BAB 20 ~ Perbedaan Dua Sisi

1.1K 266 18
                                    

S E L A M A T M E M B A C A
___________________

Setelah beberapa bulan meninggalkan rumah dan tinggal dikediaman mertua, kini pasangan Gea dan Nata memutuskan untuk kembali.

Tak ada perubahan yang signifikan. Nata masih merasa bahwa keadaan sang istri masih jauh dari kata baik-baik saja.

Meski semuanya mulai terlihat normal, namun ada kalanya dia mulai tak nyaman dengan kondisi Gea yang sering membuat khawatir.

Wanita itu masih sering terjaga di malam hari, bermimpi buruk, bahkan sering melamun yang berujung membahayakan dirinya sendiri.

"Jangan bengong. Bukannya bawang malah jari kamu yang ke potong nanti," untuk kesekian kalinya Nata menyaksikan sang istri memasak dalam keadaan pikiran kemana-mana.

Mendapat teguran yang tiba-tiba, sontak Gea mengerjapkan matanya cepat sebelum akhirnya menunjukkan cengiran lebar.

"Sini biar Mas aja yang nerusin," pinta Nata seraya berusaha merebut pisau dari tangan sang istri.

Namun dengan gerakan cepat, Gea berhasil menjauhkannya. "Enggak usah, Mas. Lagian kamu udah rapi gitu mau berangkat kerja, nanti yang ada bau bumbu. Sana," usirnya seraya mendorong tubuh sang suami agar tak berdekatan dengan kompor.

Menghela napas panjang, Nata pun akhirnya terpaksa mengalah dan memilih duduk di meja makan menunggu sarapan siap.

Tak membutuhkan waktu lama nasi goreng seafood beserta lauk ayam rica-rica pemberian Lita semalam siap disantap.

Keduanya mulai menikmati sarapan pagi itu dengan nikmat sambil sesekali diselingi obrolan ringan agar suasana tak terlalu hening.

Baru menghabiskan setengah porsi, mendadak pasangan suami istri itu dibuat heran dengan kedatangan Dion yang tiba-tiba.

Tanpa berdosa dengan santainya pria yang sudah melepas masa lajangnya itu bergabung bersama keduanya lalu mengambil nasi goreng juga lauk.

Barulah ketika sendok hendak dimasukkan ke dalam mulut, Gea buru-buru menarik piringnya menjauh membuat Dion mau tak mau berdecak.

"Ck, Mbak jangan pelit deh sama adek sendiri. Gue laper nih, butuh asupan nutrisi biar nanti pas kerja gak oleng," ucapnya berusaha sememelas mungkin.

Namun sayangnya jurus Dion sama sekali tak mempan, terbukti dengan Gea yang malah kini melotot galak.

"Heh pantat kuda! Dateng-dateng gak ada suaranya, gak ngucap salam. Tiba-tiba nyomot sarapan di rumah orang, bosen napas kamu?" Kesal Gea seraya menarik dasi milik sang adik hingga membuat pria tersebut tercekik.

"Buset, Mbak!" Seru Dion yang terkejut mendapat serangan tak terduga. "Kalau mau narik tuh bilang-bilang kek, biar gue ada persiapan. Jahat bener," omelnya setelah tarikan tersebut berhasil dia lepas.

Hampir saja Gea kembali beraksi jika Nata tidak buru-buru mencegahnya. "Udah biarin aja,"

Dengan patuh Gea menurut lalu memberikan kembali sepiring nasi goreng milik Dion yang sempat dia rebut tadi.

"Kamu ke sini sendirian? Istri kamu gak ikut?" Tanya Nata setelah dirasa suasana mulai kondusif.

Dion menggeleng pelan. "Pagi-pagi dia udah berangkat ke rumah Mamanya. Ibu mertua gue minta dianter ke butik,"

Janji Sang Malam PADA BINTANG [sequel MHIDB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang