BAB 8. Suami idaman dan istri idaman

2.3K 160 2
                                    

Selamat membaca~

Para pelayan berdatangan seraya membawa nampan berisi beberapa mangkuk dan piring ke arah mereka. Setelah itu pelayanan itu meletakkan diatas meja, mata ketiga wanita itu berbinar binar melihat makanan yang disajikan tepat di wajahnya.

"Ghamsahamida" ucap mereka, kecuali Fajri dengan kepala di anggukan.

Pelayanan itu membalas dengan anggukan kepala serta senyuman tipis, lalu berlalu dihadapan pembelinya.

"Gila, gue udah kangen banget sama nasi padang indo, cuy" sahut arin menatap binar nasi Padang yang ia pesan.

"Betul tu cuy, gue juga dah lama ga makan soto ayam nya mang mamat" ana menimpali.

Syila menangkap kedua tangannya berdoa, karna ia sudah tak sabar untuk menyicipi mie ayam dan bakso, tapi sebelum itu ia meraih es doger untuk pembuka.

"Uhh, seger banget" seru syila riang ketika bisa merasakan kenikmatan Yang ada pada es doger.

Syila menoleh pada Fahri yang tengah menatapnya itu. "Mas mau?" Tawarnya sembari mengangkat gelas es doger.

Fahri menggeleng. "Kamu saja" balasnya.

"Heum, yaudah kalo ga mau" ucapnya, setelah itu menyedot kembali minuman di tangannya. "Beneran, mas ga mau? Enak loh" ia kembali menawari, namun tetap sama, Fahri menolak kembali.

"Kamu saja" syila mengangguk kecil.

.
.
.

Fahri menggeleng geleng kepalanya melihat istrinya yang begitu kalap menghabisi bakso.

"Pelan pelan Ning, tidak ada yang mau mengambil makanan mu!" tegur Fajri melihat cara makan istrinya seperti itu.

"Ga bisa pelan pelan mas, ini tuh enak pake banget nget nget nget" sahutnya.

Fahri mengelus dadanya, mencoba untuk sabar dengan kelakuan istrinya.

"Tau syil, lu pelan pelan kek itu makannya kayak ga 1 bulan tau ga lu. Lagian juga ga ada yang mau minta makanan lu" arin menimpali tapi tak digubris oleh sang empu.

Setelah menghabiskan makanan nya, syila bersandar pada kursi. Entahlah, ia benar benar engab dan sakit di bagian perutnya.

Huh huh huh

Fahri terkekeh melihat wajah istrinya yang terlihat kekenyangan. Ia meraih beberapa lembar tissue, lalu mengusap bibir dan peluh istrinya.

"Kenyang? Atau masih kurang?" Fahri mengangkat sebelah alisnya.

"Kenyang..." Lirihnya.

Sumpah, ia hampir tak bisa berucap saking Kenyangnya.

"Kalo kamu belum kenyang, tadinya mas mau pesan kan lagi untuk mu" sahutnya santai.

Syila menatap sinis. "Oh mas mau siksa aku gitu? Suruh aku makan sampe perut aku mau meledak? Hah" dahi syila berkerut tajam.

"Loh, mas ga ada loh nyuruh kamu makan lagi, kan mas bilang, kalo kamu belum kenyang mas bisa pesankan lagi untuk mu"

"Yadeh, seterah mas aja. Syila mau pulang!"serunya.

Mendengar itu, ana membuka suara sesuai meneguk minuman. "Lo mau pulang syil? Yah, padahal gue mau ajak Lo ke Timezone di deket sini, ga jauh jalan juga sampe kok" ucapnya.

Syila menggeleng lemas, " gue udah ga sanggup buat jalan na, serius deh. Bukannya gue mau nolak, tapi gue beneran ga bisa jalan" balasnya.

Ana mengangguk paham. "Oh yaudah, next time kalo gitu" ucapnya, dan syila mengangguk setuju.

Fa'arsy (after marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang