13 ||Arlan Sakit

806 31 20
                                    

Jangan lupa vote dan komennya yawww!

Happy reading ❤️

•••

Hari ini terasa sangat berat. Entah kenapa kepala Mawar terasa pening, seperti ditimpa batu bata di bagian belakang.

Mata pelajaran Matematika sedang berlangsung, dan Mawar menyadari bahwa penyebab kepalanya pusing adalah karena si Math ini.

Dari dulu Mawar memang tidak menyukai matematika. Sempat dirinya mengikuti les privat bersama dengan Laila, namun otaknya tetap tidak mampu untuk mencerna deretan angka dan simbol tersebut.

"Soal selanjutnya... Mawar, silahkan kerjakan di depan."

"Hah? Saya Pak?" Beo gadis itu.

Juan, sang guru matematika itu mengangguk. "Mawar di kelas ini cuma kamu. Cepat," sarkasnya.

Tak ada pilihan lain, Mawar pun dengan terpaksa maju ke depan hanya berbekal nekat dan bismillah.

Ia menatap Pak Juan, meringis sejenak lantas mulai menghadap papan.

Dalam hati ia bergumam. "Mampus gue! Ini gimana?"

Menghembuskan napas kasar, Mawar mulai berusaha memahami soal yang tertulis tapi di buku paket, berusaha sekuat tenaga untuk memahaminya.

"Melalui titik nol koma nol... Terus... Gimana? Mampus nggak paham!" Keluhnya.

Tiga menit berlalu, namun Mawar masih tetap dalam posisinya. Membuat Juan tidak sabar dan berdiri menghampiri gadis tersebut.

"Tiga menit kamu berdiri, tapi belum menulis apapun? Selama ini saya mengajar, kamu tidak memperhatikan?"

Berusaha tenang, mawar pun tersenyum canggung. "Susah, Pak."

Pria berusia empat puluh dua tahun itu menggeleng-gelengkan kepalanya jengah. "Siapa yang masih belum mengerti juga, angkat tangan!" Cecarnya menghadap para siswa siswi.

Melihat sahabatnya yang sedang kesulitan, Laila pun mengangkat tangannya dengan yakin, membuat Juan memperhatikannya.

"Laila? Kamu juga?"

Laila mengangguk. "Benar, Pak. Saya masih belum mengerti materi Bapak."

Dari depan, Mawar mengacungkan kedua jempolnya kepad Laila. Namun baru saja ia senang, fakta bahwa Laila ahli matematika membuatnya kembali lesu.

Juan tertawa. "Saya tau modus kalian berdua. Dan kamu, Laila. Kamu pernah mengikuti lomba matematika, jadi tidak mungkin kalau kamu belum paham dengan apa yang saya ajarkan."

Selesai dengan Laila, Juan kembali memperhatikan Mawar. "Kamu mempunyai dua pilihan. Ambil kelas matematika tambahan dengan saya, atau berjanji akan belajar lebih giat ?!"

"Hah? Em... Saya ..." Mawar menggaruk tengkuknya sendiri.

"Saya... Belajar sendiri aja deh, Pak! Saya kenal sama orang yang pinter dalam segala hal!" Ujarnya.

"Baik, kali ini kamu saya maafkan. Tapi lain kali kamu harus bisa menyelesaikan soal-soal ini. Karena bagaimanapun, kamu sudah kelas dua belas!"

"Baik, pak!" Cecar Mawar bersemangat.

"Baik, kamu boleh duduk."

___

"Lo gimana, sih? Udah tau pinter matematika, pake ngaku gak ngerti segala!"

"Ya kan niat gue bantuin Lo lotol! Muka Lo tadi ngenes banget kek gelandangan!"

"Sialan, Lo!"

Mawar dan Laila. Saat ini mereka sedang berada di rumah Laila. Untuk apa lagi jika bukan untuk belajar bersama.

KEPINCUT DUDA RESE!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang