9 ||Rencana Icha

642 31 22
                                    

Jangan lupa hargai karya author denga cara vote dan komentar😁

Happy reading ❤️

•••

Selang beberapa menit, Mawar sudah mulai bosan dengan sekitarnya. Mengawasi Lily dari kejauhan memang seru, tapi akan lebih seru lagi jika ia turut bermain bersama bocah itu.

Namun selain malu denga Arlan, perutnya juga benar-benar kekenyangan. Ia takut jika terlalu dipaksakan, dirinya akan mual dan berujung muntah.

Kali ini Mawar memutuskan untuk jalan-jalan sejenak sembari menunggu Lily selesai bermain. Ia memasukkan ponselnya kedalam tas selempang lantas bangkit dari duduknya.

"Mau kemana?" Tanya Arlan.

"Mau keliling dulu, Om. Saya bosan duduk terus," jawab Mawar alakadarnya.

Arlan menganggukkan kepalanya, turut berdiri menyusul kepergian Mawar membuat gadis itu berhenti melangkah.

Ia bingung. "Om mau kemana?" Tanyanya.

"Saya temenin, kalau mau beli sesuatu tinggal minta ke saya."

Serius? Ini Om Duda mau nraktir dia? Kenapa tiba-tiba jadi baik? Tak ingin terlalu lama berpikir, Mawar pun berusaha memperpanjang percakapan.

Ia melirik kearah Lily yang sedang asik bermain, "Terus Lily gimana? Siapa yang jagain?"

Arlan hanya menggerakkan kepalanya, menunjuk kearah penjaga time zone. "Saya sudah membayar mahal, anak saya tidak akan hilang. Lagi pula kita akan lama nunggu disini, daripada bosan."

Setelah mengatakan itu, Arlan memutuskan untuk berjalan terlebih dahulu. Jika ia menunggu Mawar, maka akan semakin lama berangkatnya.

Tak ada pilihan lain, Mawar hanya bisa mengikuti punggung Arlan. Lumayan, 'kan, bisa dapet barang gratis.

"Jalan disamping saya, jangan dibelakang. Sini," ujar Arlan meraih tangan Mawar.

"Saya bisa jalan sendiri, Om." Gadis itu melepaskan pegangan tangan Kekar Arlan. Mengikuti pria berjas putih itu dan berjalan beriringan.

"Kamu mau beli apa?"

Nampak berpikir sejenak, Mawar teringat sesuatu. Ia baru ingat jika harus membeli barang yang memang dirinya harus beli dari seminggu lalu.

Namun apakah ia harus mengajak Arlan? Tapi itu pasti sangat memalukan. Tapi kan yang pegang uangnya si Arlan? Gimana dong?

Mendapati Mawar yang hanya diam, Arlan pun melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.

"Kenapa diam?" Tanyanya memastikan.

Gadis tersebut menggelengkan kepalanya. "Em... Jadi gini, Om. Saya..." Ucapnya terpotong.

"Kenapa?"

"Sebenernya saya harus beli sesuatu, tapi malu."

"Kenapa malu?" Sarkas Arlan spontan.

"Anu, Om. Masalahnya saya mau-" lagi-lagi ucapan Mawar terpotong. Arlan sudah terlebih dahulu menarik tangannya.

"Sudah, tidak apa-apa. Kamu beli saja apapun yang kamu butuhkan, anggap saja ini semua sebagai hadiah kecil dari saya."

Arlan melepasnya gandengan tangannya, membiarkan Mawar memasuki sebuah toko. Matanya membola sempurna kala mendapati benda-benda yang dijual dalam toko tersebut.

Pantas saja Mawar malu kepadanya, ternyata yang ingin dibelinya adalah?

"Hehehe, maaf ya, Om. Kalau Om Arlan nggak mau nemenin nggak apa-apa, kok. Saya masuk sendiri aja!" Serunya, karena ia juga malu.

KEPINCUT DUDA RESE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang