15

7.3K 764 36
                                    

Mark menghela nafasnya panjang, menatap kosong langit dari kamar jendela ruang rawat inap Jisung. Satu minggu yang lalu, Jeno sudah berangkat ke Kanada, Jeno tidak mengatakan sepatah katapun, bahkan berpamitan dengan Jisung pun Jeno tidak melakukannya. Mark sudah meminta maaf pada Jeno terkait kejadian hari itu, saat Jeno ditolak oleh Haechan, walaupun Mark juga bingung kenapa ia harus meminta maaf.

Tak hanya itu, Jeno ternyata juga sudah menjual rumah peninggalan ibunya tanpa sepengetahuan Mark, sehingga hari itu Mark tiba-tiba digusur karena lahan itu akan digunakan untuk membangun sebuah toko. Mark tidak marah Jeno yang menjual rumah, karena bagaimanapun itu hak Jeno, tapi Mark hanya tidak terima karena Jeno yang tidak berdiskusi dengan Mark, karena setidaknya Mark membutuhkan waktu untuk mencari tempat tinggal baginya dan Jisung.

" Kak Mark..." Panggil Jisung pasalnya sedari tadi ponsel kakaknya itu berbunyi tapi sepertinya Mark terlalu kalut dalam pikirannya sehingga ia tidak bisa mendengarkan dering ponselnya.

" Kak Mark!" Panggil Jisung lagi tapi kali ini sambil melempar bantalnya.

" Ah.. ia maaf kenapa Ji? Kamu mau ke WC? Atau mau minum?"

" Itu hp kakak bunyi dari tadi..."

Mark menghela nafasnya, menatap ponselnya dan ia sudah menebak siapa yang menelfonnya.

" Ngga di angkat kak?" Tanya Jisung heran dan dijawab gelengan pelan oleh Mark.

Beberapa hari ini, Mark benar benar menghindar dari Haechan. Ia benar benar malu dan takut bertemu dengan Haechan, saat ia dipukuli oleh Jeno hari itu dan Haechan yang mengobati lukanya, Mark menangis seperti anak kecil dan pecundang di depan Haechan. Kemudian saat Mark digusur dan tidak bisa melakukan apa-apa, Haechan juga ada disana.

Karena itu, Mark tidak ingin bertemu dengan Haechan, ia merasa rendah diri dan malu pada dirinya sendiri. Jika Mark terus menerus bersama Haechan, ia hanya merasakan sakit hati terus karena tidak bisa memiliki Haechna. Mark juga sudah mengatakan pada Johnny bahwa ia berhenti bekerja. Walaupun mendapat penolakan dari Haechan karena anak itu mengatakan ia masih membutuhkan sopir, tapi Mark tetap pada pilihannya dan berhenti.

Jisung yang melihat kakaknya seperti kehilangan harapan hidup itu jujur sangat sedih. Ia tidak tau apa yang terjadi pada kakaknya,Mark tidak pernah bercita apapun pada Jisung terkait masalah yang sedang ia hadapi, tapi melihat kantung mata kakaknya, Jisung yakin kakaknya itu sudah menangis sejadi-jadinya.

BRAK

Jisung terlonjak kaget kala pintu ruang rawat inapnya dibuka tiba tiba.

" Kak-Kak Haechan?" Ucap Jisung kaget melihat Haechan dengan wajah kesalnya menatap Mark.

Mark berdiri dari duduknya, dan membungkuk sopan. Haechan pun berjalan ke arah Mark, dan memberikan kunci mobil pada Mark.

" Kerja!" Ucap Haechan kesal, Mark menatap Haechan lurus, tersenyum sendu dan menggelengkan kepalanya.

" Ngga mau tau! Gue maunya lo! Ngerti ngga!"

" Maaf Haechan, tapi gue ngga bisa lagi kerja sama lo"

Haechan mendengus kesal, sejujurnya ia cukup mengerti kenapa Mark menjauh darinya. Ia melihat Mark menangis, melihat Mark saat diusir, sebagai orang yang sangat mandiri dan keras hidupnya, tentu saja itu sangat memalukan bagi Mark. Tapi Haechan tidak ingin kehilangan Mark, tujuannya adalah untuk berdiri disamping pria itu, menggenggam tangannya agar pria itu tidak bersedih sendiri lagi.

" Ji kakak lo abis ini ngapain?" Tanya Haechan kesal

" Uhm.. harusnya ngga ada kak" Ucap Jisung hati-hati sambil menatap kakaknya itu takut.

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang