Beberapa minggu terakhir pemandangan Jeno dengan aktivitas padatnya kembali jadi perhatian Jaemin. Sudah sekitar satu minggu ini, Ayah anak satu itu bahkan hampir tidak punya kesempatan untuk menginjakkan kaki di rumah.
Jeno bahkan telah melewatkan satu-satunya kesempatan untuk bertemu cakap dengan sang putra lewat sarapan bersama di pagi hari.
Kesibukan laki-laki itu nyatanya menjadi sebuah keuntungan tersendiri bagi Jaemin. Sejauh ini tidak ada lagi omelan tak berdasar yang selalu Jaemin dengar, atau teguran tidak masuk akal dari Jeno di malam hari-saat laki-laki itu menyuruhnya untuk datang menemuinya hanya untuk mengomentari segala sesuatu yang akhir-akhir ini Jaemin lakukan.
Ini benar-benar melegakan. Walau wajah murung Jisung yang selalu tanyakan kabar sang Ayah membuat Jaemin sedikit tak kuasa. Seperti saat ini-Jisung kembali menanyai kapan pastinya Jeno akan pulang ke rumah.
"Nana, apakah Ayah masih belum bisa pulang? aku merindukan Ayah."
Tidak ada jawaban pasti yang bisa Jaemin katakan pada anak itu. Dia hanya akan coba buat Jisung mengerti dengan mengatakan kembali bahwa Jeno benar-benar sibuk untuk persiapan peluncuran produk baru perusahaan. Lalu pada akhirnya Jisung akan mengangguk mengerti dan tertidur lelap dalam dekapannya.
🦭🗯️
Jaemin sedang bertukar cakap seperti biasa bersama Han Jisung sembari menghabiskan minuman favoritnya untuk menunggui kepulangan anak-anak saat Park Doyun meneleponnya. Pria paruh baya itu memberitahukan kepadanya bahwa Jeno tiba-tiba saja kehilangan kesadaran setelah menyelesaikan rapat pada siang hari ini.
Han Jisung lantas dengan pengertian mengatakan padanya untuk tidak menghawatirkan Jisung sementara Jaemin menyusul Jeno ke rumah sakit tempat di mana laki-laki itu dilarikan.
Kerutan kecemasan di wajahnya tak lagi di tutup-tutupi bahkan saat akhirnya dia tiba di ruangan tempat di mana Jeno berada.
Pemandangan laki-laki itu yang terduduk di atas kasur dengan selang infus ditangan adalah hal pertama yang Jaemin dapati ketika ia membuka pintu.
Hela ringan lantas berhembus melewati celah bibirnya.
Melihat kedatangan Jaemin Park Doyun lantas segera pamit undur diri dari sana.
Setelah kepergian pria paruh baya itu, Jaemin barulah membawa langkahnya mendekat ke arah Jeno.
"Bagaimana dengan Jisung?" Jeno bertanya ketika menyadari bahwa biasanya ini adalah saat-saat dimana Jaemin menunggui Jisung pulang.
"Aku titip dengan temanku."
"Bagaimana kalau dia -"
"Astaga hyung! bisakah kau diam? tidakkah kepalamu pusing saat ini?" Jaemin menggeleng heran.
Ajaibnya, Jeno diam setelahnya.
Pakaian rawat inap yang masih terlipat rapi di atas nakas lantas menjadi perhatian Jaemin selanjutnya. Dia lalu melihat kembali ke arah Jeno yang masih menggunakan kemeja kerjanya.
"Ganti pakaianmu dulu hyung, biar aku bantu." serunya.
Jeno menurut.
Jaemin kemudian maju lebih dekat. Berdiri di tengah-tengah antara kedua kaki Jeno yang terbuka.
Wangi dari pakaian Jaemin kini tercium jelas oleh hidung Ayah anak satu itu. Jeno lantas melarikan pandangnya ke arah samping. Tanpa sadar menahan nafas begitu jari jemari Jaemin membuka ikatan dasinya yang telah longgar.
Satu kancing teratas kini telah terbuka. Tepat ketika Jaemin akan membuka kancing selanjutnya Jeno refleks memegangi tangan adik iparnya itu.
"A-aku bisa sendiri." katanya.
Seolah tersadar akan sesuatu Jaemin lantas mengambil langkah mundur begitu Jeno melepaskan genggaman pada pergelangan tangannya."O-oh? B-baiklah. Kalau begitu aku akan menunggu di luar."
Sembari membawa langkahnya menuju luar, Jaemin kini sibuk merutuki dirinya sendiri. Tidak tahu bahwa dirinya akan seberani itu. Wajah laki-laki kelahiran Agustus itu kini benar-benar merah sampai ke telinga.
tbc
bintangnya kak? tysm >///<
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother-in-law Zone !
Fanfiction𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒 / 7 tahun Jeno dan Jaemin habiskan tinggal di bawah satu atap yang sama. Membesarkan anak, dalam hubungan "adik dan kakak ipar" original art ( cover ) by bemyjayx on twitter. © softjaeboo, maret 2024. bxb | fluff | agegap | romance...