ANKA |13

683 69 25
                                    

--
-----
--

Follow✨
ig : itschocoray
tiktok : .chocoray_
wattpad : chocoray_
telegram : chocorayy

Jangan lupa Vote, Komen & Share.

----
-------
-----
---
-
.
.
.
.
.
.

Terik sinar matahari siang ini terasa menyengat kulit. Langit biru terbentang luas diangkasa tanpa adanya segumpal awan. Hal itu membuat sinar matahari langsung merambat ke bumi setelah melewati atmosfer.

Panas, salah satu hal yang dirasakan Shanka. Meski matahari sudah mulai beranjak ke arah barat, tapi teriknya belum berkurang. Laki-laki itu kini masih setia mengelilingi kota dan bersinggah untuk menanyakan keberadaan Vanka. Sisi kota bagian timur adalah daerah pencariannya hari ini. Hampir setiap sudut daerah ini sudah Shanka singgahi, tapi nyatanya dia belum menemukan Vanka.

Terhitung hari ini adalah hari kesepuluh sejak Vanka pergi meninggalkan rumah. Dan gadis itu, sampai sekarang belum ketemu.

Setiap hari, Shanka selalu pergi mencari keberadaan sahabatnya itu. Mulai dari pagi hingga tengah malam, dengan tulus hingga terpaksa.

Benar, Shanka masih belum mengakui bahwa janin yang dikandung oleh Vanka adalah darah dagingnya. Dia melakukan ini semua karena statusnya sebagai sahabat dan karena segala paksaan dari Zayn dan Endra.

Jalan Garda, daerah pinggiran kota yang cukup sepi dilalui pengendara. Ini adalah daerah pencariannya yang terakhir hari ini. Shanka melajukan motornya dengan kecepatan rendah, diikuti kedua sahabatnya. Kepalanya terus menoleh ke kanan dan kiri mengamati daerah sekitar, barang kali dirinya melihat Vanka disini.

Deru motor yang bersautan terdengar bergemuruh di belakang sana. Zarar yang posisinya berada di belakang melihat segerombolan motor yang dikendarai siswa SMA sedang melaju kearah mereka. Zarar langsung melajukan motornya tepat di sebelah Shanka.

"Gawat Shan! Kayaknya mau ada tawuran!!!" kata Zarar.

Shanka langsung menepi dan melihat kebelakang. Terlihat sekitar 20 motor yang dikendarai para remaja yang masih memakai seragam SMA dengan senjata seperti balok, tongkat, besi, hingga pisau melaju kearah mereka. Lebih tepatnya pertigaan depan yang tidak jauh dari keberadaan mereka.

"Sial!"

"Sekarang kita gimana? Kalau tetap disini yang ada kita malah ikut kena serang." Arik gelisah di tempat.

Senakal-nakalnya mereka, mereka tidak pernah ikut tawuran. Walau beberapa kali pernah melakukan baku hantam, mereka tidak sampai melakukan hal yang beresiko tinggi seperti tawuran ini. Apalagi sampai membawa senjata.

ZONLICHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang