11

6.8K 715 19
                                    

Mark sedikit bingung kala Haechan memberikannya secarik kertas. Setelah hampir dua minggu Mark dirawat dirumah sakit, kini ia sudah kembali pulih dan kembali bekerja seperti biasa.

" Ini apa?" Tanya Mark bingung

" List belanjaan, mulai hari ini lo ngga boleh kerja di luar..."

Ucap Haechan santi sedangkan mendapat tatapan tidak terima sekaligus bingung dari Mark. Mengerti dengan tatapan Mark, Haechan tersenyum tipis.

" Gue cepuin ke ayah kalo lo juga ngambil job di luar... terus dia bilang kalau lo tumbang lagi kita yang repot, mesti nyari sopir baru lagi, jadi daripada lo nyari kerja di luar mending lo sekalian aja urus tu rumah"

Jelas Haechan lagi, tapi sepertinya Mark masih tidak mengerti pasalnya pria itu memiringkan kepalanya sambil mengerutkan keningnya, mencoba memahami maksud dari Haechan.

" Iya... lo ngga cuma supir sama ajudan gue, abis lo nganter sekolah nih, lo ke supermarket belanja bulanan, terus nanti gue sama ayah nyampe rumah, itu makan malam udah harus siap, kamar gue udah harus rapi...nanti lo juga beresin taman, ngurusin laundry... gitu loh "

" Tap-"

" Gaji lo dikali dua, soalnya bibi yang biasa bantu-bantu di rumah udah pulang ke kampung dari minggu kemarin, pas kan? Daripada bokap gue nyari orang baru?"

Mark menghela nafas pasrah, menatap Haechan sedikit tidak percaya. Mark sebenarnya tau, tentu ini kemauan Haechan, melihat bagaimana Haechan saat itu mengomeli dirinya di rumah sakit karena kelelahan bekerja.

" Gue bersihin rumah lo juga sama capeknya.. Itu rumah kan kek istana... ngga ngebantu apa apa" Ucap Mark jahil sambil menghidupkan mobilnya.

Haechan menganga tidak percaya menatap Mark sedikit kesal.

" Ngebantu apaan! Orang gue nyuruh lo jadi pembantu!"

" Hahaha iya iya... makasih ya... gue ngga akan sakit lagi kok... kan ajudan mesti 24 jam jagain tuannya"

Senyum Mark sambil mengelus pelan kepala Haechan. Tapi sedetik kemudian Mark baru sadar ia tidak sadar tadi telah mengelus pelan kepala Haechan. Mark tadi hanya merasa gemas melihat Haechan yang terlihat kesal dan menyembunyikan rasa malunya.

" Ah.. Ma-maf.. Reflek...." Ucap Mark canggung dan kembali fokus menyetir.

" Udah nyetir aja lo! Telat gue nih!" Kesal Haechan menepis tangan Mark dan membuang wajahnya.

.

.

.

" Yo pagi!" Sapa Renjun sambil menepuk pelan kepala Haechan, pasalnya memang seperti itu dulu mereka saling menyapa

" Woi! Ngapain lo pegang kepala gue!!" Bentak Haechan kesal sambil menjauhkan tangan Renjun dari kepalanya

" Lah...gue nepuk doang bukan nabok!"

" Huaaa Renjun goblooook! Lo ngotorin kepala gueee!" Kesal Haechan lagi sambil menenggelamkan kepalanya ke meja

" Dih lo kata tangan gue najis hah?!"

" Iya! Sana lo!" Kesal Haechan lagi masih menenggelamkan wajahnya.

Sejujurnya, Mark yang diminta bekerja di rumahnya itu karena permintaannya, ayahnya awalnya setuju-setuju saja, tapi tidak enak karena bibi yang biasanya membantu di rumah masih bekerja. Tapi begitulah Haechan, ia tidak pernah kehilangan akal, akhirnya ia meminta ayahnya agar bibi itu bekerja di rumah sakit, dan ternyata bibi itu setuju. Haechan benar benar takut Mark akan kembali sakit dan jatuh pingsan. Mark benar bekerja di rumahnya sama lelahnya, tapi setidaknya ia tidak akan bolak balik, berpanas-panas ataupun menghadang hujan.

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang