20

7.2K 621 38
                                    


Waktu terus berlalu dan sudah 10 tahun sejak kejadian dimana Mark dan Haechan benar benar hancur. Mark saat itu benar benar terpuruk, ia bahkan tidak keluar kamar selama beberapa hari, Mark sering kali menangis sendiri, kemudian tertawa sendiri.

Ya, Mark benar benar hampir gila.

Tapi Jisung selalu ada di samping Mark. Menenangkan kakaknya itu, membantu kakaknya itu untuk bangkit kembali, kemudian setelah satu tahun lebih lamanya, Mark akhirnya kembali bangkit. Mark memang kehilang tempat pulangnya, rumah ternyamannya setelah selama ini Mark tidak memiliki rumah untuk pulang. Tapi Mark lupa, ia punya Jisung, dan Jisung tidak akan pernah meninggalkannya, akan selalu ada disampingnya. Dengan hal itu, Mark terus berjuang untuk hidup, untuk memastikan Jisung tersenyum. Tidak lagi ingin melihat adiknya itu menatapnya sedih dan khawatir.

" Mark... tolong bantu aku... dia berulah lagi" Ucap Lucas teman kerjanya Mark.

" Chenle sama hao hao ?" Tanya Mark dan diangguki oleh Lucas

" Aish... anak itu.... Tolong pegang dia sebentar" Ucap Mark memberikan bayi yang sedari tadi ia gendong pada Lucas dan berlari keluar mencari dimana keberadaan dua anak itu.

" Hey hey hey ... sudah...." Ucap Mark dengan cepat melerai ketika melihat Hao hao yang sudah mendorong Chenle dan menendang anak itu. Chenle sampai terjatuh akibatnya lutut serta sikunya berdarah.

" Huaaaaa..... Mark-Ssaem.... Hao hao jahaat.... Huaaaa" Teriak Chenle mengadu ketika melihat Mark. Melihat Chenle yang menangis, Hao hao pun ikut menangis dan Mark hanya bisa menutup kedua kupingnya, membiarkan kedua anak itu melampiaskan emosinya.

Mark tersenyum tipis, Hao hao tengah berbicara dengan Lucas, anak itu juga tampak sudah tersenyum dan tidak menangis lagi, sedangkan Mark, masih berusaha berbicara dengan Chenle, anak itu sepertinya takut Mark akan marah, karena itu saat Mark membawanya ke dalam ruangan, Chenle langsung berlari dan menempelkan tubuhnya ke sudut ruangan.

Mark sudah terbiasa dan handal membujuk anak kecil, ia sudah bekerja menjadi seorang guru di salah satu playgroup yang ada di Busan sejak 3 tahun yang lalu. Saat itu Mark mulai pasrah untuk mencari kerja, karena dirinya hanya lulusan SMP sehingga banyak pekerjaan yang tidak bisa Mark capai karena tidak memenuhi standar. Namun hari itu tiba tiba saja ada kegiatan amal di dekat tempat ia tinggal, Mark pun ikut serta dan ternyata salah satu panitia disana menyukai Mark karena Mark sangat ramah pada anak kecil dan siapa sangka ternyata orang tersebut pemilik playgroup dan meminta Mark untuk menjadi guru disana. Karena konsep Playgorup seperti bermain dan terkesan seperti tempat penitipan anak, Mark hanya perlu pengetahuan baca tulis dasar karena itu Mark bisa bekerja.

" Chenle ya......" Panggil Mark mendudukan diri di depan Chenle. Chenle yang namanya dipanggil semakin merapatkan tubuhnya pada dinding membelakangi Mark

" Ssaem ngga marah kok...." Chenle menggelengkan kepalanya

Mark menghela nafasnya panjang, jika begini hingga besok pagi Chenle tidak akan mau berbicara dengannya. Mark pun hendak berdiri, berniat mengambil sekotak susu dan beberapa camilan lainnya untuk membujuk Chenle, tapi ketika ia berdiri, Mark tidak sengaja menginjak lego yang berserakan di dekatnya. Mark pun meringis kesakitan dan kembali terduduk sambil memegang telapak kakinya.

"Ma-Mark Ssaem?" Tanya Chenle sambil berbalik ketika mendengar guru kesayangannya itu mengerang kesakitan.

Mendengar suara Chenle yang khawatir, Mark tersenyum jahil, memegang kakinya dan merebahkan badannya kemudian berguling guling kesakitan seperti orang yang baru saja terinjak paku.

" Huaa... Chenle..... bantu Ssaem... saakit... hhuuu" Tangis Mark buat buat membuat Chenle menghampiri Mark dengan khawatir.

" Ch-Chenle ambil kotak obat ya...Mark Ssaem jangan mati..." Ucap Chenle sambil ikut menangis.

" Huaa... Chenle... Ssaem sekararat.... Tolong.. Uuhuk uhuuk" Mark lagi lagi berakting, membuat anak tiga tahun itu berlari kencang untuk mengambil kotak P3K yang ada di atas meja.

Mark terkekeh puas, ternyata membohongi anak kecil itu mudah. Chenle pun kembali dengan kotak P3-K nya dan mendekati telapak kaki Mark.

" A-auch... pelan pelan... Chenle bisa?" Tanya Mark ketika Chenle mengambil sebuah hansaplast

" Eung... Mark Ssaem perhan ajarin lele..." Ucap Chenle dan membuka pembungkus plester itu dan menempelkannya di telapak kaki Mark.

" Sudah... Mark Ssaem tidak jadi mati" Ucap Chenle dan Mark terekeh pelan.

" Terimakasih dokter Chenle... nah sekarang... Ssaem yang obatin luka Chenle" Ucap Mark menggendong tubuh anak itu, membawanya ke pelukannya.

" Chenle ngga kesakitan?" Tanya Mark dan Chenle langsung memeluk Mark, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Mark dan Mark bisa merasakan air mata yang membasahi pundaknya. Chenle menangis karena sedari tadi lutut dan sikunya benar benar perih.

..........

" Lucas.....kau sudah coba hubungi orang tuanya?" Tanya Mark dan diangguki pelan oleh Lucas.

" Aku sudah coba, tapi kau tau kan, Orang tua nya sangat sibuk, karena itu setiap harinya ia diantar oleh sopirnya."

" Coba hubungi lagi, kalau tidak bilang saja perut dan punggung Chenle memar" Jelas Mark sambil mengelus pelan kepala Chenle yang sedari tadi tertidur dalam pangkuannya.

" Memar?!" Tanya Lucas panik dan diangguki oleh Mark

" Aku tau kita sempat memberi tau, dan respon mereka menganggap itu wajar anak kecil bertengkar dan bermain, tapi kau tau Hao hao badannya lebih besar dan tenaganya lebih kuat. Lihat memar ini tidak muncul hanya karna sekali pukulan... pasti sudah sejak dulu... mau sampai kapan kita biarkan ini" Ucap Mark menyingkap baju Chenle dan benar ada beberapa memar di tubuh Chenle.

" Baiklah... aku akan coba hubungi lagi...."

Mark bernafas lega, sebenarnya sudah lama Mark itu ingin membahas ini baik dengan orang tua Chenle ataupun Hao Hao, karena Hao Hao itu cukup nakal dan suka main kasar saat bercanda. Karena tubuh Chenle memang lebih mungil dari Hao hao membuat anak itu sering main tangan pada Chenle, dan Hao Hao semakin senang mengganggu Chenle karena Chenle tidak pernah membalas, hanya diam dan menangis.

.

.

.

.

.

.

Haechan menutup telfonnya dengan panik. Mengirimi pesan pada suaminya saat mendengar kabar dari sekolah. Buru-buru Haechan menutup laptopnya mengabaikan dirinya yang sedang rapat dan bergegas pergi ke sekolah putranya.

" Anak ku ken-" Haechan tidak melanjutkan kalimatnya ketika saat melihat putranya tengah digendong oleh seseorang. Seseorang yang sudah lama tidak ia lihat, seseorang yang sangat begitu berarti di dalam hidupnya dan seseorang yang menghancurkan hatinys dengan begitu jahat juga.

Orang itu

Mark Lee

" Kau orang tuanya Chenle?" Tanya seorang guru saat Haechan memasuki ruangan guru. Haechan yang sempat termenung tersentak kaget dan menganggukkan kepalanya.

" Baiklah silahkan duduk...." Ucap Lucas menyilahkan Haechan duduk, kemudian Chenle terbangun dan melihat papinya itu langsung kembali menangis.

" Papi... huaaa...." Tangis Chenle, Mark yang sedari tadi menggendong Chenle membawa Chenle mendekat ke Haechan agar Haechan bisa menggendong Chenle.

" Aku akan membuatkan teh...." Ucap Mark pada Lucas dan diangguki oleh Lucas sedangkan Haechan hanya bisa menatap Mark sendu yang tengah berjalan keluar dari ruangan.

........

Ruangan cukup gaduh, karena orang tua Hao Hao yang tidak mau disalahkan dan Haechan yang bersikukuh untuk membawa kasus ini ke pengadilan.

" Maaf memotong tapi saya boleh izin membawa Chenle dan Hao Hao keluar ruangan?" Potong Mark saat Haechan dan orang tua Hao Hao mulai meninggikan suara mereka.

" Tidak baik bertengkar di depan anak kecil" Tambah Mark lagi dan setelah itu keduanya hanya mengangguk, sedikit malu pada diri sendiri. Setelah membungkuk sopan Mark pun membawa Chenle dan Hao Hao ke taman, sedangkan Lucas menjadi mediasi pertikaian kedua orang tua ini. 

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang