"sayang" Dinda bergelayut erat pada lengan pria yang sedang duduk disebelahnya, menunggu pesanan dikursi meja makan Restoran jepang terkenal di Jakarta Pusat.
Pria itu-Arga, hanya tersenyum membalas perlakuan sayang dari kekasihnya. Pikirannya kini sedang melayang jauh dari dimana dia berada. Bahkan yang dipikirannya kini bukanlah seseorang yang sedang bersamanya saat ini, melainkan orang lain disebrang sana.
"Gaa, kamu mikirin apasih, sampe aku dikacangin gini." Dinda mengerucutkan bibirnya seraya melepas pagutan lengannya pada Arga.
"Bukan apa-apa din, aku cuma lagi kepikiran tugas kuis yang belum aku buat untuk besok." Dustanya.
Entah mengapa belakangan ini Arga menjadi sering berbohong untuk hal-hal kecil pada Dinda, seperti sedang apa dia, dimana, bahkan sekarang Arga berbohong lagi tentang apa yang ia tengah pikirkan.
"kamu ga kecapeankan, gaa? Aku gak mau kamu sakit." Suara Dinda terdengar lesu sambil menggenggam satu tangan Arga.
"Engga din, aku bisa atur semuanya."
Dinda mengurungkan niatnya untuk lanjut berbicara ketika seorang pelayan mengantarkan makanan mereka. Terik matahari siang ini cukup tajam. Menemani suasana makan siang antara mereka. Sama-sama saling terdiam. Dinda merasakan sesuatu yang berbeda.
Mengingat Arga tidak selalu mempunyai waktu untuk berbagi dengannya, Dinda mengurungkan niatnya untuk bertanya-tanya. Dan, mengingat tentang rencana pertunangan, apa Arga masih teringat untuk membawa ia dan keluarganya ke kediamannya? Dinda menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia meraih sendok dan garpu.
"Din, apa gak terlalu cepat kalau kita bertunangan dekat-dekat ini? Aku merasa mama dan kakakmu kurang begitu setuju, baiknya kita tunda sampai kamu selesai pendidikan pramugarimu."
Topik yang sedari tadi Dinda tahan akhirnya terlontarkan juga. Sejak awal memang Dinda serius dengan Arga. Semenjak dia akan masuk pendidikan pramugari satu bulan lagi gadis itu berpikir untuk membuat ikatan yang lebih dari sekedar pacaran.
"Tapi, Ga, aku bakal misah sama kamu selama enam bulan nanti. Aku cuma takut.." Dinda memandang lantai lesu. Arga mengangkat dagu kekasihnya itu pelan membuat mereka bertatapan.
"aku bakal tunggu sampai kamu selesai, Din." Arga tersenyum meyakinkan perempuannya.
"tapi.."
"Percaya aku din"
Lagi-lagi pesona Arga tidak dapat dielak, seperti terhipnotis oleh mata biru itu Dinda mengangguk begitu saja. Meski masih ada ketakutan akan kehilangan dihatinya.
***
Nada mengetukkan jari menandakan perasaannya tidak tenang saat ini. Matanya berkeliling disekitar café. Dalam satu malam ia terlibat janji dengan dua orang pria, terlebih lagi keduanya adalah orang-orang yang tidak ia segani. Nada mendengus sebal.
aku tunggu kamu di Juliet Café dijam makan malam, aku akan menunggu sampai kamu benar-benar sampai disana. Aku perlu bicara sama kamu, Rainy. Pesan dari pria yang adalah masa lalu percintaannya silam membuatnya kembali mendengus, kesal. Dia tidak ingin bertemu dengan pria sialan itu.
William Bimasakti-teman sekaligus kekasih Nada ketika ia masih duduk dikelas dua SMA sampai ia kuliah disemester awal perkuliahannya. Mereka cukup lama menjalin kasih, tetapi hubungan yang dianggap teman-teman mereka adalah pasangan serasi satu SMA-nya hanya memperlukan waktu 1 menit untuk mereka berpisah.
Nada senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya, terkadang cemberut, terkadang tertawa, tidak menentu. Dihari liburnya yang tidak ada jam kampus ini ia manfaatkan untuk chatting-an dengan William, selagi ia tidak ada tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Not Fall In Love With Me [21+]
Romance#1 - agegap 28/05/2020 #1 - perselingkuhan 01/06/2020 #4 - affair 10/06/2020 --- Nada hanya gadis biasa yang tinggal bersama ibu dan kedua adiknya. Kehidupannya normal-normal saja sampai Dinda--adik tengahnya, mengenalkan calon tunangannya ke keluar...