"Nana!"
Jaemin kembali pada pikirannya sendiri saat dengar Jisung berteriak memanggilnya. Dia menoleh, menemukan Han Jisung bersama anak-anak tengah berjalan ke arahnya.
"Nana!" tubuh Jaemin sedikit terhuyung ke belakang begitu Jisung memeluk pinggulnya. Dia lalu mengacak sayang rambut putranya itu.
"Bagaimana keadaannya?" tanya Han Jisung.
"Ya? O-oh d-dia baik-baik saja. Ya, hanya kurang tidur."
Jawaban terbata itu membuat Han Jisung memicing-membawa lekat pandangnya ke arah Jaemin. Sebelah alisnya lantas terangkat naik begitu menemukan daun telinga Jaemin yang memerah.
"Nana." panggil Jisung. Dia mendongak untuk melihat wajah sang Nana.
"Hm?"
"Bagaimana dengan Ayah? Aku ingin melihat Ayah."
Jaemin mengangguk."Tentu, mari kita masuk." ajaknya.
Jeno terlihat sudah selesai berganti pakaian ketika mereka masuk ke dalam ruangan. Jisung lantas berlari kecil menuju sang Ayah yang masih dalam keadaan terduduk di pinggir kasur.
"Dia teman ku-Han Jisung, papanya Sunghoon." ujar Jaemin memperkenalkan.
Han Jisung kemudian sedikit membungkuk untuk memberi salam.
"Ayah apakah itu sakit? Aku sangat merindukan Ayah. Ayah, jangan sakit." Jisung melihat pada punggung tangan Jeno yang dialiri infus.
Sementara anak-anak kini sibuk menanyai keadaan Jeno, Han Jisung lalu membawa tubuhnya lebih dekat ke arah Jaemin. Pakaian Jeno yang tergeletak di atas kasur lantas membuat kepalanya memikirkan sesuatu.
"Apa kau baru saja membantunya mengganti pakaian? karena itu wajahmu memerah seperti tomat matang?" bisik Han Jisung.
"Apa?!" Jaemin tanpa sadar bersuara agak nyaring, hal itu lantas mengundang tatapan dari Jeno dan juga anak-anak.
"Ah, maaf-maafkan aku."
Han Jisung terkekeh geli.
🦭🗯️
Setelah mengantar Jisung pergi bersekolah pagi ini, Jaemin sesuai rencana awal lekas menemui Jeno yang masih beristirahat di rumah sakit. Tidak lupa, dia membawa serta sup ayam buatannya.
Jaemin menggeleng kecil begitu memasuki ruangan dan menemukan Jeno yang tengah bersandar. Ayah anak satu itu terlihat sedang berkutat dengan sebuah MacBook di tangannya.
"Astaga Hyung! Bisakah kau beristirahat hanya untuk beberapa hari? kau di sini untuk beristirahat bukan untuk bekerja."
"Aku hanya duduk?"
"Tapi kepalamu berpikir."
Jeno diam selepas itu.
Tidak sampai di sana, Jaemin rupa-rupanya masih melanjutkan omelannya saat melihat makanan rumah sakit yang masih utuh, tidak disentuh sedikitpun. Entah sadar atau tidak, lelaki Agustus itu kini tidak berhenti berbicara. Dia terus mengomentari segala sesuatu yang tidak cocok dalam pandangnya saat ini.
Menuruti apa yang dikatakan Jaemin untuk berhenti bekerja, Jeno kini membawa pandangnya ke arah samping; memperhatikan Jaemin yang sedang menyiapkan sup ayam buatannya. Sementara bibirnya terus berceloteh, tangannya bergerak menyingkirkan segala sesuatu yang sudah tidak perlu dari atas nakas.
Jeno tiba-tiba saja menyadari sesuatu. Kapan terakhir kali seseorang mengomelinya seperti ini?
Lekat matanya memandangi Jaemin. Bibir tipis yang terus bergerak itu benar-benar mengingatkannya pada seseorang.
Jaemin benar-benar telah tumbuh seperti sang kakak. Andai dia seorang wanita, mungkin benar-benar tidak akan ada perbedaan yang bisa Jeno dapatkan.
Iris coklat terang itu, juga tipis lembar bibirnya benar-benar mirip dengan milik Jaena.
"Hyung kau mendengarkan aku?"
"Jeno hyung!"
"Ya? Apa?"
Jeno tersadar. Dalam hati merutuki dirinya sendiri. Dia seperti ini lagi. Hal yang selalu tidak ingin dia lakukan adalah melihat Jaemin sebagai sosok Jaena.
tbc
happy weekend <3!
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother-in-law Zone !
Fanfiction𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒 / 7 tahun Jeno dan Jaemin habiskan tinggal di bawah satu atap yang sama. Membesarkan anak, dalam hubungan "adik dan kakak ipar" original art ( cover ) by bemyjayx on twitter. © softjaeboo, maret 2024. bxb | fluff | agegap | romance...