ꨄ︎𝑯𝒂𝒑𝒑𝒚 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒊𝒏𝒈ꨄ︎
Keesokan paginya,...
Gadis pemilik netra indah itu telah melakukan aktivitas seperti biasa, ia kini sudah siap dengan pakaian yang rapi, tidak lupa syal merah dan jubah hitam. Indo sudah memutuskan dengan matang kalau dirinya akan menjinakkan penghuni pulau ini.
Disebut pulau Tak berpenghuni karena tidak ada humans atau country humans yang menempati pulau itu. Selain para demon, monster, hewan sihir tingkat menengah, dan iblis.
Dengan kekuatannya yang saat ini, ia yakin bahwa dirinya akan berhasil menaklukkan seluruh penghuni pulau ini. Termasuk dia.
Skip.
Setibanya di hutan itu, Indonesia tentunya disambut oleh beberapa hambatan yang tidak seberapa. Kemudian ia berdiri di depan sebuah pilar yang hancur dan disekelilingnya tumbuh tanaman merambat. Ia berasumsi bahwa pilar itu adalah gerbang dari hutan/kehidupan didalam nya.
"Hm...kenapa sepi sekali...padahal tadi ramai... jangan-jangan mereka sudah punah?"
Tak ingin memikirkan lebih lama, Indo memilih melanjutkan perjalanan memasuki hutan itu lebih dalam lagi. Disepanjang jalan, tidak ada hambatan sama sekali. Berbeda terbalik dengan yang tadi dan waktu itu.
"Aneh...bahkan aku tidak bisa merasakan hawa keberadaan makhluk-makhluk disini...sepertinya ada yang tidak beres."
Diam-diam, Indonesia memasang barrier transparan yang hanya bisa dilihat olehnya sendiri. Dan menyiapkan beberapa serangan jika tiba-tiba ia diserang mahluk kuat.
Sementara itu di tempat yang jauh dan gelap.
"Aku menentang ide gilamu itu! Bagaimana bisa kau langsung tunduk padanya?! Kau itu iblis terkuat dan sekaligus pemimpin para makhluk-makhluk rendahan itu!! Bagaimana bisa kau-"
"Estonia, jangan meninggikan suaramu pada ketua!" Seru seorang pemuda(kakek-kakek) dengan netra ungu tajam itu kepada perempuan bernama Estonia.
"Kau diam saja Poland! Biarkan ini menjadi urusanku dengan Finland!" Balas Estonia dingin.
"Biarkan saja, Poland. Dia akan mengerti setelah melihat Orang itu. Dia pasti akan langsung tunduk."
"Aku tidak akan tunduk semudah itu kepada makhluk lemah! Dia bahkan tidak bisa menguasai energi dalam tubuhnya sendiri, bagaimana bisa dia menjadi tuan baru mu?!"
Finland terkekeh pelan, ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat Estonia yang kekanakan. Meski umurnya sudah 500+ dia masih saja seperti anak berusia 6 tahun.
"Sudahlah. Keputusanku sudah bulat! Suka tidak suka kalian harus terima."
Begitu mendengar keputusan mutlak dari Finland, Estonia mengepalkan tangannya. Ia menatap Finland dengan aura pemburu. Sedangkan pemuda itu hanya menyunggingkan senyum manis hingga menutupi matanya.
Poland mendengus kesal. Ia beranjak dari duduknya menuju pintu kayu yang menjulang tinggi, mungkin sekitar 15 meter. Entah siapa yang membuat pintu sebesar itu.
Disisi lain, satu orang perempuan gumiho menyenderkan tubuhnya pada dinding pembatas ruangan tadi. Ia sejak tadi menyimak pembicaraan dari rekan-rekannya yang lain. Sejujurnya ia sedikit tertarik dengan orang yang berhasil menarik perhatian dari seorang Devil king itu. Nalurinya berkata siapapun orang itu statusnya berada sangat jauh diatas mereka.
"Sepertinya kau juga tertarik dengan orang itu, South Korea. Apa kau berminat tunduk padanya?" Tanya Poland tanpa menoleh sedikitpun.
South Korea, seorang keturunan Gumiho murni generasi ke-5 setelah leluhurnya. Memiliki ciri khas mata merah keemasan dengan Surai putih diikat setengah, memiliki telinga rubah dan selalu menggunakan pakaian Hanbok berwarna putih dan merah. Sifatnya licik dan cerdas. Ia juga suka menggoda Estonia karena menurutnya Estonia sangat mudah di provokasi. Mereka juga hampir setiap hari beradu kekuatan sampai menghancurkan area tempat mereka bertarung. Oh, jangan lupa, South Korea juga selalu membawa lentera kecil dengan gagang pohon sakura. Ia membawanya kemana-mana karena itu adalah hadiah pemberian dari saudaranya yang sudah lama menghilang.
"Hoo~ apakah itu terlihat jelas? Hahaha, tidak-tidak, aku hanya sedikit penasaran seperti apa orang itu. Dan, aku tidak tunduk pada siapapun!" Tekan South Korea diakhir kalimat.
Netranya menyala menandakan ia tidak menyetujui perkataan Poland.
"Hmh, aku pegang perkataanmu."
Setelah mengatakan itu, Poland pergi meninggalkan South Korea yang menampilkan seringai di bibirnya. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela, menatap cakrawala yang dihiasi oleh awan-awan.
"Aku tidak sabar."
"Uh, menyebalkan! Kenapa banyak sekali semak belukar disini?! Menggangguku saj!"
Indo menggerutu disepanjang jalan, karena beberapa lengannya sempat tergores oleh duri. Ditambah langit menjadi gelap dan mulai terdengar suara gemuruh, menandakan awan akan menumpahkan isinya.
"Cih! Kenapa sih?!"
Netranya melihat sebuah bangunan tua tidak jauh darinya. Ia pun berinisiatif untuk pergi ke tempat itu, namun pandangannya tiba-tiba menjadi buram. Ia mendadak terserang rasa kantuk yang luar biasa. Beberapa kali ia mencoba mempertahankan kesadarannya, namun itu semua sia-sia. Ia terjatuh namun sebuah tangan terbalut perban setengah menangkap dan menggendongnya ala bridal style.
Orang itu menatap lekat kearah gadis(nenek-nenek) didalam gendongannya. Beberapa detik, muncul semburat merah tipis di pipinya. Netranya yang nampak mati itu mendadak melembut dalam beberapa detik saja.
"Hh, sepertinya perkataan dia benar. Sepertinya aku benar-benar tunduk padanya. Sungguh gadis yang menarik."
Ia bergumam lalu menghilang dalam sekejap. Meninggalkan serpihan-serpihan ungu diarea kecil, lalu tiba di sebuah kamar yang lumayan luas dengan aksen kerajaan kuno. Ia membaringkan gadis itu dan menyalakan lilin untuk menerangi sekitar.
"Mimpi indah, Tuanku."
-to be continued-
