30

7K 546 7
                                    

“ Ngga mau dipindahin?”

Tanya Haechan pada suaminya itu ketika melihat Chenle yang tertidur di sofa ruang tengah mereka dengan tangan yang masih memegang robot-robotnya. Sedari tadi ia bermain dengan ayahnya itu hingga lelah dan tertidur. 

“ Nanti aja… kasian dia baru tidur…” Ucap Jeno sambil mengelus pelan kepala putranya itu 

“ Lusa kakak pulang….” Ucap Jeno pelan dan Haechan menatap suaminya itu khawatir.

“ Lo yakin biarin Mark tinggal sendiri? Jen, dia tiap hari bilang ke lo kalau dia mau pulang…. Lo ngerti kan maksud Mark…” Ucap Haechan sedikit protes, membiarkan Mark tinggal sendiri dan tanpa pengawasan adalah pilihan yang salah karena bisa saja Mark ingin mengakhiri hidupnya lagi. 

Jeno mengangguk, setengah mati menahan air matanya. Mark sudah di opname sudah hampir dua bulan lamanya, dan tidak ada lagi alasan yang bisa Jeno berikan untuk menahan kakaknya itu karena kondisi kakaknya sudah baik. Ya, kondisi fisiknya bukan mentalnya. Tapi Jeno juga tidak mau mengurung kakaknya terus seperti itu, karena sama saja Jeno lagi lagi menyiksa kakaknya. Karena itu Jeno membiarkan Mark pulang, dan membiarkan Mark benar benar pulang, karena Jeno berhasil mengetahui maksud dari Wendy saat itu. 

“ Prof Wendy bilang… biarin Kak Mark pulang…. Kerumahnya….” 

“ Jen! Lo gila?! Kalau Mark pulang dan tinggal sendiri, bisa aja dia nyakitin diri dia sendiri atau  bahkan pengen ngakhirin hidupnya!”

Jeno terkekeh dan menatap istrinya itu lekat. Kemudian Jeno melirik Chenle sambil kembali mengelus pelan kepala putranya itu. Haechan pun terdiam, mengerti maksud dari suaminya itu. Haechan juga sadar, Mark hanya akan tertawa dan tersenyum saat bersama Chenle, Mark benar benar hidup saat bersama putranya itu karena bagi Mark, Chenle adalah tempat pulangnya saat ini.. 

“ Gue udah nanya sama prof wendy, katanya ngga papa, nanti dia bantu buat ngecek tiap hari, karena gimanapun anak kecil tinggal sama orang kaya kakak saat ini masih bahaya… tapi prof Wendy menjamin… kalau Chenle aman sama kakak dan kakak bisa sembuh kalau sama Chenle.” Ucap Jeno berderai air mata, tangannya pun masih setia mengelus pelan kepala Chenle. 

“Jen….” Ucap Haechan sendu memeluk tubuh suaminya itu karena Jeno sudah menangis terisak, Haechan tau seberapa sayang Jeno pada putranya itu. 

“ Gu-Gue ngga tau lagi gimana caranya chan…. Cu-cuma ini caranya supaya gue bisa nebus kesalahan gue sama kakak….” Tangis Jeno menjadi jadi. 

“ Eung…. Gue bakal dukung lo…. Kita masih bisa liat Chenle dari jauh…” Ucap Haechan menenangkan Jeno dengan air mata yang berderai. 

.

.

.

.

.

.

.

.

Jeno masih teguh dengan tujuannya, ia akan membujuk Mark, meminta Mark untuk menjaga putranya karena dirinya dan Haechan harus bekerja ke luar kota. Ya, hanya skenario bodoh itu yang terlintas di pikiran Jeno saat ini, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba. Jeno bisa memposisikan dirinya sebagai mana Mark yang berlaku orang asing padanya. 

Layaknya wali murid dengan guru 

Tapi sepertinya usaha Jeno sia sia, bahkan hanya untuk bericara Jeno tidak diberi izin, kakaknya itu selalu mengabaikannya, benar benar menganggapnya sebagai orang asing dan pengungtit. Dan jujur, Jeno sudah mulai kehilangan harapannya untuk membujuk kakaknya itu. Walaupun sebenarnya Jeno tidak perlu takut, karena Mark setiap hari konsul dengan prof Wendy karena permintaan Wendy dan pihak sekolah, tapi tetap saja tidak ada yang tau apa yang akan kakaknya itu lakukan ketika ia sendiri. 

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang