PROLOG

35K 384 1
                                    


"Ma, Kak, Dea...kesini dan lihat siapa yang aku bawa!" Teriak seorang gadis bernama Dinda seraya memasuki rumahnya dengan seorang pria, kekasihnya.

"Iya din, ada apa sih seneng banget kayaknya."

Indah menghampiri Dinda dan pria yang dibawanya dengan raut bertanya-tanya. Mengetahui gelagat ibundanya itu langsung saja Dinda membisikan sesuatu pada Indah.

"Melamar?!" Dinda tersenyum kuda menanggapi reaksi ibunya yang setengah terperangah.

Dinda Sagita-seorang gadis remaja yang baru saja lulus dari masa putih abu-abunya beberapa bulan lalu. Dinda merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

"Kakak mana, ma?" Dinda memotong lamunan Indah yang masih tak percaya dengan perkataan putri keduanya beberapa detik lalu.

"Belum pulang, kata kakakmu sih lagi dijalan pulang. Nama pacarmu siapa?" Indah melirik ke arah seorang pria yang berkisar berumur kepala dua yang tengah duduk disofa ruang tamu.

"Ayo ma duduk, Arga mau ngomong sama mama..soal pertunangan kita." Dinda terkikik geli sambil menuntun ibunya ikut bergabung duduk disofa ruang tamu. Dea-si adik bungsu hanya menyaksikan dari dekat sisi pintu pembatas ruang tamu dan ruang keluarga, dea memang agak pemalu.

"selamat malam tante, maaf sebelumnya kalau kedatangan saya mengganggu ketenangan tante Indah..perkenalkan nama saya Arga Adipati Pratama." Arga menjulurkan kedua tangannya yang dirapatkan menghormati Indah selaku Ibunda dari pacarnya. Indah hanya tersenyum mengangguk. "Kedatangan saya malam begini bermaksud ingin.."

CEKREK.

"Nada pulaangg..huaaa aku kebasahan!!"

Semua mata diruang tamu kontan menoleh kearah pintu yang terbanting terbuka memunculkan seorang perempuan dengan penampilannya yang basah kuyup, yang tidak lain adalah Nada. Nada melepas tasnya dan seketika itu juga mengeluarkan isinya kilat. Tanpa menyadari enam pasang mata memperhatikannya.

"Mama bisa tolong ak.." Mulut Nada menganga ketika menengok ke sampingnya. "Eh maaf..aku masuk dulu. De, bisa tolongin kakak sebentar." Ucapnya seraya membereskan peralatannya secepat kilat dan langsung berlari masuk ke dalam diekori Dea, adik bungsunya.

"Maafkan anak pertama saya nak Arga..bisa dilanjutkan yang tadi."

Arga Adipati Pratama

"Kedatangan saya malam-malam begini bermaksud ingin.." ucapanku terpotong ketika suara pintu yang terbuka cukup nyaring membuyarkan fokusku. Sontak aku menoleh kearah suara tersebut.

Seorang perempuan yang bisa aku perkirakan berumur 20 tahun masuk dengan keadaan basah kuyup. Ya, memang diluar sedang hujan deras. Aku menebak perempuan ini kakak dari Dinda, dia sempat bercerita memiliki kakak perempuan.

"Nada pulaaang..huaaa aku basah kuyup." Ucap perempuan itu cukup histeris ditelingaku. Aku memandangnya lekat, aku seperti mengenali wajahnya. Tapi aku tidak ingat kapan aku pernah bertemu dengannya.

"Mama bisa tolong ak.." Wajahnya terlihat memerah ketika melihat semua orang diruangan ini, mungkin lebih tepatnya menyadari ada orang asing dirumahnya, aku. "Eh hehe maaf..aku masuk dulu. De, bisa tolongin kakak sebentar." Ucapnya kemudian dengan terburu-buru berlari kedalam, aku sempat terdiam ketika matanya menyorot tepat ke manikku sampai ia berbalik pergi ke dalam.

"Maafkan anak pertama saya nak Arga..bisa dilanjutkan yang tadi." Ucap Tante Indah membuyarkan lamunanku. Ah, aku hampir saja lupa dengan tujuanku berada disini.

Dinda Nampak menungguku berkata sesuatu yang ia nanti-nantikan. Aku menarik nafas dalam, kenapa rasanya menjadi berat menuturkan kata-kata yang sejak kemarin sudah matang sekali menempel diotakku. Karena perempuan tadi aku jadi terus memikirkan kapan aku pernah melihatnya.

"Ga?" ucap Dinda, atau lebih tepatnya mengisyaratkan aku untuk lebih cepat mengucapkan kata-kata pelamaran ini.

"Ehm..begini tante, aku berniat melamar Dinda untuk menjadi tunanganku. Aku ingin meminta ijin serta restu dari tante selaku mama dari Dinda." Aku bernafas lega akhirnya dapat mengucapkan kata-kata itu.

"Apa tidak terlalu cepat nak arga? Dinda baru saja lulus sma."

"Mama, akukan Cuma tunangan, belum nikah ma." Balas Dinda sedetik kemudian. Indah terlihat berpikir.

"Yasudah, mungkin nanti kita atur pertemuan keluarga nak Arga dengan kami ya nak untuk membicarakan hal ini. Karenakan hal semacam ini merupakan hal penting yang harus melalui persetujuan semua pihak."

"Iya tante, saya mengerti."

"Yasudah kalau gitu nak arga ikut makan malam yuk sama kita" Ajak Indah.

Aku menyetujuinya karena tidak enak jika aku menolak diajak makan malam apalagi ajakan ibu dari Dinda, pacarku sendiri, atau lebih tepatnya akan menjadi tunanganku tidak lama lagi. Aku, Dinda, dan tante indah pun masuk ke ruang meja makan. Aku duduk disamping Dinda, dengan Tante Indah disamping Dinda dan adik bungsu Dinda yang bernama Dea duduk dihadapan Tante Indah.

Tidak lama kemudian Nada yang berbalut piyama biru elektrik dengan rambut basahnya menuruni tangga menghampiri meja makan. Aku yang berhadapan dengan tangga memperhatikannya sampai akhirnya Nada duduk disebrangku.

"Ayo kita mulai makan malamnya tapi alangkah baik kita berdoa dulu, nak Arga pimpin doa ya." Ucap Indah. Aku mengangguk dan mulai memimpin doa.

"sayang mau aku ambilin makanannya?" Tanya Dinda membuatku menengok kesamping.

"Gak apa, aku ambil sendiri yaa." Jawabku lembut.

"Kak kalo lagi dimeja makan jangan buka buku dulu, liat tuh ada orang baru kamu gak mau tau apa dia siapa?" Ucapan Indah berhasil membuat Nada mendongak kearahku.

"Nada Rainy" dia tersenyum tipis padaku.

"Arga"

Datar sekali. Sepertinya dia tipikal orang yang jutek. Nada Rainy, nama yang unik. Rainy, hujan, lucu juga.

"Kakak emang gitu sama orang baru, jutek. Tapi kalo udah kenal mah bawel dia, kedok aja itu biar keliatan misterius." bisik Dinda ditelingaku. Aku hanya ber-'o' ria tanpa suara.

Acara makan malam berlangsung tenang dan Dinda nampak senang. Rasanya kedatanganku mendapatkan respon positive dari keluarganya.

Do Not Fall In Love With Me [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang