003

14 1 0
                                    

               003. Incident

Lalu untuk apa tuhan mengatur pertemuan, jika pertemuan itu berakhir kehilangan

______________________________

Bahagia? Tentu saja aku sangat bahagia menanti kepulangan Dad dan Mom hari ini. Bahkan bibirku tidak henti-hentinya tersenyum karena penantianku akan berakhir, dan rindu ini akan berujung temu.

Tiba-tiba saja seseorang datang memelukku dari belakang. Aku menghela napas lalu menoleh. "Ada apa si bang? Main peluk-peluk aja," ucapku.

"Justru aku yang harusnya nanya. Kamu kenapa sedaritadi senyum-senyum terus?" Tanya Brian masih belum melepaskan pelukannya.

"Kamu lupa ya, kan Dad dan Mom hari ini akan pulang," aku menatap Brian, sepertinya dia sudah lupa akan hal ini.

Akhirnya Brianpun melepaskan pelukannya, meskipun saat ini dia masih terkejut. "Astaga! Bisa-bisanya aku melupakan hal sepenting itu, pantesan saja kamu kelihatan bahagia banget, Brin." Brian berucap heboh terlihat jelas raut kebahagiaan dari wajah tampannya.

Akupun tersenyum dan meraup wajah Brian. "Aku udah gak sabar nunggu kepulangan mereka," ucapku sambil mengelus wajahnya pelan.

Aku melihat Brian tersenyum, namun senyumannya sedikit berbeda. Aku melihat ada kejanggalan dibalik senyumnya. Akupun menatapnya penuh selidik. "Kamu kenapa?" Aku bertanya heran. Brian tidak mungkin kesurupankan?

"Kamu mau Dad dan Mom cepat pulangkan?" Brian bertanya sambil mengelus rambutku pelan aku hanya membalas anggukan saja sebagai tanda setuju.

"Kalo gitu, aku punya rencana cemerlang supaya Dad dan Mom secepatnya pulang ke rumah," Brian berucap serius.

"Rencana apa?" Aku bertanya penasaran.

"Aku bakalan ngabarin Dad kalo kamu sakit, dan kamu tau 'kan Dad kwatir jika kamu sakit? Dan aku rasa ide aku akan berhasil buat mereka pulang secepat mungkin, bagaimana kamu setuju 'kan dengan ide aku?" Brian memperjelas dia kembali mengelus rambutku.

"Tapi apa itu gak akan membahayakan keselamatan mereka? Kamu tau 'kan Dad kalo lagi kwatir pasti bawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, dan aku gak setuju sama rencana kamu," aku berucap tentu saja aku tidak setuju bagaimana bisa Brian memiliki ide sekonyol itu? Aku emang ingin bertemu Dad dan Mom secepat itu tapi rencana Brian bisa saja membahayakan nyawa Dad dan Mom.

"Dan kamu pasti tau 'kan, dan itu jago bawa mobilnya?" Brian masih terus berusaha membujukku namun keputusanku tetap sama aku tidak setuju dengan rencana Brian. Aku tahu Dad emang jago melajukan mobil dengan kecepatan tinggi karena Dad waktu muda sering sekali balapan mobil dan selalu mendapatkan juara. Tapi itu 'kan dulu waktu Dad masih muda dan sekarang aku rasa semuanya juga sudah berbeda.

"Aku tau Dad jago bawa mobil. Tapi aku tetap gak setuju sama rencana kamu!" Seruku tegas.

Brianpun angkat tangan tidak mau memaksa karena jika aku sudah memberi keputusan maka keputusanku tidak bisa di negosiasi lagi. "Oke kalo kamu tidak setuju, aku tidak akan memaksa." Brianpun langsung melenggang pergi ke kamarnya.

Aku masih tidak habis pikir bagaimana bisa Brian memiliki rencana seperti itu? Tapi yasudahlah sepertinya aku tidak perlu memikirkan hal itu lagi karena Brian sendiri juga sudah tidak memaksaku untuk menyetujui idenya lagi. Akupun segera melenggang pergi untuk ke rumah Kenzo karena waktu itu aku pernah janji untuk ke rumahnya dan bantu tante Mia masak. Mumpung masih pagi juga pasti tante Mia sangat kerepotan karena memang wanita yang aku perkirakan berumur 40 tahun itu tidak memakai pembantu dia lebih senang melakukannya sendiri. Apalgi sekarang Om Rudi bokapnya Kenzo ada di rumah pasti tante Mia lebih repot dari sebelumnya.

My Only One (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang