36

6.5K 543 21
                                    

Jaemin menatap sendu Mark yang tengah melayani pelanggan di meja kasirnya. Senyuman Mark itu benar benar indah dan teduh, layaknya malaikat, menyihir siapa pun yang melihatnya. Sesekali Mark akan melemparkan pandangannya pada Chenle yang duduk dengan tengan dengan buku gambarnya, lengkap dengan cookies dan coklat panasnya.

Mark benar benar terlihat seperti seorang Ayah saat menatap Chenle, matanya berbinar, tersenyum dengan sangat cerah.

Mengingat kejadian Mark menangis saat melihat gambar Chenle, benar benar mengetuk hati Jaemin. Jujur saja Jaemin tidak terlalu peduli dengan masa lalu Haechan dan Mark, terlebih lagi semuanya sudah berakhir dan Mark memang mengatakan bahwa ia akan membuka hatinya padanya. Tapi melihat kedekatan Chenle dan Mark, Jaemin tau, seberapa besar cinta Mark pada anak itu dan Jaemin juga mengerti bagaimana rasanya kehilangan sosok ayah itu.

Ayahnya meninggal saat ia kecil, dan Jaemin saat itu benar benar kehilangan sosok ayahnya, hingga saat itu adik dari ayahnya yang mana adalah pamannya, benar benar menyayanginya bahkan lebih dari ayahnya yang baik padanya. Jaemin kembali merasakan hangatnya dekapan seorang ayah, senyuman lembut dari seorang ayah dan bahkan jika boleh jujur, Jaemin lebih menyayangi pamannya itu dari pada ayahnya. Dan mungkin itu juga yang dirasakan Chenle saat ini.

" Mark.... " Panggil Jaemin saat tidak ada lagi pelanggan di cafe itu dan papan nama di pintu sudah di putar menjadi closed

" Hmm?" Jawab Mark santai sambil membersihkan gelas gelas kotor

" Lo deket banget yaa sama Chenle.... Udah kaya bapak anak aja" Ucap Jaemin dan Mark hanya terkekeh pelan

" Ya... dia nempel banget si dulu di sekolah...."

" Kalau Haechan? Lo sama dia gimana sekarang?"

Mark memberhentikan kegiatannya, sudah dua minggu lebih Mark dan Chenle kembali dekat, tapi ia dengan Haechan masih canggung dan seperti orang asing. Mark pun duduk berhadapan dengan Jaemin sambil tersenyum gemas.

" Kenapa? Lo cemburu? Atau mau kita perjelas aja nih hubungan kita?" Ucap Mark lagi sambil mengelus pelan kepala Jaemin.

" Emang lo yakin bisa buka hati ke gue?"

Mark tersenyum tipis sambil terkekeh pelan.

"Lo ragu sama gue?"

" Gue.... tau masa lalu lo...." Ucap Jaemin pelan, wajah Mark pun sedikit terkejut dan berusaha untuk tersenyum

" Setelah apa yang terjadi.... Gue ngga yakin lo bisa buka hati ke gue..."

" Jae... bukan gitu gue-"

" Its oke... gue ngerti kok... bukan salah lo juga...gue tau kok, lo baik sama gue... lo juga mungkin ada rasa sama gue... gue juga bukan bilang lo jadiin gue pelarian... gue tau lo pengen cari kebahagiaan baru lo.... tapi sampai kapan pun hati lo ngga bisa buat gue...."

Mark menghela nafasnya panjang, menundukkan kepalanya. Jaemin memang benar, selama ini Mark berusaha mencari kebahagian barunya, mencoba membuka hatinya pada orang baru, tapi Mark sadar, entah kenapa Haechan tidak bisa tergantikan di dalam hatinya.

" Gue udah capek Jae... berharap... nunggu... ngejar.... Karna udah ngga ada tempat lagi buat gue...."

" Kan Jeno udah meninggal"

Mark mengadahkan kepalanya, Mark hanya diam, nafasnya memburu, entahlah... Mark juga bingung kenapa ia tiba tiba marah. Marah karena Jeno belum meminta maaf pada Mark? Marah karena Mark tidak tau apa yang terjadi pada mereka? Atau Mark yang seolah menjadi pengganti? Mark tidak tau, tapi yang pasti, Mark sedikit merasa tidak adil, karena setidaknya Jeno sudah tenang, tidak lagi merasakan penyesalan, rasa bersalah, atau apapun lah itu, sedangkan Mark, hingga saat ini masih bisa merasakan trauma dan pengalaman buruk itu.

Melihat rahang Mark yang mengeras dan kepalan tangannya yang kuat bahkan tangannya sampai bergetar, Jaemin tersenyum sendu, merasa kasihan pada Mark.

" Mark ini kesempatan lo.... Buat kembali ke tempat yang memang seharusnya milik lo..."

" Menjadi pengganti maksud lo?"

Jaemin tersenyum tipis dan mengelus pelan pundak Mark.

" Lo lagi marah... yaudah kita pulang aja yok... karna gue mau ngomong sama hati lo... bukan ego lo... " Ucap Jaemin dan bangkit dari duduknya.

" Gue serius sama lo! Lo pikir gue jadiin lo pelampiasan? Selama ini gue berusaha buat buka hati ke lo! " Ucap Mark sedikit kesal karena seolah Jaemin yang menolak dirinya.

" Yaudah... gue tau lo sayang sama gue.... ada rasa sama gue.... lo mau buka hati ke gue... lo mau serius sama gue.... Dan semua itu... gue tau kok.. Dan perasaan lo itu tulus sama gue... lo ngga bohong sama gue... lo jujur sama gue..."

" Tapi... lo yakin bisa bahagia sama gue? Lo yakin jujur sama diri lo sendiri?" Tanya Jaemin dan Mark terdiam, tidak tau bagaimana menjawabnya.

" Udah gue bilang... lo lagi marah... gue ngga bisa ngomong ke hati lo... kalau lo udah tenang.... Kalau hati lo udah bersih lagi.... Kita ngomongin ini lagi baik baik ya?"

Ucap Jaemin teduh dan karena itu sukses membuat mata Mark berkaca-kaca. .

.

.

.

.

.

.

.

Jaemin menggelengkan kepalanya pelan, sedangkan Haechan masih tertunduk menahan isak tangisnya dan menggenggam tangan Jaemin dan memohon padanya.

" Please... bantu gue Jaem.... Gu-gue... ngga sanggup lagi..." Tangis Haechan.

" Kalian kenapa hobi ngehukum diri sendiri sih! Chan... Mark pasti mau ngebuka hati dia lagi sama lo... "

Haechan menggelengkan kepalanya dan menangis terisak.

" Gue udah ngancurin hati dia segitu besarnya... dia mungkin ngga benci sama gue.. Tapi rasa sakit dan trauma itu.... Gue ngga pantas minta dia balik sama gue Jaem....Lagi pula dia udah nemu tempat pulangnya yang baru...."

" Chan.... Sampai kapanpun hati Mark itu buat lo... sebaik apapun dia sama gue... setulus apapun dia sama gue... tapi hati itu...cinta itu... cuma buat lo..."

Haechan kembali menggelengkan kepalanya.dan air mata itu tidak berhenti hentinya mengalir.

" Gue ngga pantas dapat kesempatan kedua dari Mark Jaem... hadirnya gue cuma bawa mimpi buruk dan memori buruk itu ke Mark... lo sayang sama dia kan? Lo pengen dia senyum dan bahagia kan? Jadi bantu gue ya hm?"

" Tapi.... Dia ....."

Jaemin menghela nafasnya panjang, entahlah Jaemin tidak mengerti, padahal jelas jelas Mark bahagia bersama Haechan dan Chenle, Haechan pun bahagia karena hadirnya Mark dan Chenle, entah kebahagiaan semu macam apa yang diciptakan oleh kedua orang ini, tapi Jaemin benar benar jengah, padahal mereka hanya perlu jujur pada diri sendiri dan berhenti menyelahi diri sendiri.

" Ya Sudahlah kalau itu mau lo.... Chenlenya gimana?"

" Gue udah bilang, gue bakal kerja di luar kota, dia paham kok karna emang dulu sering gue tinggal, lo ngga usah mikirin biaya apapun gue yang nanggung semua... sekali lagi makasih ya Jaem..."

" Lo yakin sama keputusan lo?" Haechan menganggukkan kepalanya.

" Yaudah kalau itu mau lo... sering sering telfon gue ya.... Gue mau mastiin lo baik baik aja" Ucap Jaemin sambil memeluk Haechan dan Haechan mengangguk pelan. 

[Complete] Home || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang