Finally update lagi🤭...
Seperti biasa part ini belum direvisi,, jadi harap dimaklum ya💜💜
Hal yang paling menyakitkan bagi seorang Adinata Baskara adalah ketika dia harus kembali melihat sang istri dalam keadaan yang sama persis saat mereka kehilangan putri semata wayang beberapa bulan yang lalu.
Nata pikir masa-masa suram itu telah berlalu, namun rupanya dia salah besar. Istrinya, Gea ternyata masih menyimpan luka tersebut dan menyembunyikannya dengan apik. Sampai dia sendiri pun tidak mengetahuinya sama sekali.
Dalam keheningan malam yang memenuhi seisi kamar, Nata dengan telaten membersihkan badan sang istri yang kotor terkena tanah. Tak lupa dia juga turut mengganti pakaiannya dengan setelan piyama.
Berkali-kali Nata mencoba mengajak sang istri bicara, berharap mendapat respon, sehingga dia bisa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Namun semuanya sia-sia, Gea enggan untuk membuka mulut meskipun hanya satu kata.
Di rangkumnya dengan lembut kedua pipi chubby Gea sambil dia usap perlahan.
"Gea... Kenapa sayang?"
Satu menit, dua menit telah berlalu, namun Nata masih menunggu dengan sabar, "Enggak mau ngomong sama, Mas? Katanya kalau Mas pulang kamu mau ngomel-ngomel, mau Jambak rambut Mas sampai rontok, karena ke luar kota gak bilang-bilang,"
Sadar bahwa usahanya tidak akan membuahkan hasil, Nata memutuskan untuk mengalah. Dan memberikan waktu sendiri kepada sang istri adalah jalan terakhir yang dia ambil.
Mungkin memang sebaiknya dia tidak perlu memaksa.
Sambil menghela napas lelah, Nata beranjak dari posisi duduknya hendak keluar kamar menuju dapur, karena tenggorokannya terasa kering.
Belum sempat kakinya melangkah, pergerakannya seketika terhenti saat Gea tiba-tiba menggenggam erat jemarinya.
"Jangan tinggalin aku, Mas..." Lirihnya dengan kepala tertunduk dalam yang kemudian disusul isak tangis pelan.
Sigap, Nata segera membawa tubuh rapuh sang istri masuk ke dalam pelukannya. Mencoba memberikan ketenangan yang mungkin sangat dibutuhkan wanita itu sekarang.
"Mas gak pergi kemana-mana," diusapnya dengan lembut kepala Gea sambil sesekali dia cium.
Flashback on
Gea yang merasa sakit hati, segera bergegas meninggalkan area Mall dengan berlinang air mata.
Dirinya sama sekali tak menghiraukan pandangan orang-orang yang menatap heran ke arahnya.
Rasa sesak yang teramat menyiksa, membuat Gea tidak bisa berpikir jernih. Kini, dia hanya memiliki satu tujuan yang mungkin bisa menjadi tempat pelarian yang baik.
Dengan memberhentikan sebuah taksi secara acak, lalu menonaktifkan ponsel miliknya, Gea meminta untuk segera diantarkan ke sebuah pemakaman.
Suasana sunyi, sepi dan pencahayaan yang remang sama sekali tak menghentikan niat Gea. Dia tetap berjalan melewati tiap-tiap batu nisan yang berjejer rapi.
Sampai akhirnya, kedua kaki Gea berhenti melangkah tepat di samping makam yang masih terbilang baru dengan batu nisan yang bertuliskan Genara Aprilliana.
Hanya butuh waktu sepersekian detik bagi suara raungan tangisan Gea terdengar mengisi keheningan malam kala itu.
Diusapnya nisan sang putri dengan penuh kasih sayang, seakan yang sedang dia belai lembut adalah wajah ceria putrinya.
Keadaan tanah yang basah akibat terkena embun malam tak membuat Gea enggan untuk memeluk erat gundukan tanah yang mulai ditumbuhi rumput-rumput liar.
"Gena bangun, Nak. Bantuin Mommy. Bilang sama orang-orang kalau Mommy sayang sama kamu. Bilang sama mereka kalau bukan Mommy alasan kamu pergi ninggalin, Mommy. Ayo, Gena, bangun..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Janji Sang Malam PADA BINTANG [sequel MHIDB]
Storie d'amore(Tersedia di KBM) Dunia Gea hancur lebur ketika dia dipaksa menerima kenyataan mengerikan bahwa putri tercinta memilih pulang ke pangkuan Sang Pencipta. Kebahagiaan yang telah dinanti selama bertahun-tahun kini harus kembali terkubur bersamaan deng...