BAB 12

2.5K 122 20
                                    

Selamat membaca~


Pukul jam 6 pagi, Fahri melangkah memasuki pekarangan ndalem disana ia berpapasan dengan zakhir yang langsung menyapanya.

"Ri, kapan balik?" Tanyanya.

"Tadi pagi, sekitar jam 4an lah"

"Oalah, oh ya tadi ponsel mu tertinggal di masjid, mau tak kejar kamu udah terlalu jauh. Yaudah tak kasih ke syila aja" jelasnya.

"Wah, Syukron ya khir"

"Iya, sama sama. Yaudah saya pergi dulu, assalamu'alaikum" ucap zakhir seraya berlalu dari hadapan lawan bicaranya.

"Waalaikumsallam" ucap Fahri. setelah itu, ia pun berjalan memasuki ndalem.

Sesampainya dikamar, ia melihat istrinya yang masih tertidur tetapi dengan selimut yang hampir menutupi tubuhnya dengan raut pucat.

Dengan cemas ia mendekati syila, lalu menyentuh lengannya. ia merasa jika tubuh istrinya panas, tak lupa ia mengecek kening sang istri dan hasilnya pun tetap sama.

"Sayang..." bisik Fahri seraya mengusap-usap rambut hitam legam milik sang empu.

"Sayang..." panggilnya lagi.

Syila yang tengah tertidur merasa terganggu dengan bisikan itu pun melenguh pelan dan berganti posisi menyamping ke sebelah kiri.

Fahri menyunggingkan senyum, istrinya masih tetap susah untuk dibangunkan, sama seperti diawal pernikahannya.

"Sayang, udah solat subuh?" Tanyanya.

Syila yang nyawanya belum terkumpul penuh hanya bisa berdehem singkat untuk menjawab.

Mendapatkan respon seperti itu, Fahri kembali berbicara, "maafin mas ya, nggak izin lebih dulu ke kamu" ucapnya, dengan tangan yang masih mengusap surai istrinya.

Syila hanya menggeleng, "gapapa" lirihnya. Ia menarik selimutnya yang sedikit merenggang. "Dingin..." Lirih syila kembali.

Mendengar itu, sontak Fahri langsung melepas kopiahnya, dan berjalan merangkak naik ke atas kasur, setelah itu merebahkan tubuhnya disamping sang istri.

Ia perlahan menarik kembali selimut yang di kekep syila dan menjauhkan selimut itu. Dengan peka, iapun mendekap seluruh tubuh sang istri dengan memberi ruang untuk bernapas.

Mendapat perlakuan dengan setengah sadar, ia malah semakin memeluk Fahri dengan erat tanpa memberi ruang sedikit pun. Sang empu terkekeh kecil serta memberi usapan lembut pada surai syila.

.
.
.

Pukul 9 pagi, Fahri terbangun dari tidurnya karena terganggu oleh silauan matahari dari arah ventilasi kamar.  Perlahan ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah jam yang menunjukkan pukul 9 pagi.

Fahri sedikit terkejut melihatnya, karena pagi ini ia mempunyai janji dengan dosennya perihal pertemuannya untuk bimbingan.
Dengan kepala yang sedikit pusing, ia meraih ponselnya yang berada di atas nakas.

Namun, saat ia menyalakan ponselnya tertera notif dari dosennya yang berpesan jika bimbingannya akan di undur sampai nanti sore karna ada urusan pribadi yang mendadak, ia pun segera membalas pesan itu.

"Alhamdulillah" ia mengelus dadanya,
Ia pun kembali menaruh ponselnya di tempat semula.

Fahri beralih menatap syila yang masih tertidur di dalam dekapannya, ia menyentuh kembali dahi sang empu, "Alhamdulillah" perlahan suhu tubuh istrinya turun.

Dengan mesra, ia kembali mengecup dahi istrinya dengan lembut setelah itu beralih ke dua pipi istrinya yang makin hari semakin mengembang.

Setelah melakukan ritual paginya, ia pun beranjak dari kasur. Niatnya pagi ini ia ingin membuatkan sup ayam, dimana makanan itulah yang sering di bawakan uminya ke asrama, ketika ia sakit.

Di dapur ia membuka kulkas untuk mencari  bahan utamanya, yaitu ayam. Setelah berkutat sepersekian menit, akhirnya ia menemukan daging ayam fillet yang ia temukan di dalam freezer.

Fahri memulai aksinya dengan memotong  dadu ayam fillet tersebut, setelah itu ia pun mendidihkan air untuk memasak sup.

Tak butuh waktu lama, sup ayam yang ia buat akhirnya jadi. Ia membawa naik ke atas untuk ia berikan pada sang istri. Tak lupa, ia pun membuatkan susu hamil serta vitamin vitamin lainnya yang di khususkan untuk ibu hamil.

Sesampainya di kamar, Fahri meletakkan sup dan susu tersebut di atas meja setelah itu menghampiri sang istri yang masih nyenyak tidur.

Fahri kembali menghujani wajah istrinya dengan kecupan-kecupan mesra. Syila yang merasa terganggu perlahan membuka matanya dan merenggang tubuh. Ia melenguh pelan, "mas..." Ucapnya.

"Ayok makan, sudah mas buatkan sup"

Syila mengernyitkan dahinya bingung, "tumben mas masak? Ada gerangan apa?" Ia terkekeh kecil.

Tumben-tumbennya suaminya masak, apa lagi untuk dirinya. Pernah waktu itu ia berpesan lewat telfon pada suaminya untuk menggoreng ayam yang sudah ia bumbui sebelumnya, karena saat itu ia tak sempat untuk menggorengnya lebih dulu.

Sesampainya dirumah, saat ia ingin menggoreng ayam ia tak menemukan wajan miliknya malahan yang ia temukan wajan yang masih baru dan bukan miliknya.

"Mas, ini wajan punya siapa?" Ujar syila dari arah dapur.

Fahri mendengar itu menghampiri sang empu, ia menggaruk tengkuknya seraya berkata. "Heheh, punya kamu. Aku baru belikan" ucapnya.

"Oalah, aku kira punya tetangga. Tapi dimana ya mas wajan aku yang lama? Kamu waktu goreng ayam bukannya pake wajan itu?" Tanya syila bingung.

Fahri terdiam, lalu berucap dengan tak enak hati. "Maaf sayang, wajan kemarin gosong sewaktu aku goreng ayam" ucapnya memelas.

"Terus kamu buang wajan itu?" Tanyanya, ia tak marah toh wajannya punya pengganti, yang ia heran kemana perginya wajan itu.

"Karena gosong dan kayaknya susah buat di bersihkan, aku taro aja di luar sekalian aku jadikan tempat makan ayam pak Mamat" ia tersenyum bangga.

"Utututu, dermawan sekali anak bunda satu ini. Untung kamu belikan yang baru mas, kalo enggak..." dengan gemas, syila mencubit kedua pipi sang suami.

"Heheh, Alhamdulillah..." Fahri terkekeh.

Itulah kira kira.

Oh ya, jika kalian tanya bagaimana keadaan dapur sehabis Fahri masak sup? Sudah bisa di pastikan jika dapurnya sedikit berantakan layaknya bocah yang tengah bermain.

"Masak sup doang itu gampang" balas Fahri dengan percaya diri.

"Goreng ayam lebih gampang lagi sih mas" kekeh syila.

"Kau masih ungkit aja masalah hari itu" ucapnya.

"Nggak ungkit sih mas, lucuu aja liat muka kamu HAHAHAHA" Balasnya dengan tertawa.

Fahri yang terkekeh kecil berjalan mengambil sup lalu menghampirinya syila dengan mangkuk. "Udah makan dulu, ga ada tenaga buat ketawa" ucapnya.

Fahri mengambil botol minum yang di sediakan di kamar itu, lalu menyodorkan botol itu yang sudah ia buka lebih dulu.

"Minum dulu"

Syila menerimanya dan langsung ia teguk tak lupa membaca bismillah lebih dulu.

Dengan telaten, Fahri menyuapi istrinya di tengah tengah itu syila membuka suara dengan pertanyaan yang membuat Fahri terdiam sesaat.

"Kamu Nerima tawaran itu mas?" Tanyanya.

3/9/23

Vote yang banyak, dan jangan lupa komen biar cepet next update 😁

See yaa🥰

Fa'arsy (after marriage)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang