Bagian 9

14.3K 273 18
                                    

"Nad, lo serius sama cerita lo barusan?"

Nada mengangguk lesu.

"Sekarang, apa yang lo rasain ke Pak Arga?" Tanya Tika, dilihatnya raut wajah Nada terlihat sedih.

"Gue gak tau" kepalanya menunduk "Hati gue gak tenang semenjak tiba dijakarta. Gue nyoba isi waktu gue, nyibukin diri gue. Tapi disaat gue selesai, perasaan gue kembali gak tenang. Kayak..ada yang neken dan bikin sesak disini." Jelas Nada dengan tangan menekan dadanya, matanya kembali meneteskan airmata.

"Lo tuh udah cinta sama Pak Arga"

Nada dengan cepat menggeleng "Gak, bisa aja ini cuma perasaan bersalah gue ke Dinda." Sangkalnya

"Apa yang lo rasain saat Pak Arga ada dideket lo? Kenapa lo diem aja dia ngelakuin itu ke lo?" Ucapan Tika membuatnya terdiam.

Berdekatan dengan Arga memang siksaan baginya, perasaannya tidak karuan. Bahkan Nada sendiri bingung mendeskripsikannya, apakah yang dirasakannya bahagia atau kekhawatiran.

"Gue kenal lo gak setaun dua taun, Nada. Gak akan lo ngelakuin hal kayak gitu kalo lo gak ada perasaan apa-apa. Doni noel tangan lo aja kena tonjok, lah ini sampe digrepe Pak Arga lo diem aja."

Nada menutup wajahnya dengan bantal. Entah sudah berapa kali dia menangis. Tika berangsur memeluk sahabatnya itu. Bahkan ia bingung harus memberi solusi seperti apa.

Gimana kalau apa yang dibilang Tika bener.. gimana kalo gue bener-bener ada perasaaan sama Arga.. Hatinya semakin terasa tertusuk saat seketika ia mengingat statusnya, posisi siapa dirinya, dan siapa pria yang mengelilingi isi kepala dan hatinya.

Lamunannya terbuyarkan saat ponsel Nada kembali bergetar. Tertera nama Dinda disana. Kenapa bisa pas sekali? Dengan cepat ia menjawab panggilan tersebut.

Tika menunjukan isyarat menanyakan apakah akhirnya Nada menjawab panggilan Arga. Dengan cepat gadis itu menggeleng.

"Ya, Din..kenapa?"

"..."

"Ngg..kakak belum ada ngeliat Arga, Din. Kamu udah coba chat dia belum?"

"..."

"Hmm..nanti kaka coba tanya langsung ya ke orangnya. Kamu gimana disana? Sehat-sehat ajakan? Gak telat makankan kamu?"

"..."

"Syukurlah, yaudah kamu jangan terlalu bawa pikiran nanti gak fokus disana. Jaga diri baik-baik."

"..."

"Iya-iyaa..nanti kakak kabarin. Oke bye dek.."

Tika memperhatikan Nada dengan muka serius saat dia sudah menyingkirkan ponselnya. Tika menghembuskan napas.

"Se-complicatednya hubungan lu sama si Willi dulu. Gak se-complicated ini. Gue sampe gak tau harus komentar ataupun kasih saran yang paling bener tuh kaya gimana." Ujar Tika

"Gue juga bingung, Tik. Rasanya kayak ada yang ngeganjel dihati gue, tapi gue bingung ini perasaan apa." Jawabnya. Matanya menatap kosong kearah ponselnya yang terus saja muncul pesan masuk. Yang tidak lain dan tidak bukan dari Pria itu.

"Gue pikir dengan gue gak ketemu sama Arga, perasaan gue bisa tenang. Tapi, nyatanya nggak."

"Dinda nanyain Pak Arga ke lu?" Tanya Tika mengingat percakapan Nada dan adiknya barusan.

"Arga susah dihubungin katanya, sibuk terus."

"Yaiyalah telponnya sibuk, orang dia nelponin lu mulu."

Nada membuang wajahnya. "Dinda minta tolong ke gue buat cek dia kenapa. Gimana gue ngeceknya, gue aja lagi hindarin ketemu Arga."

"Dengan lu ngejauhin Pak Arga, apa perasaan lu sama dia hilang? Atau berkurang?" Cecar Tika "Seberapa lamapun lu tangkis perasaan lu, perasaan itu bakal tetep ada. Meski lu gak akuin keberadaannya." Lanjutnya lagi

Do Not Fall In Love With Me [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang