3 ||Jadi Om Arlan itu?

997 52 9
                                    

Yuk semangat yuk komennya( ̄3 ̄)♥

•••

Mawar mengeraskan volume tv nya, ketika berkali-kali bel apartemen berbunyi. Ia sudah tau bahwa orang yang membunyikan bel apartemennya adalah Om tua itu. Pasti dia mau balas dendam padanya.

"MAWAR!"

Gadis berkaos putih tipis dengan bawahan hanya sebatas paha itu tercengang. Terdengar suara teriakan dari luar apartemennya. Keras sekali, padahal seharusnya suara dari luar tidak dapat didengar dari dalam apartemen yang ia huni.

"MAWARNAI!"

"Ya ampun! Ganggu aja sih!" Gerutu Mawar kesal. Ia pun terpaksa berdiri dari duduk nyamannya untuk membukakan pintu.

Klik

Pintu apartemen Mawar terbuka, namun hanya sedikit. Cukup untuk menyembulkan kepalanya saja.

Mawar terdiam menatap wajah merah padam sosok yang tengah ada di hadapannya. Seorang pria dengan wajah yang sudah bersih tanpa ada noda nastar sedikitpun tengah mendelik tajam kearah Mawar.

"Dimana letak sopan santun kamu?" Sebuah pertanyaan melayang, namun Mawar justru menaikkan alisnya.

Gadis itu membuka pintu lebih lebar, menyenderkan sebelah lengannya pada dinding untuk menopang tubuhnya. "Harusnya saya yang nanya gitu. Dimana sopan santun Om?"

Arlan, Arlano Davian. Pria tersebut terkikih sejenak, bagaimana bisa seorang gadis kecil se kurang ajar ini kepadanya?

"Hei Mawar. Kamu itu masih kecil, tidak pantas berbicara seperti itu sama orang dewasa."

"Oh yeah?" Mawar maju beberapa langkah, membuat Arlan memundurkan kakinya.

"Oke saya akuin, Om Arlan memang lebih dewasa daripada saya. Tapi, saya bukan anak kecil! Saya sudah delapan belas tahun!" ucapnya sembari berkacak pinggang.

"Kalau memang kamu sudah besar, seharusnya kamu bisa menjaga sikap dan sopan santun kamu, Mawar. Dan, ya, kamu besar dari mananya? Tidak ada aura sama sekali dari diri kamu ini." Arlan tersenyum meremehkan, membuat Mawar kesal.

"Om nggak bisa lihat, apa? Saya sudah besar. Lihat aja badan saya kalau nggak percaya!" Kesal gadis tersebut.

Arlan tau bahwa gadis didepannya itu hanya asal bicara, namun ia malah menuruti perkataan Mawar untuk melihat badan anak itu. Pria dewasa itu pun meneguk ludahnya sendiri kala melihat tubuh indah Mawar.

"Sial! Badannya sebagus itu," Gerutunya dalam hati.

Merasa jantungnya semakin tak aman, Arlan mengalihkan pandangannya dengan sesekali berdehem, menghilangkan kegugupannya.

Sialnya lagi, ia tanpa sengaja menatap paha putih dan berisi Mawar yang terekspos jelas karena gadis itu hanya mengenakan celana pendek.

Hawa di sekitar Arlan tiba-tiba menjadi panas, seperti sedang berada di bawah teriknya matahari siang bolong.

Untuk yang kesekian kalinya ia berdehem, berusaha mengatur hawa nafsunya.

"Payah! Baru disuguhin beginian aja udah tumbang!" gerutu Arlan, lagi.

Tanpa aba-aba, Arlan langsung melenggang pergi dari hadapan Mawar lantas memasuki apartemennya. Menghiraukan Mawar yang kembali mengoceh.

"Dasar nggak jelas! Dia sendiri yang dateng sambil marah-marah, sekarang malah pergi gitu aja. Dasar Om-om rese! Gue aduin ke istrinya baru tau rasa tuh orang!" Olok Mawar berteriak didepan pintu apartemen Arlan.

"Mending gue nyuci baju!"

Memasuki apartemen dan mematikan televisi, Mawar memutuskan untuk mencuci bajunya agar besok di hari minggu bisa bersantai ria tanpa khawatir dengan pekerjaan.

KEPINCUT DUDA RESE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang