ANKA | 4

712 67 6
                                    

Follow✨
ig : itschocoray
tiktok : .chocoray_
wattpad : chocoray_
telegram : chocorayy

Vote, komen & share

------------------------------------------------


Kedua tangan Zayn semakin mengepal, bahkan otot-otot tangannya sampai terlihat jelas. Didepannya, Vanka kembali menangis sesenggukan. Tadi, setelah Vanka bangun dari tidurnya, ia langsung menyidang adiknya itu. Ia meminta penjelasan sejelas dan serinci mungkin.

Amarahnya semakin meluap saat tau bahwa pelaku dari semua hal yang terjadi adalah Shanka. Laki-laki yang sudah ia percaya untuk menjaga Vanka, saat dirinya tidak berada di sisi adiknya. Bahkan Shanka sendiri sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri.

Sungguh. Ia kecewa. Sangat, sangat-sangat kecewa.

Terlebih, saat Vanka menjelaskan sikap Shanka siang tadi, yang malah mencacinya saat gadis itu memberi tau jika sedang mengandung anaknya.

Zayn sudah tidak bisa menahan amarahnya. Ia bangkit dari duduknya dan hendak pergi.

Tapi, sebuah tangan meraih lengannya, "Jangan pergi bang..." pinta Vanka, gadis itu kembali berantakan seperti tadi.

Laki-laki itu menatap tangan adiknya yang terlihat lebih kecil daripada beberapa bulan lalu. Ia menarik pelan, melepaskan lengannya.

"Abang harus pergi. Abang nggak rela, adek abang diginiin. Dan bajingan itu harus tanggung jawab!" Zayn kembali membalikkan tubuh dan beranjak berjalan menuju pintu utama.

Bruk!

Vanka terjatuh. Kakinya terasa sakit saat menginjak lantai. Ia meraih kaki Zayn, menahannya agar tidak pergi menemui Shanka. "Bang, adek mohon, jangan pergi. Biar Vanka sendiri yang selesaiin ini, bang."

Menghembuskan napas pasrah. Laki-laki itu berbalik, lalu menggendong Vanka menuju kamar gadis itu. Di setiap langkahnya ia hanya diam tanpa suara. Tiba dikamar, ia menurunkan Vanka diatas kasur.

Zayn meraih kedua tangan Vanka, menyatukannya diatas telapak tangannya. "Dek, izinin Abang pergi, ya? Abang nggak rela sama apa yang udah dia lakuin ke kamu."

"Sebagai seorang kakak, kakak mana yang rela adeknya di perlakukan kaya gini? Nggak ada. Dia udah bener-bener kurang ajar. Dan dia harus nerima balasannya. Dia juga harus tanggung jawab sama apa yang udah dia lakuin ke kamu dek."

"Tapi, bang-"

"Sekali ini aja, tolong hargai keputusan Abang. Tolong! Ya? Izinin Abang ya?" Setelah menimang-nimang keputusan, akhirnya Vanka mengijinkannya.

Zayn mencium kening Vanka sedikit lebih lama. "Kamu istirahat gih! Jangan banyak pikiran, kasian babynya. Abang pergi sebentar. Mungkin, sejam-an lagi mama sama papa sampai. Abang tinggal dulu ya? Kalo ada apa-apa langsung telpon Abang.*

ZONLICHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang