Happy Reading
"Kakak..." Lirih Indo
Netranya menggelap seakan tidak ada cahaya kehidupan. Tanpa permisi air matanya mulai terjun bebas di pipinya. Tidak ada isakan yang keluar, hanya keheningan diantara keduanya. Indo menatap kosong kearah lantai transparan itu, tangannya mengepal erat.
Ia mengangkatnya tinggi-tinggi lalu melepaskannya tepat di wajah China, membuat pemuda itu jatuh tersungkur.
"Ack! Hei! Apa-apaan- aduh! Hei! Hentikan!"
Belum sempat ia selesai protes, Indo lebih dulu membungkamnya dengan sebuah bogeman mentah beberapa kali.
Kesal dengan itu, China menahan tangan Indo dan membalikkan posisi yang semula dirinya di bawah kini berada di atas.
"Apa yang kau lakukan bodoh?! Kau mau membunuhku hah?!" Kesal China
"Ck, lepaskan aku!" Indonesia memberontak berusaha melepaskan diri dari genggaman China.
Seakan tuli, China justru semakin mengeratkan genggamannya. "Tidak akan ku biarkan kau lepas sebelum aku membalasnya." Ucapnya dengan dingin.
Indo sedikit merinding dengan hal itu. Segera ia menepisnya dan menendang perut China hingga membuatnya mundur beberapa langkah. Ia pun bangun dan masih menatap tajam kearah China.
"Cih." Indo menutup mata sekejap lalu ruangan berubah menjadi semula. Arena pertandingan menghilang digantikan dengan ruangan istirahat Indo.
"Kau kesal denganku huh? Ternyata keras kepalamu masih ada ya." Pemuda itu kemungkinan memiliki hobi memprovokasi Indonesia.
Sedangkan orang yang China olok itu tidak menghiraukannya. Indo justru pergi meninggalkan ruangan itu tepat ketika China hendak mengucapkan kata-kata penuh garamnya lagi.
Kakinya terus melangkah di lorong istananya. Beberapa saat, ia merasakan manna yang tidak asing. Ia seperti mengenal pemilik manna ini. Dan tiba-tiba, sebuah pusaran hitam kebiruan muncul tidak jauh di tempatnya berdiri.
Siluet kain keabuan keluar dari pusaran itu hingga sesosok utuh berdiri di hadapan Indonesia.
"Lama tidak bertemu, Putri." Orang itu membungkuk memberi salam formal layaknya seorang pangeran.
Melihat itu, Indonesia jelas terkejut. Ia bahkan sampai tidak membalas sapaan orang itu.
"Kau..." Indo masih memperhatikan penampilan pria di hadapannya ini. "Rusia? Kau pangeran Rusia? Bagaimana... Tunggu, bagaimana kau tau aku berada di sini?". Tatapan itu berubah menjadi waspada. Ia menatap intens kearah Rusia.
Sedangkan Rusia, pria itu menatap acuh kearah seseorang yang tak jauh dari mereka. Ya, itu adalah China. Tatapan sengit terjadi di antara mereka.
"Bagaimana makhluk itu bisa masuk kemari?" Rusia mengalihkan tatapannya kearah Indo. Alisnya sedikit terangkat menandakan ia menginginkan jawaban.
"Yah. Sedikit merepotkan untuk di jelaskan. Abaikan itu, bagaimana kau tau aku berada di sini?" Indo masih tak lepas dari pengawasannya.
"Berita tentangmu yang di asingkan sudah menyebar luas. Kau tak mungkin lupa, kan? Aku punya banyak mata dan telinga. Akses untukku mengendalikan politik juga sangat besar, aku mengetahui sebagian besar apa yang terjadi."
"... Kau Rusia?" Indo merasa cengo setelah mendengar penjelasan Rusia yang panjang. Dan pria itu hanya mengangguk.
"Point' terbaru untukmu karena berbicara sepanjang itu."
"Ini bukan saatnya bercanda, Indo. Katakan, apa yang harus aku lakukan untuk membebaskan mu dari tempat ini?" Ekspresi Rusia saat ini sangatlah serius. Bahkan hampir di setiap ucapannya penuh dengan tekanan.