Jangan lupa vote dan komennya ya guyss!!
Happy reading❤️
•••
Arlan terkejut setengah mati ketika merasakan tangan lembut Mawar meraba kakinya. Ia mengerang pelan, kala tangan tersebut mulai naik hingga sampai pada lututnya. Arlan melihat kebawah lantai, memberikan tatapan peringatan kepada Mawar agar gadis itu berhenti berbuat nakal.
"War, kamu jangan kurang ajar!" Peringkatnya.
Mawar meringis tanpa dosa, kemudian beralih duduk di sebelah Arlan. Ia kembali berulah, namun kali ini meraih sebelah tangan Arlan.
"Kenapa?" Tanya pria itu, berusaha mati-matian untuk mengendalikan dirinya. Ia tidak mengerti kenapa Mawar tiba-tiba bertingkah seperti ini. Arlan takut kalau-kalau dia sampai kelepasan atau khilaf kepada bocah nakal itu.
Mawar tidak menjawab, ia malah mem pat-pat punggung tangan kanan Arlan sembari menggenggamnya.
"Jangan aneh-aneh, War. Diluar sedang hujan."
Mawar terkikih, lantas menyandarkan kepalanya pada bahu Arlan. "Om Arlan mau tau sesuatu, nggak?"
Arlan mengangguk.
Mawar mendongak, menatap sekilas bibir pria itu. "Waktu itu, Mawar masih umur tujuh tahun. Om Arlan dateng sama perempuan ke kamar Mawar, tapi kalian nggak jadi milih Mawar."
Arlan menunduk, menatap bocah yang entah sedang membicarakan apa. "Maksud kamu?"
"Coba, deh, Om. Ingat-ingat lagi. Soalnya, nih, ya? Mawar juga baru inget semalam kalau kita udah lama kenal." Ujar Mawar.
"Soalnya nih, Om. Waktu pertama kali kita ketemu saat Mawar pindah, Mawar tuh ngerasa kaya.. Om Arlan bukan orang asing."
Semakin mendengarkan penjelasan Mawar, semakin bingung Arlan dibuatnya. Ia pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, membenarkan posisi duduk Mawar. Arlan memegang kedua pundak Mawar kemudian memfokuskan dirinya hanya pada cewek itu.
"Maksudnya?" Tanyanya masih belum mengerti.
Mawar memegang lengan Arlan. "Coba ingat-ingat lagi, Om. Om ingat, kan? Waktu itu ada kotak kecil di mobil Om Arlan yang isinya permen lolipop. Kalau Om Arlan buka, pasti tau."
Arlan terus mengingat, sampai ingatannya tertuju pada sang mendiang istri yang mengira bahwa dirinya meninggalkan salah satu hadiah yang akan mereka berikan kepada anak panti. Saat itu Arlan dan Jessy-mendiang istrinya sedang berkunjung ke panti asuhan yang mereka pegang untuk mengadopsi anak perempuan.
Namun karena tidak ada yang cocok, maka mereka memutuskan untuk datang ke panti asuhan lain yang bukan milik mereka. Arlan ingat betul, saat itu ada sebuah kotak pipih kecil yang diselipkan lewat kaca mobilnya yang sedikit terbuka.
Ketika ia buka, ia melihat sebuah permen lolipop dan kertas yang bertuliskan sebuah nama. Kala itu ia menganggap bahwa ada anak panti yang sedang iseng, namun sepanjang hari setelahnya, ia selalu mengingat nama itu.
"Gimana, Om? Ingat sesuatu, nggak?" Tanya Mawar.
Arlan mengangguk, menatap kedua mata hitam Mawar. "Maharani Ajeng?"
Mawar menjentikkan jarinya. "Nah!"
"Tunggu!" Arlan menyanggah, memegang kedua rahang Mawar dengan tangan kekarnya.
"Jangan bilang kalau kamu..." Ucapnya menggantung, diangguki Mawar.
Arlan menggelengkan kepalanya tidak percaya. Pria tersebut semakin mengeratkan kedua tangannya yang bersandar pada rahang Mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEPINCUT DUDA RESE!
Teen FictionBerawal dari pindahnya gadis sekolah menengah keatas ke sebuah apartemen yang disewa per bulan, dan bertemu dengan tetangga sesama penghuni lantai tiga. Mawarnai Ayunda, berusaha menjadi tetangga yang baik dengan menyapa dan memberikan Nastar pada t...