No revisi... Harap tandai typo...
S E L A M A T M E M B A C A
____________________Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, kini pernikahan Dion serta Dira sudah berlangsung selama beberapa bulan.
Seperti kehidupan rumah tangga pada umumnya, pertengkaran kecil dan perbedaan pendapat tak luput menjadi bumbu pelengkap dalam hubungan keduanya.
"Kamu mau kemana sih pagi-pagi gini?" Dion bertanya dengan suara serak khas bangun tidur.
Masih pukul 7 pagi tapi Dira sudah sibuk berdandan hingga mengganggu dirinya yang sedang tertidur menikmati hari libur.
"Aku mau ngumpul sama temen-temen aku. Lupa ngasih tau kamu semalem," ucap Dira sambil merapikan kembali tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
Mendengar itu sontak kedua alis Dion mengkerut tak suka. "Daripada ngabisin waktu yang gak jelas, mending kamu di sini nemenin aku,"
Dira berbalik. Membelakangi kaca rias yang sebelumnya tengah dia gunakan.
"Ngapain? Nonton tv sama tidur seharian?" Tanyanya jengah. "Aku tuh udah stres di kantor, pengen nyegerin otak. Kalau di apartemen terus yang ada aku bosen. Sumpek tau gak, Mas,"
"Kan bisa perginya sama aku,"
Sebisa mungkin Dion memberi pengertian pada sang istri. Bukan tanpa alasan, pasalnya beberapa waktu terakhir intensitas kebersamaan mereka sangat minim.
Bahkan untuk sekedar mengobrol berdua saja rasanya sangat sulit karena kesibukan masing-masing.
Namun sepertinya Dira berpikiran lain. Terlihat dari raut wajah wanita itu yang tampak tidak senang.
Dengan memalingkan pandangan, Dira mengambil tas miliknya yang diletakan di sofa kamar. "Udah deh, Mas. Aku gak ada waktu buat debat sama kamu,"
Setelah memastikan barang-barang miliknya tak ada yang tertinggal, Dira berjalan perlahan menghampiri sang suami yang tengah duduk bersandar pada kepala ranjang.
Mencium punggung tangannya dan tak lupa berpamitan.
"Aku pergi dulu,"
"Sebentar," Dion menghentikan langkah Dira yang hendak beranjak. Diambilnya dompet yang berada di dalam laci, sebelum mengeluarkan sebuah kartu kredit lalu diberikan pada sang istri.
"Buat belanja,"
Namun, alih-alih menerima Dira malah menolaknya. "Gak usah, Mas. Disimpen aja kartunya,"
"Tapi ini jatah uang bulanan kamu. Ambil. Nanti orang mikir kamu gak aku kasih nafkah," Dion menjawab tegas.
"Jangan berlebihan deh, Mas. Tanpa kamu kasih uang bulanan pun, aku masih bisa menuhi kebutuhan aku sendiri. Udah ah, aku berangkat."
Usai mengucapkan salam, Dira langsung saja melenggang keluar. Bahkan dia sama sekali tak mempedulikan sang suami yang masih memegang kartu kredit pemberiannya.
Karena kesal. Dion pun membanting benda pipih tersebut ke atas nakas secara kasar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sang Malam PADA BINTANG [sequel MHIDB]
Romance(Tersedia di KBM) Dunia Gea hancur lebur ketika dia dipaksa menerima kenyataan mengerikan bahwa putri tercinta memilih pulang ke pangkuan Sang Pencipta. Kebahagiaan yang telah dinanti selama bertahun-tahun kini harus kembali terkubur bersamaan deng...