19

6.6K 594 20
                                    

Mark menggigit bibirnya gugup, berdiri di depan pintu ruangan Johnny. Ini sudah hari yang ke 4 Haechan dikurung di kamar. Setiap hari ketika ia menanyakan kepada Johnny, pria itu hanya menjawab Haechan sedang tidak ingin masuk kuliah. Kemudian saat Mark berasalan untuk membawakan cemilan atau makan siang ke kamar Haechan, Johnny malah menyuruh Mark untuk menaruh di atas meja karena nanti Johnny sendiri yang akan mengantarkan. Karena posisi Mark hanya seorang pembantu, karena itu Mark mengalah. Mark juga tidak bisa menghubungi Haechan pasalnya ponsel Haechan disita oleh Johnny

Tapi Mark sudah tidak sanggup lagi, karena terkadang Mark mendengar suara isakan tangis Haechan. Mark pikir Johnny akan keluar rumah sebentar atau ke rumah sakit, sehingga setidaknya mereka bisa berbicara walaupun dibatasi pintu, tapi sepertinya pria itu benar benar marah dan menghukum Haechan, sehingga ia tidak pernah meninggalkan rumah. Bahkan jika ada keperluan seperti mengambil berkas, ataupun mengantar berkas, Johnny akan menyuruh Mark.

Dan disinilah Mark berakhir, ia akan jujur pada Johnny mengatakan semuanya, terkait hubungannya dengan Haechan, dan apa yang mereka lakukan malam itu.

.

.

.

.

.

.

" Ya ampun kak Mark!" Panik Jisung ketika melihat Mark yang pulang dengan kondisi babak belur.

" Kakak kenapa?!" Tanya jisung lagi membantu Mark untuk berdiri pasalnya tubuh Mark tumbang setelah ia menutup pintu.

" Ji.... ambilin air panas ya...." Ucap Mark pelan mengambil nafasnya. Mark tidak boleh pingsan, jika begitu Jisung akan kesusahan, karena itu Mark berusaha sekuat tenaga untuk tetap terjaga.

Jisung dengan cepat mengambil air panas dan kompres, sedangkan Mark berusaha menyeret tubuhnya pelan untuk mencapai sofa.

.........

Jisung menangis terisak, mendengar cerita dari Mark. Sambil mengelus pelan kepala Mark dan tangan lainnya yang setidak mengompres perut Mark. Jisung tidak kuasa membayangkan saat kakaknya itu bercerita kepalanya dinjak berkali kali oleh Johnny.

" Kakak ngga papa kok jie... jangan sedih" Ucap Mark tersenyum mengelus pelan kepala Jisung.

Jisung hanya bisa menangis karena jika ia memarahi Mark, jika ia terlalu banyak bicara, Jisung tau itu akan semakin menyakit hati Mark. Mark bahkan masih bisa tersenyum pada Jisung, tapi dari matanya, terlihat begitu besar kekecewaan dan kesedihan yang terpancar dalam mata kakanya itu. Mark memang tersenyum tapi matanya benar benar kosong.

.

.

.

.

.

.

Haechan sediki terkejut ketika ayahnya membuka pintu. Buru buru Haechan bangun dari tidurnya dan menatap takut ayahnya itu.

" Bersih bersih .... Saya tunggu 10 menit"

Haechan dengan cepat mengangguk dan dengan segera masuk ke kamar mandi kemudian menggi pakaiannya. Haechan berpikir ia pasti akan dibuang atau ditelantarkan, tapi apapun itu Haechan tidak akan menggugurkan anak ini.

Haechan sediki terkejut kala melihat Mark yang sedikit babak belur menunggu mereka berdua di dalam mobil. Haechan sangat khawatir dan ingin menanyakan apa yang terjadi, tapi melihat wajah kecewa dari Mark dan tangannya yang bergetar, Haechan mengurungkan niatnya dan tidak sanggup menatap Mark.

.

.

.

.

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang