit Fahri merasakan dengkuran halus terdengar di telinganya. Ia melepas dekapan itu lalu mengecek apakah istrinya beneran tertidur, dan benar saja dugaannya sang istri tengah tertidur lelap.

Tanpa berpikir panjang, Fahri membopong tubuh istrinya ke atas kasur lalu merebahkannya. Ia sedikit terkekeh melihat Iler yang keluar dari sudut bibir sang istri, lalu mengelapnya dengan jempol.

Ia mengecup kening sang istri sebagai sentuhan terakhir sebelum ia pergi ke masjid. Mungkin ia akan kembali ke kamar sore hari atau magrib.

Fahri segera memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamar. Tujuan utamanya adalah dapur, sebelum datang kesini Fahri mampir lebih dulu ke minimarket untuk membeli beberapa cemilan untuk istrinya yang beberapa hari yang lalu sangat suka makan, dengan inisiatif nya ia membelikan.

.
.
.

Sekitar pukul 4 sore hari, Syila terbangun karena  merasa hawa di kamarnya sangat lah panas. Ia menyikap selimut yang membalut tubuhnya lalu duduk.

"Eughhh" ia melenguh panjang, lalu merenggangkan kedua tangannya ke atas. Merasa lebih baik, ia beranjak turun untuk ke kamar mandi sekalian mengambil air wudhu.

Setelah selesai melaksanakan solat, ia kembali segar bugar. Seketika ia tambah bersemangat ketika melihat sebuah kresek yang bermotif sebuah toko berada di meja samping kasur. Buru-buru ia menghampiri benda tersebut.

Dengan hati gembira, Syila pun membuka kresek itu dan dugaannya pun benar. Ia mengambil sebuah Snack yang selama ini jadi favorit nya yaitu kripik kentang rasa balado.

Uhhh, jika kalian tahu dia bisa menghabiskan 5 bungkus dalam sekejap namun sayangnya, Fahri hanya membeli 1 buah saja.

Namun tak apa, satu saja pun itu cukup untuknya saat ini, nggak tau nanti wkwk.

Setelah selesai menyantap makanan ringan itu, ia pun bersiap-siap untuk keluar. Sebenarnya ia tak keluar, hanya duduk duduk santai di teras ndalem untuk bermain dengan molen.

Yup, molen, dia adalah seekor kucing lucu milik zakhir yang  dipelihara sebulan yang lalu. Kenapa dinamakan molen, karena dia kecil terus kuning kayak molen, mukanya juga lucu, hidungnya mancung kedalam.

TBC~

9/2/23

Fa'arsy (after marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang