008

16 1 0
                                    

           008. Hukuman

Manusia itu sikapnya berubah, dari baik menjadi jahat. Dari jahat menjadi baik. Perlu kamu ketahui, manusia menjadi jahat itu ketika manusia merasa dikecewakan, dipatahkan, dan dihancurkan. Pada saat itulah manusia jahat diciptakan.

______________________________


_Happy Reading_

Upacara sudah selesai, semua murid dan guru meninggalkan barisannya. Kecuali Pak Handoko dan murid yang terlambat.

Pak Handoko berdiri dihadapan murid yang telat, matahari bersinar terang membuat kulitku terasa panas sekali, keringatku bercucuran, sesekali aku mengelap keringat diwajahku menggunakan punggung tanganku. Aku melihat ke arah Kenzo yang ada disebelahku cowok itu sudah seperti mandi keringat, raut wajahnya seperti ketakutan. Sementara Devan, cowok itu bediri disebelah Kenzo wajahnya terlihat sangat santai, sesekali matanya terpenjam karena terkena paparan sinar matahari, tidak ada raut ketakutan dari wajahnya.

Sebelum menghukum, Pak Handoko masih sempat-sempatnya ceramah. Padahal cuacanya panas banget, membuatku sedikit kesal pada guru bertubuh tinggi besar itu.

"Saya tidak mau lagi ya, kalian terlambat sekolah lagi. Apalagi tidak mengikuti upacara seperti sekarang, mau jadi apa kalian? Memangnya kalian tidak kasihan pada orang tua kalian? Mereka bersusah payah cari uang untuk biaya sekolah kalian, tapi anaknya sekarang kelakuannya udah kaya setan. Tidak mentaati peraturan sekolah, mau jadi apa kalian nantinya? Hal seperti ini aja kalian tidak disiplin." Ucap Pak Handoko menceramahi.

"Brina, kenapa kamu bisa telat? Bapak tau, kamu sedang berduka. Tapi seharusnya kamu bisa mencontoh Brian, dia sebelum upacara di mulai udah ada di sekolah?" Tanya Pak Handoko padaku, dia membanding-bandingkanku dengan Brian.

"Saya sama Brian itu beda, ngapain saya harus mencontoh dia? Saya bukan Brian, jadi stop. Bandingkan saya dengan dia," ucapku penuh penekanan.

Pak Handoko menatapku tak percaya, biarlah aku disebut murid kurang hajar. Yang jelas aku tidak suka dibanding-bandingkan, apalagi sama Brian. "Bukannya kamu selalu bersama Brian? Jika kamu sedang ada masalah dengan Brian, seharusnya bisa kamu bicarakan baik-baik. Jangan malah memperburuk kelakuanmu, kamu memang tidak pernah berpikir? Orang tuamu akan sedih melihat kelakuanmu sekarang. Lihat penampilanmu, kamu memakai seragam sangat ketat, lipstik kamu terlihat menor, rambutmu diwarnai, terus itu apa? Kenapa kamu pakai kalung seperti dog? Kamu sama sekali tidak mencerminkan murid yang baik, penampilanmu begitu buruk, Brina!" Pak Handoko memarahiku panjang lebar ketika melihat penampilanku saat ini.

Aku menatap Pak Handoko tajam. Aku marah dan kesal pada guru itu. "Masalah aku sama Brian, itu bukan urusan bapak! Tugas bapak itu cuman mengajar, bukan ikut campur urusan saya. Dan satu lagi, mau penampilan saya seperti apapun itu bukan urusan bapak. Jika penampilan saya buruk, saya tidak peduli yang jelas saya nyaman dengan diri saya saat ini!" Tegasku. Sementara Pak Handoko hanya terdiam saja, semua atensi menatapku tak percaya. Apalagi Kenzo yang sedaritadi mencubit tanganku memperingati aku agar berhenti berbicara. Namun aku tak peduli, bagiku. Ucapan Pak Handoko sangat keterlaluan.

Pak Handoko berdehem. Dia menatap ke arah Kenzo. "Kalo kamu kenapa telat, Kenzo?" Tanya Pak Handoko, Kenzo masih menundukan kepalanya. "Kalo saya bicara, tatap mata saya Kenzo!" Peringat Pak Handoko, Kenzo langsung menatap guru galak tersebut.

"Saya telat bangun, Pak," balas Kenzo bohong. Aku membelalakan mataku tak percaya, mencubit tangan Kenzo agar cowok itu tidak perlu repot-repot membelaku.

"Kenapa kamu bisa telat?" Tanya Pak Handoko kembali wajahnya sedikit mendekat ke wajah Kenzo, menatap cowok itu penuh selidik.

"Itu kamu kenapa, Brina, kok cubit-cubit tangan Kenzo?" Pak Handoko semakin curiga, sial, aku ketahuan.

My Only One (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang